contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Jumat, 23 Desember 2011
Setiap tanggal 22 Desember setiap tahunnya, masyarakat Indonesia pada umumnya memperingati hari ibu. Peringatan Hari Ibu bercampur baur dengan Mother’s Day yang diperingati di banyak negara, terutama Amerika Serikat. Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji pengorbanan dan jasa-jasa ibu. Itu juga yang menjadi pemahaman saya dan sebagian masyarakat Indonesia dalam memaknai peringatan Hari Ibu.

Berbagai kegiatan dilaksanakan, mulai dari lomba masak, lomba berbusana, pemberian tanda kasih, sampai membebaskan para ibu dari pekerjaan sehari hari.

Namun, jika kita melihat ke belakang, asal usul kenapa tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari ibu, maka kita akan menemukan fakta bahwa banyak diantara kita yang salah mengartikan makna hari ibu. Tanggal 22 Desember, berdasarkan Kepres No. 316 Tahun 1959, ditetapkan sebagai hari nasional yang bukan hari libur yang diperingati hingga sekarang.


Jika merunut sejarah lahirnya Hari Ibu di Indonesia dan membuka kembali lembar-lembar buku sejarah zaman sekolah, bagaimana sebenarnya misi sejati lahirnya Hari Ibu ? Misi sejati peringatan Hari Ibu adalah mengenang perjuangan kaum perempuan menuju kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Mari kita lihat perjalanan panjang sejarah perjuangan perempuan Indonesia dalam pergerakan kemerdekaan bangsa ini.

Sejarah Hari Ibu sebenarnya diawali dari pertemuan para pejuang wanita dalam Kongres Perempuan di tahun yang diadakan sama dengan Sumpah Pemuda. Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.

Pada tanggal 22-25 Desember 1928 kongres wanita pertama diadakan, yang kini dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).

Saat itu ada 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra yang ikut serta. Mereka saat itu berkumpul untuk mempersatukan organisasi-organisasi wanita ke dalam satu wadah demi mencapai kesatuan gerak perjuangan untuk kemajuan wanita bersama dengan pria dalam mewujudkan Indonesia merdeka.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu ditetapkan pada Kongres Wanita ke-3 yang diadakan di Bandung pada tanggal 22 Desember 1938. Penetapan tanggal ini bertujuan untuk menjaga semangat kebangkitan wanita Indonesia secara terorganisasi dan bergerak sejajar dengan kaum pria. Mengingat pentingnya makna Hari Ibu tersebut, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit No. 316 Tahun 1959 pada tanggal 16 Desember 1959 yang menetapkan Hari Ibu sebagai Hari Nasional hingga saat ini. Pada kongres yang diadakan di Bandung pada tahun 1952, Ibu Sri Mangunsarkoro mengusulkan untuk dibangun sebuah monumen untuk memperingati kongres pertama tersebut. Pada tanggal 20 Mei 1956 dibangunlah Balai Srikandi yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh menteri wanita pertama di Indonesia, Maria Ulfah. Kemudian seluruh kompleks bangunan pun dibangun dan akhirnya diresmikan oleh Presiden Suharto menjadi kompleks gedung Mandala Bhakti Wanitatama di Jl Laksda Adisucipto Yogyakarta pada tanggal 22 Desember 1983.

Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pada tanggal keramat tersebut para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai isu kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

Misi diperingatinya Hari Ibu lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Yang lebih hebat, pemikiran dan aneka upaya penting itu terjadi jauh sebelum kemerdekaan negeri ini diraih dan jauh sebelum konsep-konsep keadilan gender, dan feminisme berkembang di negeri ini. Barangkali kata yang telah merancukan pemaknaan Hari Ibu adalah digunakannya kata “ibu”, dan bukan “perempuan”. Masalahnya, jika ditilik dari apa yang dilakukan para pejuang saat itu, titik sentral yang digarap adalah kaum perempuan secara umum, bukan sebatas kaum ibu. Jadi, menilik sejarahnya, mestinya bukanlah ‘menjadi seorang ibu’-nya yang diapresiasi, tetapi keperempuanan dan semangat juang mereka yang hebat.

Dari paparan tersebut, tampak peringatan Hari Ibu 22 Desember di Indonesia saat ini tidak sepenuhnya mengarah pada perjalanan sejarah karena secara makna lebih cenderung mengarah pada memberi pujian peran keibuan dan praktiknya cenderung pada apa yang dilakukan masyarakat Amerika Serikat, tetapi dari segi waktu kita tetap menggunakan tanggal di mana pejuang perempuan bangsa bersatu. Jika kita ingin memaknai dan menghargai sejarah, sudah semestunya kita selalu mengaitkan hari penting itu kepada makna sejatinya, yakni mengenang perjuangan dan keterlibatan perempuan dalam usaha perbaikan nasib bangsa yang belum lepas dari berbagai kemalangan, tanpa harus menghilangkan rasa terima kasih dan puja-puji terhadap jasa dan perjuangan kaum ibu.

Dari perjalanan sejarah dan melihat wajah kaum perempuan saat ini, masih banyak persoalan perempuan yang masih harus terus diperjuangkan. Perempuan masih memerlukan banyak kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang memadai, masih harus berjuang agar tidak menjadi objek dalam rumah tangga, menjadi korban kesewenang-wenagan mereka yang tidak bertanggung jawab, kemampuan untuk berkarya, mandiri, tegar, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, pandai memilah dan memilih mana yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi kehidupannya dan masa depan anak-anaknya kelak.

Di era perjuangan dan awal kemerdekaan, pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang mahal dan mewah bagi perempuan. Kini saatnya, kesempatan menimba ilmu terbuka lebar bagi kaum perempuan. Sungguh ironi ketika jalan terbentang luas, perempuan di zaman sekarang enggan mengambil kesempatan tersebut justru sebaliknya terjerumus dalam kehidupan yang kurang beruntung. Maraknya kasus-kasus yang terjadi saat ini mencerminkan bahwa perjuangan untuk mengangkat nasib perempuan harus terus dilakukan. Usaha tersebut tidak hanya melalui bantuan orang lain tapi perempuanlah yang harus melakukannya baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terus bangkit dan berjuang untuk dirinya dan generasi masa depan yang menjadi tanggung jawabnya.

Nah, setelah kita mengetahui sejarahnya, maka persepsi kita tentang Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember selama ini mungkin saja berubah. Hari Ibu diperingati tidak saja untuk memberikan penghargaan terhadap jasa-jasa perempuan sebagai seorang ibu melainkan jasa perempuan secara keseluruhan, baik sebagai ibu, istri maupun sebagai Warga Negara Indonesia yang memiliki tanggung jawab untuk membangun bangsa ini dan membawanya pada masa depan yang lebih baik. Bila kita memperingati Hari Ibu dengan cara memanjakan ibu kita, memberikan hadiah kepadanya, hal tersebut dilakukan dengan semangat menghargai perjuangan yang telah dilakukannya. Karena menghormati dan menghargai jasa-jasa seorang ibu sudah menjadi kewajiban kita sebagai anak dan wujud kasih sayang terhadap orangtua. Bagaimana kita memilih cara yang tepat untuk merayakan Hari Ibu sepenuhnya ada pada kita, yang terpenting adalah semangat untuk terus memperbaiki diri menjadi perempuan sejati dan berguna bagi bangsa ini, tetap tumbuh di hati. Selamat Hari Ibu , selamat berjuang dan berkarya kaum perempuan Indonesia!

Mother's Day

Lalu bagaimana dengan peringatan mother's day yang diperingati oleh sebagian negara negara di dunia?

Peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, yang mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronos, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno. Maka, di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan Maret.
Di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara.



Dikutip dari Wikipedia disertai penambahan dan perubahan

| Free Bussines? |

1 komentar:

  • Anonim on 19 Februari 2012 pukul 05.51

    Oh begitu,thanks ya! :-P

  • Posting Komentar

    Diberdayakan oleh Blogger.
    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
    "Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

    Label

    Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

    Followers

    About Me

    Foto Saya
    Soni Indrayana
    Lihat profil lengkapku

    Total Pageviews

    Entri Populer

    Selamat Datang Di SONI BLOG

    Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

    Sekilas tentang penulis

    Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

    Social Stuff

    • RSS
    • Twitter
    • Facebook
    • HOME
    SONI