contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Minggu, 17 Agustus 2014
            
Foto dari koleksi pribadi
Banyak yang jatuh cinta pada Indonesia. Katanya, Indonesia itu negara yang indah. Alamnya membentang luas laksana karpet dari yakut dan berlian. Katanya, tanah Indonesia itu subur, bahkan tongkat dan batu bisa jadi tanaman kalau sudah berada di tanah Indonesia. Katanya, orang-orang Indonesia itu ramah, dan sangat santun dalam kehidupan. Katanya, makanan khas Indonesia itu luar biasa banyaknya dan sangat disukai penduduk bumi. Katanya, keragaman suku dan budaya Indonesia adalah yang paling banyak di dunia. Dan masih banyak katanya-katanya lagi.

            Bagi semua orang itu adalah keistimewaan yang patut dibanggakan, bisa membusungkan dada tatkala berhadapan dengan bangsa lain yang datang kepada mereka. Tapi entah kenapa, saya sama sekali tidak bangga.

Gunung Marapi | Foto oleh Hamdi Djufrie
            Dulu waktu kecil, saya sering merasa inferior kalau sudah melihat kehebatan negara lain. Waktu melihat barisan tentara Amerika, hati kecil saya berkata “Kalau Indonesia diserang, pasti bakalan hancur”. Ketika ada yang bercerita tentang kehebatan negara Malaysia, hati kecil saya berkata lagi “Jelek kalilah negaraku ini”. Lalu ada yang memberikan saya makanan dari luar negeri, dan saya bilang lagi dalam hati “Enak. Beda banget rasanya sama buatan Indonesia.” Dan masih banyak lagi inferioritas saya kalau sudah melihat hebatnya negara lain. . . .
            Tapi entah bagaimana, beberapa tahun terakhir saya mulai jatuh cinta pada Indonesia. Dimulai ketika  momen 17 Agustus beberapa tahun yang lalu, benih-benih cinta itu semakin tumbuh dan meninggi. Saya bahkan membuat dua grup di sosial media yang bertemakan nasionalisme dan memiliki anggota lebih dari 2000 akun.
            Memang hanya sebatas di media sosial, tapi itu punya pengaruh besar pada diri saya sendiri karena mesti menulis sesuatu yang punya hubungan dengan Indonesia, maka secara otomatis saya harus lebih dahulu mengetahuinya sebelum saya tuliskan di grup tersebut. Berbagai macam keistimewaan Indonesia akhirnya saya ketahui. Dan semakin banyak yang saya tahu, semakin besar rasa cinta saya.
            Setiap kali Sang Saka Merah Putih berkibar, ingin rasanya menatap walau hanya sesaat. Setiap ada wakil-wakil bangsa yang menuliskan nama Indonesia di hadapan dunia, diri selalu berusaha agar bisa melakukan yang serupa.

Pantai Bakaro | Foto oleh : khatulistiwa.info
            Cinta memang tak sekedar cinta, tak sekedar menyayangi, tapi juga ada rasa sykukur pada Tuhan yang telah menganugerahkan serta menitipkan sebuah negeri yang indah kepada saya. Kalau bukan karena kehendak-Nya, tidak mungkin semua ini terjadi, kan? Maka dari itu saya harus bersyukur. Dan rasa syukur itu pula yang menyebabkan cinta saya pada Indonesia semakin besar.
            Sampai saat ini saya memang belum pernah menginjakkan kaki di negeri orang yang katanya masyhur dan permai, tapi untuk apa terlalu memedulikan itu? Bukankah kelak saya, dan saudara-saudara saya yang tersebar dari timur sampai barat, dari Sabang sampai Merauke, dan dari Miangas sampai Rote yang akan membuat negeri ini menjadi jauh lebih indah dari apa yang diceritakan orang tentang Amerika, Malaysia, Belanda, dan lain-lainnya? Maka tiada guna sebenarnya merasa inferior. Tuhan mewajibkan kita bersyukur, inilah yang Ia berikan, pasti yang terbaik, tapi tak menyurutkan kewajiban untuk terus menjaganya.
----------------------------------------------------------------------

            Aku melangkahkan kakiku di hamparan pasir pantai, menatap sejauh mata memandang dan ombakpun menerpa kaki kecilku. Aku merunduk, mengambil butiran pasir pantai kemudian menggenggamnya dengan erat hingga beberapa butirannya menyusuri sela sela jari. Sang surya dengan segenap kebanggannya bersinar penuh dengan kewibawaan sang siang, menambah indah lukisan nyata di hadapan.
            Kukembalikan lagi pasir dalam genggamanku dengan perlahan, sambil tersenyum kecil dan berbalik arah. Kutolehkan sesaat pandangan pada nyiur yang asyik dogoyang angin. Ya, nyiur-nyiur hijau di tepi pantai. Ia akan selalu melambai, mengabari setiap raja kelana, bahwa negeriku indah dan permai.



| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI