 |
sumber foto: https://aresms.wordpress.com |
Beton-beton yang
membelantara itu, tempat hukum rimba berlaku, terkisah rupa-rupa serta
warna-warni kehidupan.
Lantai yang tetap
melantai,
dinding yang tetap
mendinding dan
atap yang tetap di
atas.
Hiruk pikuknya
semarak, tak kenal sepi atau senyap.
Duka-duka dibabat
suka, dan ia selalu didekap.
Warna-warninya
tersebar dan membuat mata silau, menudungi hitam putih tempat bersama yang
seperti sirna.
Duhai kawan-kawanku,
bersihlah, jernihlah dalam memandang.
Tengoklah jalanan belantara beton itu, tidakkan ia menyimpan cerita?
Cerita tentang mereka yang mungkin kau lupakan saat kau telan apapun ke
kerongkonganmu
Tentang mereka yang setia menjaga belantara betonmu, meski jarang kau
ingat dengan cerita bahkan nama yang indah.
Mereka mungkin samar-samar tak terlihat
Tak terlihat oleh karena gemerlapnya warna
Warna yang membungkus hitam dan putih
Putihnya jasa yang menjadi bening tak tersentuh
Tak tersentuh oleh cerita-cerita heroik, sekalipun mereka adalah
pahlawan
Pahlawan tanpa jasa yang lainnya
Seperti guru yang memberangus sampah kebodohan, maka mereka berperang
melawan sampah yang sebenarnya
Ingatlah mereka,
Yang kau lupakan di jalanan belantara beton itu, menggerus-gerus kotoran
padahal sering kau campakkan dengan angkuh kotoran-kotoranmu
Yang setia, walau tertakdir bagi mereka, agar kau memandang yang
indah-indah bagimu, dan membaui semerbak wangi
Yang bercucur keringat di bawah payung
surya, demi tubuh yang meminta dan tuntutan yang menggilas
Yang membaui kebusukan dari perut manusia, tanpa peduli untuk siapa ia
bekerja
Yang menghitam tubuhnya bercampur peluh, walau tidak tahu kepada siapa
hasil dialamatkan
Yang mengotori diri agar orang menjadi bersih dan asri
Hei kawan, pernahkah setidaknya sebait doa kau lantunkan?
Daripada memberi apa-apa yang barangkali sulit
Atau sekedar tegur sapa yang sejuk
Atau mungkin mereka tidak selevel? Tidak setara? Tidak sekasta? Tidak
sekelas? Dan tidak-tidak lainnya sehingga pantas dihinakan?
Mereka bukan para pekerja, tukang, bapak atau ibu sampah.
Kalian, yang memberatkan kerja mereka, itulah yang mungkin layak disebut
pekerja sampah.