contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Senin, 19 Mei 2014
            Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata sejarah dan  museum? Mungkin kita akan memikirkan tentang peristiwa-peristiwa heroik dengan pelaku-pelakunya, barang-barang peninggalan, lukisan, ukiran dan sebagainya, yang semuanya itu berkaitan dengan masa lalu. Atau akan terlitas dalam pikiran kita bahwa sejarah adalah subjek yang membosankan untuk dibahas yang selalu bersandingan dengan sebuah tempat yang disebut museum? Itu tergantung bagaimana perspektif kita dalam menilai sejarah dan museum.
            Sejarah berasal dari kata dalam Bahasa Arab, yaitu syajaratun (شجرة) yang artinya dalam Bahasa Indonesia adalah pohon. Sedangkan orang Arab sendiri menyebut sejarah dengan kata taarikh (تاريخ ) yang diartikan sebagai waktu atau penanggalan. Museum berasal dari kata dalam Bahasa Yunani, yaitu mouseion, yang sebenarnya merujuk pada kuil dari anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan seni dan ilmu pengetahuan.

            Sejarah dan Museum selalu berjalan bergandengan tangan, sejarah ibaratkan sebuah pohon (seperti maknanya secara etimologi) yang bercabang ke segala arah dengan rindang dan mengakar dengan kuat ke dalam tanah, dan museum ibaratkan daun dari pohon tersebut, yang memberikan atau memasok karbondioksida berupa saksi-saksi bisu sejarah yang akan membantu sang pohon terus hidup dengan abadi.

Museum Nasional sebagai Ibu Museum di Indonesia

Museum Nasional, atau sering disebut Museum Gajah
            Museum Nasional adalah museum tertua sekaligus yang terbesar di Indonesia. Bahkan museum ini adalah yang paling besar di wilayah Asia tenggara. Dipelopori oleh pembentukan Ikatan Kesenian dan Ilmu Batavia (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen) pada tahun 1778, Museum Nasional resmi menjadi milik Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 17 September 1962 dibawah naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
            Berbagai macam koleksi dari peninggalan yang ditemukan di Indonesia, dapat ditemui di museum yang sering juga disebut sebagai Museum Gajah ini. Selain itu Museum Nasional juga mengoleksi peninggalan-peninggalan asing yang ditemukan di wilayah nusantara. Benda-benda yang seakan menjadi bukti representatif tentang hubungan masyarakat Indonesia dengan pihak asing pada masa lampau, baik itu dalam sosial dan budaya, ekonomi maupun politik.
Mangkuk Ramayana
            Koleksi-koleksi sejarah di Museum Nasional seakan membuat kita terkoneksi dengan masa lalu, menembus ruang dan waktu yang membentang jauh ke belakang. Ketika kita melihat Mangkuk Ramayana yang berkilau emas misalnya,  kita akan terbawa oleh efek rekreatif sejarah menuju kisah Ramayana di masa pembuangan Rama, Shinta, dan Laksmana sampai penculikan Dewi Shinta oleh Rahwana. Belum lagi saat melihat koleksi-koleksi yang lain di Museum Nasional seperti Sesako, Arca Ganesha, Kelembit Bok, Patung Jero Gede, Patung Adu, Patung Nandi, Topeng Rangda, Perhiasan Taka dan lain-lain, yang kesemuanya itu membuat kita terkoneksi dengan masa lampau yang penuh dengan misteri pembuat rasa ingin tahu.
            Museum Nasional ibarat ibu bagi museum-museum lain di Indonesia, menjadi cikal bakal dan pilar utama dalam penyelamatan terhadap bukti kesejarahan yang pastinya akan terus tergilas oleh perputaran roda zaman yang semakin maju. Saat ini telah ada ratusan museum yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik itu museum negeri maupun swasta.
Di setiap daerah seharusnya memiliki minimal satu buah museum yang dikelola oleh pemerintah, paling tidak menjadi museum daerah yang menyimpan peninggalan-peninggalan dari suku yang mendiami daerah tersebut. Meskipun pada dasarnya masih ada beberapa provinsi yang belum memiliki museum daerah.

Museum sebagai Media Penghubung antara Masa Lalu dengan Masa Kini dan Masa Depan
            Jasmerah, Jangan sekali kali melupakan sejarah. Itulah kata – kata Soesno Sosrodihardjo atau yang dikenal dengan nama Soekarno alias Bung Karno. Sebuah ungkapan yang ditujukan kepada segenap bangsanya untuk menggiring kita ke belakang dan menjadikannya sebagai alat pembelajaran bagi siapapun. Penulis sejarah Yunani yang pertama, Heredotus, berkata, “Sejarah tidak berkembang ke arah masa depan dengan tujuan pasti melainkan bergerak seperti lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia”. Dan Museum, adalah salah satu “aparat” yang selalu mengingatkan kepada kita, bahwa benda-benda dari masa lalu bukanlah barang-barang bisu yang tidak bernilai.
            Museum adalah institusi yang bersifat permanen, melakukan riset, konservasi dan pengoleksian terhadap benda-benda yang bernilai sejarah untuk kemudian dikomunikasikan dan dipamerkan kepada masyarakat sebagai bahan studi dan kesenangan (hobi). Koleksi dari suatu museum bisa menjadi alat yang dapat membuat pengunjung berinteraksi dengan masa lalu. Museum adalah alat yang menginteraksikan kisah masa lalu kepada masa kini dan masa depan. Museum adalah pintu yang membawa kita ke berbagai dimensi zaman.
            Museum tidak sama dengan album foto yang terus dibuka untuk sekedar mengenang dan mengingat-ingat masa lalu. Museum adalah tempat yang sebenarnya sangat komunikaitf. Ia menginformasikan kepada setiap pengunjungnya tentang hal-hal yang selama ini menjadi tanda tanya bagi masyarakat, kemudian memberi bukti berupa gambar atau benda-benda yang dalam diamnya bercerita tentang kejadian-kejadian epik mereka.
            Selain itu, museum juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia, untuk terus menjaga keeksistensian museum agar kelak tetap akan menjadi tempat yang ingin dikunjungi masyarakat dan tidak kalah oleh pusat-pusat hiburan modern yang semakin menjamur dari masa ke masa. Mengingat semakin sedikitnya minat dari para pelajar, yang seharusnya menjadi pihak yang paling mengangungkan museum, untuk mengunjungi rumah sejarah ini, maka tugas pemerintah sebenarnya sudah sangat berat. Pemerintah harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dari sebuah museum, yang mampu memberi efek estetis modern dan komunikatif sehingga dapat menarik minat tidak hanya dari kaum pelajar, tapi juga masyarakat umum.
-----
           
Museum mengomunikasikan berbagai hal kepada kita
Pada akhirnya, jika museum telah dapat memberikan informasi kesejarahan secara optimal kepada masyarakat, maka itu menjadi bukti bahwa kita bisa menjadi raja dalam peradaban dunia. Kita adalah bangsa yang memiliki jutaan kisah klasik dengan sebagian besarnya masih menjadi misteri.
            Bangsa-bangsa asing terus terbakar rasa penasaran dan keingintahuannya sehingga melakukan riset disana-sini. Kita sebagai pemilik sejati dari semua itu, mestilah harus menjadi pihak yang lebih penasaran, dan lebih mencinta. Kita harus bangga, bahwa bangsa kita memilki kekayaan sejarah yang luar biasa, dan museum dapat mengoneksikan kita kepada semua itu. Kalau kita dapat mencintai seseorang karena orang tersebut memiliki cerita indah dengan diri kita, maka sesungguhnya museum juga memiliki cerita yang akan membuat kita jatuh cinta kepada Zamrud Khatulistiwa ini. Lestarikan museum, berkomunikasilah dengannya, dan buat diri kita terhubung dengan kecantikan koleksinya.



Sumber foto : http://www.museumnasional.or.id

| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI