contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Senin, 09 November 2015
Selain kematian dan perubahan, dunia tidak menjanjikan kepastian.

Saya rasa kalimat tersebut tidak sulit dipahami. Dan yakinlah: kehidupan hari kemarin tidak akan sama dengan kehidupan esok hari. Semuanya pasti berubah. Semuanya pasti berganti seiring berjalannya waktu.
Cinta pun begitu. Mencintai itu lumrah, namun bukan berarti dengan cinta semuanya akan tetap sama. Kita tidak bisa menutup diri terhadap segala kemungkinan.
Dalam semesta sepakbola, beberapa pemain memilih mencintai klub mereka dengan sepenuh hati. Cinta adalah alasan utama bagi orang-orang seperti Paolo Maldini, Javier Zanetti, Antonio Di Natale, Ryan Giggs, dan Francesco Totti mengakhiri karier di klub yang mereka bela dalam jangka waktu yang lama (Totti belum pensiun, tapi hampir dapat dipastikan bahwa Totti akan pensiun di AS Roma dan menjadi bagian dari direksi klub) dan kemudian melanjutkan pengabdian di klub-klub yang menjadikan namanya harum itu. Masih banyak contoh-contoh yang lain, tapi bukan itu yang hendak dibahas.
Orang pacaran diharapkan move on setelah putus dan pacarnya berubah status menjadi mantan. Hal yang sama berlaku dalam sepakbola. Move on adalah salah satu metode untuk melangkah maju. Tidak, tidak. Bukan berarti mengenang masa lalu itu haram, tapi yang jelas masa lalu harus ditinggalkan dan diganti dengan masa kini.

Ayo kita mulai bahas soal Sepakbola saja biar tidak terlalu baper.

Read More..
0

Sambungan dari  Janji Nan Tongga

Di Pulau Ranggeh Suri….
            Sesampainya pada tujuan, Nan Tongga menyaksikan sebuah negeri yang indah, menghijau batang kelapa dibaur dengan membiru bukit barisan. Ia takjub bukan main. Menghampir seorang pedagang kepadanya, menjajakan bahan pangan yang barangkali bisa berguna.
            “Permisi ambo batanyo. Saya baru pertama kali ke negeri ini. Rancak bukan alang-alang, ramai tampak dari jauh, siapa nama raja di sini?” Tanya Nan Tongga kepada pedagang itu.
            Pedagang itu memerhatikan Nan Tongga yang muda lagi mentah, dan berpenampilan layaknya seorang bangsawan. Rasa segan datang  singgah menghampiri. “Kalau Engkau seorang sultan, kami akan persultan, kalau Engkau raja maka ampuni kami. Pulau ini bernama Ranggeh Suri, di bawah perintah Katik Intan yang bergelar Tuanku Jangguik Panjang,” pedagang itu menjelaskan dengan santun seperti pantun sebagaimana orang-orang di negeri itu. Ia kemudian melanjutkan, “Pulau Ranggeh Suri berada di bawah naungan Koto Tanau yang dipimpin Patih Mangkudun, yang bernama asli Mangkudun Sati.”
Read More..
0

Sambungan dari  Anggun Nan Tongga

Cinta bukan barang paksaan, ia tak dapat dipetik layaknya bunga dan tak dapat dibeli bagai barang. Apapun perkataan orang, cinta tetaplah utamanya muncul dari hati nan biasa mencinta. Nan Tongga sudah tidak memikirkan lagi tentang kegagalannya mendapatkan Intan Koro. Ia kini sibuk menyiapkan dirinya untuk berjuang menyelamatkan pamannya. Inilah kesempatan bagi Nan Tongga untuk berbakti kepada keluarga dan membuktikan kepada khalayak bahwa ia tetap menjadi lelaki yang bertanggung jawab dan mencintai keluarga.
Gondan Gondoriah, gadis jelita yang disebut-sebut sudah dijodohkan sejak kecil dengan Anggun Nan Tongga kini mulai khawatir akan keselamatan pria idamannya itu, meski salah seorang dari ketiga paman Nan Tongga adalah ayah Gondoriah.Semua penduduk tahu betapa ganas para bajak laut di Pulau Binuang Sati, nyawa sudah menjadi makanan sehari-hari bagi para bajak laut itu.
Bunga-bunga cinta tengah indah bersemi, memberikan harum semerbak diantara mereka. Nan Tongga dan Gondoriah beberapa kali saling tatap dalam berbagai kesempatan yang singkat. Nan Tongga sering mendapati Gondoriah mencuci pakaian saat mencari kayu bakar, dan Gondoriah pun kadang-kadang melihat Nan Tongga menunggangi kuda dengan gagah atau ketika Nan Tongga pergi ke surau untuk sembahyang. Senyuman sekilas sering mereka tukarkan ketika harus saling berpapasan, penuh malu dan segan, namun mendalam di sanubari.Lidah mereka sedikit berbicara, namun hati terus saling berbisik menanti.
Read More..
0

Seekor kuda yang berlari kencang menerbangkan debu-debu dengan setiap hentakan kakinya. Pemuda penunggang kuda jantan coklat itu mengeluarkan suara aba-aba yang mendorong kudanya untuk terus berlari dengan cepat. Sesekali ia pukulkan tangannya ke badan kuda sambil berteriak memberi komando dan menyusuri jalanan yang ramai,di punggungnya juga terikat beberapa batang kayu-kayu kecil yang biasa digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak.
“Hendak kemana Engkau, Nan Tongga!” teriak salah seorang pria di tepi jalan.Pria itu pada mulanya sedang asyik menonton beberapa wanita yang tengah menenun songket.
“Ah tidak kemana-mana, hanya mencari kayu bakar, Malin” jawab si Penunggang kuda dengan santai.
“Oh kalau begitu segeralah pulang, barangkali Ibumu Suto Suri sudah menunggu,” Malin Cik Ameh, pria di tepi jalan itu, mempersilahkan sambil menjadikan tangannya isyarat yang memperkenankan lawan bicaranya pergi.
“Baiklah, terimakasih Malin, wassalamu’alaikum.” Kuda kembali berlari kencang.
Read More..
0
Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI