![]() |
Foto dari koleksi pribadi |
Bagi semua orang itu adalah
keistimewaan yang patut dibanggakan, bisa membusungkan dada tatkala berhadapan
dengan bangsa lain yang datang kepada mereka. Tapi entah kenapa, saya sama sekali
tidak bangga.
![]() |
Gunung Marapi | Foto oleh Hamdi Djufrie |
Tapi entah bagaimana, beberapa tahun
terakhir saya mulai jatuh cinta pada Indonesia. Dimulai ketika momen 17 Agustus beberapa tahun yang lalu,
benih-benih cinta itu semakin tumbuh dan meninggi. Saya bahkan membuat dua grup
di sosial media yang bertemakan nasionalisme dan memiliki anggota lebih dari
2000 akun.
Memang hanya sebatas di media
sosial, tapi itu punya pengaruh besar pada diri saya sendiri karena mesti menulis
sesuatu yang punya hubungan dengan Indonesia, maka secara otomatis saya harus
lebih dahulu mengetahuinya sebelum saya tuliskan di grup tersebut. Berbagai
macam keistimewaan Indonesia akhirnya saya ketahui. Dan semakin banyak yang saya
tahu, semakin besar rasa cinta saya.
Setiap kali Sang Saka Merah Putih
berkibar, ingin rasanya menatap walau hanya sesaat. Setiap ada wakil-wakil
bangsa yang menuliskan nama Indonesia di hadapan dunia, diri selalu berusaha
agar bisa melakukan yang serupa.
![]() |
Pantai Bakaro | Foto oleh : khatulistiwa.info |
Cinta memang tak sekedar cinta, tak
sekedar menyayangi, tapi juga ada rasa sykukur pada Tuhan yang telah
menganugerahkan serta menitipkan sebuah negeri yang indah kepada saya. Kalau
bukan karena kehendak-Nya, tidak mungkin semua ini terjadi, kan? Maka dari itu
saya harus bersyukur. Dan rasa syukur itu pula yang menyebabkan cinta saya pada
Indonesia semakin besar.
Sampai saat ini saya memang belum
pernah menginjakkan kaki di negeri orang yang katanya masyhur dan permai, tapi
untuk apa terlalu memedulikan itu? Bukankah kelak saya, dan saudara-saudara
saya yang tersebar dari timur sampai barat, dari Sabang sampai Merauke, dan
dari Miangas sampai Rote yang akan membuat negeri ini menjadi jauh lebih indah
dari apa yang diceritakan orang tentang Amerika, Malaysia, Belanda, dan
lain-lainnya? Maka tiada guna sebenarnya merasa inferior. Tuhan mewajibkan kita
bersyukur, inilah yang Ia berikan, pasti yang terbaik, tapi tak menyurutkan
kewajiban untuk terus menjaganya.
----------------------------------------------------------------------
Aku
melangkahkan kakiku di hamparan pasir pantai, menatap sejauh mata memandang dan
ombakpun menerpa kaki kecilku. Aku merunduk, mengambil butiran pasir pantai
kemudian menggenggamnya dengan erat hingga beberapa butirannya menyusuri sela
sela jari. Sang surya dengan segenap kebanggannya bersinar penuh dengan kewibawaan
sang siang, menambah indah lukisan nyata di hadapan.
Kukembalikan
lagi pasir dalam genggamanku dengan perlahan, sambil tersenyum kecil dan
berbalik arah. Kutolehkan sesaat pandangan pada nyiur yang asyik dogoyang
angin. Ya, nyiur-nyiur hijau di tepi pantai. Ia akan selalu melambai, mengabari
setiap raja kelana, bahwa negeriku indah dan permai.