Pernahkah manusia saling mengenal
secara utuh perasaan-perasaan yang ada dalam dirinya dan mengendalikan itu
semua? Jika bulir-bulir air mata menetes laksana mutiara di lautan luas,
akankah kesedihan itu tetap abadi dan menetap dalam kalbu yang telah sembilu? Aku
tahu bahwa tak satupun yang dapat hidup selamanya, tapi bukankah aku tak ingin
engkau tinggalkan?
Aku menatap langit yang tinggi itu
dengan pandangan hampa. Seolah-olah warna di bawah naungannya telah menghilang
dan memudar menjadi putih dan abu-abu yang sendu. Tak peduli seberapa banyak
air mata yang kukeluarkan, tetap saja langit itu tiada menjadi arti apapun.
Ku saksikan gugusan bintang-bintang
menebar di atas sana, akankah ada distorsi bagi perasaan-perasaanku ini? Hendak
kusentuh satu-satu bintang namun apadaya tanganku tak sampai untuk menggapainya.
Disanakah engkau? Kenapa Tuhan menciptakannya begitu tinggi hingga kedua
tanganku tak mampu menyentuhnya walau ragaku ingin bertemu denganmu, sesaat
saja.
