contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Kamis, 15 Mei 2014


            Di dunia ini, orangtua mana yang tidak ingin memiliki seorang anak? Anak yang bisa membantu ketika penuaan telah menggerogoti, anak yang menjadi penerus keturunan, anak yang menjadi bukti kepercayaan dari Tuhan, semua orangtua akan menginginkan kehadiran seorang anak dalam keluarganya. Ada banyak orang yang menjalin hubungan seksual tanpa ikatan suci, dengan mudahnya dikaruniai anak, tetapi tidak sedikit pula orang-orang yang menikah namun tidak diberikan anak sampai kematian datang menyapa. Semua adalah keputusan Tuhan, manusia bisa apa selain usaha dan doa?
            Hannah, begitu nama wanita yang tinggal di Nazariat ini. Pernikahannya dengan Imran belum juga dikaruniai seorang anak oleh Tuhan, padahal telah lama janji suci itu terucap. Kesepian dan kesedihan tentu melanda hatinya yang lembut, juga suaminya. Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun telah ia lalui dalam penungguan terhadap kepercayaan Tuhan untuk memberinya seorang anak, namun penungguan tetap berlangsung, seakan tiada pernah berakhir dan idam-idaman belum menjelma menjadi kenyataan. Segala usaha telah mereka lakukan, mulai nasehat-nasehat dari para ahli hingga segala bentuk kepandaian dan kekuasaan manusia, namun hasilnya nihil.

            Hannah pernah bermimpi, bahwa ia melihat seekor burung yang sedang memberi makan anaknya. Jadilah oleh mimpi itu ia semakin mengidam-idamkan anak. Sujud sembahnya tak pernah surut, doa tak henti-henti mengalir dari hati dan lidahnya, berharap semua itu menjadi pembuktian dirinya, bahwa ia sudah pantas menerima amanah Allah.
            Tuhan tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya. Begitulah adanya, Hannah akhirnya mendapati dirinya megandung seorang anak. Ia dan Imran amat bahagia, lebih dari sekedar mendapati dunia dan isinya. Hannah bersyukur, berharap lagi bahwa ia akan melahirkan anak laki-laki untuk meneruskan dakwah agama dan kebenaran serta penjaga bumi, hingga suatu hari tengadah tangannya mengiringi kalimat doa kepada Tuhan, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat. Karena itu terimalah itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Dan setelah itu, hari-hari mereka penuh dengan kebahagiaan. Mendung telah menjadi cerah dan badai tergantikan pelangi, Hannah dan Imran sudah tak sabar untuk menimang anak mereka.
-------
            Disaat kelahiran akan semakin dekat, Hannah harus kehilanga Imran suaminya. Sungguh, kesedihan luar biasa yang menerpa membuatnya jatuh dan terluka.
“Siapa kini yang akan mengurusiku dan anakku?”  Hannah bertanya-tanya. Akankah ia dan anaknya jadi orang-orang yang tanpa perlindungan?
            Namun Hannah tidak semudah itu dikalahkan oleh rasa duka. Ia masih punya Tuhan, keimanan dan ketaqwaannya telah membuatnya tetap tegar, ia harus terus berdiri, kelahiran anak akan segera tiba.
-------
            Apa yang terjadi ketika harapan yang tidak selalu terealisasi seperti yang dikhayalkan? Harapan akan seorang anak laki-laki pupus sudah, Hannah melahirkan seorang anak perempuan. Kecewa memang, tapi yakin bahwa ini adalah yang terbaik baginya.
            Hannah teringat akan Imran, suami tersayang sekaligus orang yang kelak akan diabadikan namanya sepanjang masa oleh Allah. Hannah menimang-nimang anaknya, sambil menciumi kecintaannya itu. “Jadilah anak yang akan membawa kebenaran Tuhan”  begitu pinta Hannah pada si bayi yang ia beri nama, Maryam.
            Nazarnya sudah terucap, bahwa apabila ia dikaruniai seorang anak, maka ia akan menyerahkan anak tersebut ke Baitul Maqdis agar sang anak bisa menjadi seseorang yang bertaqwa dan menghabiskan hidup dalam peribadatan kepada Tuhan, meskipun anak yang ia dapat bukanlah anak laki-laki. Hannah meninggalkan Nazariat, melakukan perjalanan menuju Yerussalem Baitul Maqdis Al-Quds. Pemenuhan Nazar harus tetap dilaksanakan!
-------
              Seorang lelaki tua berjalan dengan tenang membawa beberapa makanan, menuju ke sebuah bilik mihrab, tempat seorang gadis biasa berada dalam peribadatan kepada Tuhan. Kali ini, keheranan kembali menggelayuti pikirannya tatkala melihat seonggok buah-buahan di sisi si gadis. Semestinya buah-buahan itu ada di musim dingin, tetapi darimana keponakannya itu mendapati buah-buahan tersebut pada musim panas? Dan buah-buahan yang mestinya ada pada musim panas, juga hadir saat musim dingin. Aneh.
Si pria akhirnya menuntaskan rasa penasaran itu dengan pertanyaan, “Wahai Maryam, darimana kamu memeroleh makanan ini?”
Gadis yang namanya telah menjadi abadi itu menjawab “Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab”
            Jawaban yang mendiamkan pria tua bernama Zakariya itu, ia kini semakin yakin, bahwa keponakannya bukanlah orang yang biasa.
-------
            Pada suatu hari, Maryam mendapati sebuah suara dari sesosok makhluk yang tidak begitu jelas wujudnya, seperti seorang pria, yang kemudian berkata “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan dengan kalimat daripada-Nya, namanya Al Masih ‘Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh
            Maryam terkejut. Rasa terkejut paling dahsyat yang pernah ia alami. Anak? Bagaimana mungkin seseorang tak bersuami dapat mengandung seorang anak? “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun” Maryam bertanya kepada Tuhan, yang jawabannya langsung didapat melalui sesosok misterius tadi “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, Jadilah, lalu jadilah dia”
            Maryam ikhlas menerimanya, karena ini adalah kehendak dari Allah, walau ia tahu, ke depan, segalanya akan menjadi berat, bersamaan dengan fitnah yang akan muncul.
            Ketika usia kandungannya sudah mulai menua, Maryam kembali ke Yerusalem. Anak dalam kandungannya mulai menyesak keluar, rasa sakit yang luar biasa menggerogoti tubuh Maryam, ia berpeluh dan terus melemah, seakan tak sanggup lagi melangkahkan kaki, ia lalu menyandarkan dirinya ke batang pohon kurma, “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan” Ucap Maryam menanggapi keadaan yang diterimanya.
            Allah tidak meninggalkan Maryam begitu saja, Ia yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, melalui malaikat-Nya Jibril, berfirman kepada Maryam “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini"”
            Maryam sangat bahagia dan bersyukur, dan tak lama setelah itu, anak dalam kandungannya pun lahir, Isa Putra Maryam.
-------
            Di Betlehem, Maryam mendapati orang-orang bersatu untuk mengatai dirinya sebagai seorang pezina. “Anak lahir tanpa ayah? Sesungguhnya Maryam putri Imran adalah seorang pezina pelacur!” Orang-orang terus menghina dan memfitnah Maryam yang hanya bisa diam.
“Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar
“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina"
            Kaum Maryam terus menerus mengatai tanpa henti. Untuk menjawab mereka, Maryam menunjuk Isa yang masih bayi, isyarat bahwa Isa yang akan menjawab segala pertanyaan mengenai ‘Siapa ayah dari anak Maryam?’
Kaumnya tertawa, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” Ucap mereka.
            Tiba-tiba, bayi Maryam itu bersuara layaknya orang yang sudah fasih berbicara, mengagetkan semua orang, laksana disambar petir di siang bolong. “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku shalat dan zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali"

            Isa putra Maryam mengucapkan kebenaran, kepada mereka yang saling berbantahan akan kebenaran itu. Membenarkan fakta bahwa ibunya adalah perempuan suci yang tiada pernah tersentuh oleh seorang pria, yang selalu memakan makanan dari surga, yang namanya abadi hingga akhir zaman, yang dia adalah salah satu wanita teragung, dia-lah Maryam putri Imran.


-Soni Indrayana-



referensi       : - Al Qur'an Al-Karim
                        - Kisah-kisah sejarah Maryam

| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI