contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Kamis, 13 November 2014

          
                          “Berikan aku nasihatmu!” Amor menghadap Yang Mulia Raja dengan penuh rasa harap dan pinta. Tak terukur dalamnya rasa kecewa ‘pabila yang diingin tak dapat diraih.
            “Amor putraku. Sungguh, aku lebih tahu darimu perihal apa yang kau inginkan itu. Jika sayap-sayapku ini dapat membentang ke seluruh penjuru bumi, maka yang kau inginkan itu yang tak dapat kucapai,” Yang Mulia Raja mencoba memberikan kebijaksanaannya yang terkenal anggun.
            “Anataschia nan legendaris itu.... “ Amor menatap ke atas, jauh. Pandangannya yang penuh pengharapan melalangbuana dengan sentuhan lakaran imajinasinya. Alun-alun pikirannya tak berhenti membayang, membayangkan apa-apa yang ia kehendaki.
            “Amor, jika Rhea dalam genggamanmu, maka itu artinya kau telah menemui mereka yang agung.” Yang Mulia Raja menatap dengan dalam, mendekatkan tubuhnya pada Amor. “Jika ada diantara sayap-sayap mereka merangkummu, maka ikutilah dan biarkanlah. Ia kan membawamu dalam sanubari yang kau kehendaki.”

-------
            Berkatalah Eimera pada Amor yang diselimuti keheningan, “Duhai yang gagah hatinya, demi apa engkau lakukan ini. Tidakkah kau dengar berita tentang Anataschia?” Suara Eimera laksana angin utara yang mem.binasakan, sayap-sayapnya melipat dengan angkuh.
            “Beritahu aku!” Amor dengan segenap kecantasannya menatap Eimera dengan berani.
            “Dengarlah ini anak muda, apa yang kau inginkan itu akan memahkotaimu, tapi ingatlah bahwa ia akan menghukummu.” Eimera merentangkan sayapnya dan meninggalkan Amor.
            Amor melangkah dengan tetap pada pengharapannya. Matanya melirik sesekali pada tempat-tempat yang ia lalui itu. Megahnya Anataschia dalam ucapan-ucapan penyair telah mempengaruhi pikirannya.
            Air terjun di hadapannya berdiri bagai seorang dewi yang tengah menatap manusia. Dan dari bawah air itu, munculah ia, Aethra. Dengan gerakannya yang anggun dan gemulai, ia lentingkan pisau-pisaunya pada Amor yang gesit menghindar. Dengan cepat sebuah pukulan Aethra yang tak disadari Amor telah membuatnya terhempas, kemudian mencoba berdiri bertumpu pada pedangnya.
            “Bawa aku kepada Rhea!” Amor menghunuskan pedang hitamnya ke arah  Aethra.
            “Sungguh?” Aethra tersenyum menantang. Ia salah satu jenderal Anataschia yang masyhur namanya. Meskipun seorang wanita, keagungannya dapat mengalahkan ksatria manapun di penjuru negeri. Kedua pedang di tangan Aethra menari beralun menyerang Amor. Gerakan cepat dan tenaga Aethra yang luar biasa membuat Amor terperangah, ia tersudut dan ujung pedang kiri Aethra telah berada di lehernya.
            “Aku tidak tahu tentang kebenaran yang hakiki. Tetapi, kesadaranku akan kebodohanku adalah kehormatanku yang mulia.” Amor tak panik. Meskipun lehernya sudah menyentuh ujung pedang Aethra, ia tetap tenang.
            “Keyakinan memberikan sebuah kekuatan yang tiada batas. Batas setiap kekuatan fisik, bergantung pada seberapa besar semangatnya.” Aethra menarik pedangnya dari leher Amor.
            “Duhai yang teguh keyakinannya, jika Rhea menjadi apa yang kau yakini, maka carilah ia yang hampa itu. Tempat dimana kau dapat mengisinya dengan balutan sutra suci dan ikatan emas bersama simpul harmoni,” Aethra meletakkan kedua tangan ditubuhnya, “tatkala Rhea dalam genggamanmu, biarkan isyaratnya menujumu. Penyaksian itu, tidak akan seperti isyarat daun yang tak tersampaikan kepada dahan yang telah menggugurkannya. Dialah jiwa surgawi yang dapat menyalakan mata.”
            “Apakah durjanaku jika aku hendak mencari tabir yang menyelimuti segala kebencian?” Amor menatap Aethra yang ayu.
            “Ingatlah. Ingatlah. Bahwa ketika salah satu sisi kehidupan membuka tabirnya, maka ketika itulah keindahan akan terlihat. Biarkan sanubarimu menikmatinya.” Aethra berjalan meninggalkan Amor sendirian di tengah Anataschia, di jalan menuju Rhea dengan iringan simfoni harapan.


| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI