Apa yang terlintas di benak kita
ketika mendengar kata sejarah dan museum? Mungkin kita akan memikirkan
tentang peristiwa-peristiwa heroik dengan pelaku-pelakunya, barang-barang
peninggalan, lukisan, ukiran dan sebagainya, yang semuanya itu berkaitan dengan
masa lalu. Atau akan terlitas dalam pikiran kita bahwa sejarah adalah subjek
yang membosankan untuk dibahas yang selalu bersandingan dengan sebuah tempat
yang disebut museum? Itu tergantung bagaimana perspektif kita dalam menilai sejarah dan museum.
Sejarah berasal dari kata dalam
Bahasa Arab, yaitu syajaratun (شجرة) yang artinya dalam
Bahasa Indonesia adalah pohon.
Sedangkan orang Arab sendiri menyebut sejarah dengan kata taarikh (تاريخ
) yang diartikan sebagai waktu atau penanggalan. Museum berasal dari kata
dalam Bahasa Yunani, yaitu mouseion,
yang sebenarnya merujuk pada kuil dari anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan
seni dan ilmu pengetahuan.
Sejarah dan Museum selalu berjalan
bergandengan tangan, sejarah ibaratkan sebuah pohon (seperti maknanya secara
etimologi) yang bercabang ke segala arah dengan rindang dan mengakar dengan
kuat ke dalam tanah, dan museum ibaratkan daun dari pohon tersebut, yang
memberikan atau memasok karbondioksida berupa saksi-saksi bisu sejarah yang
akan membantu sang pohon terus hidup dengan abadi.
Museum Nasional sebagai Ibu Museum di
Indonesia
![]() |
Museum
Nasional, atau sering disebut Museum Gajah
|
Museum Nasional adalah museum
tertua sekaligus yang terbesar di Indonesia. Bahkan museum ini adalah yang
paling besar di wilayah Asia tenggara. Dipelopori oleh pembentukan Ikatan
Kesenian dan Ilmu Batavia (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen) pada tahun 1778, Museum
Nasional resmi menjadi milik Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 17
September 1962 dibawah naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Berbagai macam koleksi dari
peninggalan yang ditemukan di Indonesia, dapat ditemui di museum yang sering juga
disebut sebagai Museum Gajah ini. Selain itu Museum Nasional juga mengoleksi
peninggalan-peninggalan asing yang ditemukan di wilayah nusantara. Benda-benda
yang seakan menjadi bukti representatif tentang hubungan masyarakat Indonesia
dengan pihak asing pada masa lampau, baik itu dalam sosial dan budaya, ekonomi
maupun politik.
![]() |
Mangkuk Ramayana |
Koleksi-koleksi sejarah di Museum Nasional seakan membuat kita
terkoneksi dengan masa lalu, menembus ruang dan waktu yang membentang jauh ke
belakang. Ketika kita melihat Mangkuk Ramayana yang berkilau emas misalnya,
kita akan terbawa oleh efek rekreatif
sejarah menuju kisah Ramayana di masa pembuangan Rama, Shinta, dan Laksmana sampai
penculikan Dewi Shinta oleh Rahwana. Belum lagi saat melihat koleksi-koleksi
yang lain di Museum Nasional seperti Sesako, Arca Ganesha, Kelembit Bok, Patung
Jero Gede, Patung Adu, Patung Nandi, Topeng Rangda, Perhiasan Taka dan
lain-lain, yang kesemuanya itu membuat kita terkoneksi dengan masa lampau yang
penuh dengan misteri pembuat rasa ingin tahu.
Museum Nasional ibarat ibu bagi
museum-museum lain di Indonesia, menjadi cikal bakal dan pilar utama dalam
penyelamatan terhadap bukti kesejarahan yang pastinya akan terus tergilas oleh
perputaran roda zaman yang semakin maju. Saat ini telah ada ratusan museum yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik itu museum negeri maupun swasta.
Di setiap daerah
seharusnya memiliki minimal satu buah museum yang dikelola oleh pemerintah,
paling tidak menjadi museum daerah yang menyimpan peninggalan-peninggalan dari
suku yang mendiami daerah tersebut. Meskipun pada dasarnya masih ada beberapa
provinsi yang belum memiliki museum daerah.
Museum sebagai Media Penghubung antara Masa
Lalu dengan Masa Kini dan Masa Depan
Jasmerah, Jangan sekali kali melupakan sejarah.
Itulah kata – kata Soesno Sosrodihardjo atau yang dikenal dengan nama Soekarno
alias Bung Karno. Sebuah ungkapan yang ditujukan kepada segenap bangsanya untuk
menggiring kita ke belakang dan menjadikannya sebagai alat pembelajaran bagi
siapapun. Penulis sejarah Yunani yang pertama, Heredotus, berkata, “Sejarah tidak berkembang ke arah masa depan
dengan tujuan pasti melainkan bergerak seperti lingkaran yang tinggi rendahnya
diakibatkan oleh keadaan manusia”. Dan Museum, adalah salah satu “aparat”
yang selalu mengingatkan kepada kita, bahwa benda-benda dari masa lalu bukanlah
barang-barang bisu yang tidak bernilai.
Museum adalah institusi yang
bersifat permanen, melakukan riset, konservasi dan pengoleksian terhadap
benda-benda yang bernilai sejarah untuk kemudian dikomunikasikan dan dipamerkan
kepada masyarakat sebagai bahan studi dan kesenangan (hobi). Koleksi dari suatu
museum bisa menjadi alat yang dapat membuat pengunjung berinteraksi dengan masa
lalu. Museum adalah alat yang menginteraksikan kisah masa lalu kepada masa kini
dan masa depan. Museum adalah pintu yang membawa kita ke berbagai dimensi zaman.
Museum tidak sama dengan album foto
yang terus dibuka untuk sekedar mengenang dan mengingat-ingat masa lalu. Museum
adalah tempat yang sebenarnya sangat komunikaitf. Ia menginformasikan kepada
setiap pengunjungnya tentang hal-hal yang selama ini menjadi tanda tanya bagi
masyarakat, kemudian memberi bukti berupa gambar atau benda-benda yang dalam
diamnya bercerita tentang kejadian-kejadian epik mereka.
Selain itu, museum juga menjadi tantangan
tersendiri bagi pemerintah Indonesia, untuk terus menjaga keeksistensian museum
agar kelak tetap akan menjadi tempat yang ingin dikunjungi masyarakat dan tidak
kalah oleh pusat-pusat hiburan modern yang semakin menjamur dari masa ke masa.
Mengingat semakin sedikitnya minat dari para pelajar, yang seharusnya menjadi
pihak yang paling mengangungkan museum, untuk mengunjungi rumah sejarah ini,
maka tugas pemerintah sebenarnya sudah sangat berat. Pemerintah harus mampu
menciptakan suasana yang menyenangkan dari sebuah museum, yang mampu memberi
efek estetis modern dan komunikatif sehingga dapat menarik minat tidak hanya
dari kaum pelajar, tapi juga masyarakat umum.
-----
![]() |
Museum mengomunikasikan berbagai hal kepada kita |
Bangsa-bangsa asing terus terbakar
rasa penasaran dan keingintahuannya sehingga melakukan riset disana-sini. Kita
sebagai pemilik sejati dari semua itu, mestilah harus menjadi pihak yang lebih
penasaran, dan lebih mencinta. Kita harus bangga, bahwa bangsa kita memilki kekayaan
sejarah yang luar biasa, dan museum dapat mengoneksikan kita kepada semua itu. Kalau
kita dapat mencintai seseorang karena orang tersebut memiliki cerita indah dengan
diri kita, maka sesungguhnya museum juga memiliki cerita yang akan membuat kita
jatuh cinta kepada Zamrud Khatulistiwa ini. Lestarikan museum, berkomunikasilah
dengannya, dan buat diri kita terhubung dengan kecantikan koleksinya.
Sumber foto : http://www.museumnasional.or.id