Seorang remaja
tergeletak pingsan di tengah semak belukar, kondisinya sangat mengenaskan,
tubuhnya tidak ditutupi baju, wajahnya dihiasi bekas pukulan, di tangan
kanannya terdapat sebuah sayatan yang basah. Luka yang lebih mengerikan
tergores di perutnya, melintang melewati pusar. Sayatannya sangat rapi, bukti
bahwa sayatan itu dibuat dengan pelan, seolah ingin menyiksa si pemuda. Darah
masih keluar di goresan goresan nan keji.
Pemuda itu
pucat. Pucat karena memang ia telah diracun melalui luka dan cairan yang
dicekoki secara paksa ke mulutnya. Rasa sakit yang dialami pemuda itu tak
sedikitpun menghadirkan rasa iba di hati para penyiksa. Pun dengan para
penolong, yang tak akan ditemui di tempat yang sama sekali tak dihuni manusia.
----------------------------------------
Kini pemuda itu
sudah tidak lagi terbaring di semak belukar, seorang pria berwajah sangar
dengan tulus mengangkat tubuh sakit si pemuda menuju gubuk kediamannya. Siapa
sangka, ditengah kehampaan manusia penolong, pria ini tampil sebagai penyelamat
nasib si pemuda yang seolah telah menuju garis akhir.
Si pria yang
berukuran tubuh besar dan berkepala botak itu mengobati luka luka ditubuh si
pemuda, mengompres kepala si pemuda yang panas tinggi dan menghapus bekas bekas
darah di sekitar tubuh. Ia juga melepas celana jeans lusuh yang dikenakan si
pemuda, dan menggantinya dengan celana berbahan ringan yang memungkinkan aliran
darah si pemuda mengalir lancar.
Pria besar itu
membelai rambut si pemuda yang mulai memanjang, tatapan sangarnya memberikan
sedikit iba kepada nasib si pemuda.