Kepada Yang Tersayang,
Adik-adikku
di masa depan
Dengan penuh rasa cinta dan kasih,
Hai adik-adikku, biar aku
perkenalkan siapa aku. Ehm, rasanya mungkin tidak perlu, anggap saja aku ini
adalah kakak, teman atau saudaramu yang akan berbagi cerita tentang “oleh-oleh”
yang kubawa dari kehidupanmu.
Aku hidup di masa lalu, dan beberapa
waktu yang lalu aku menyempatkan diri berkunjung ke masa depan, masa tempat
kalian tinggal sekarang. Sebenarnya kita seumuran, tapi karena di masa kalian
aku akan berusia lebih tua, maka biarlah aku memanggil kalian dengan sebutan
adik sedang kalian boleh memanggilku apa saja. Setuju, kan? Sesuai dengan
kata-kataku tadi, aku akan bercerita tentang kesan-kesan selama berada di masa
depan.
Awalnya, aku menyaksikan masa depan
sebagai masa yang luar biasa. Aku sangat takjub bahkan sampai terpana melihat
masa depan tempat kalian hidup. Kulihat ada sebuah benda berbentuk persegi panjang pipih yang
bercahaya, lalu dari sumber cahaya itu keluar berbagai macam gambar seperti televisi
dan salah seorang teman kalian yang kutanyai bilang kalau benda tersebut adalah
smartphone. Sambil tersenyum sinis
dan mengejek, ia menjelaskan apa-apa saja fungsi benda itu. Aku semakin
terpana, bahkan membuat mulutku menganga. Dalam benakku, akan lebih mudah
bagiku untuk mengobrol dengan teman-teman tanpa harus keluar rumah lagi, malah smartphone bisa membuat penggunanya bisa
berhubungan dengan manusia di daerah mana saja. Andai saja benda ini sudah ada
di masaku, mungkin aku bisa menghubungi Nobita!
Kemudian aku berjalan-jalan lagi,
dan melihat sebuah ruko yang suaranya sangat bising. Di pintu masuk tertulis:
Warnet, Warung Internet. Di sana, anak-anak seumuranku begitu candu
mengotak-atik keyboard komputer sampai
pandangannya tidak memerhatikan aku yang berdiri planga-plongo di sisinya. Di
layar komputer yang sangat tipis dibanding layar di masaku itu, ditampilkan
permainan-permainan yang aku tidak kenal. Kata orang yang menjaga toko yang
disebut warnet itu, para pemain bisa bermain game dengan orang di manapun! Barangkali aku tidak perlu lagi
jauh-jauh ke lapangan untuk bermain ya!
Setelah melihat smartphone dan game di
warnet, aku melihat lagi kalian sangat lihai mengendarai sepeda motor meski
kaki kalian belum sampai ke tanah. Wah, padahal di tempatku hanya orang-orang
dewasa yang boleh pakai sepeda motor. Bahkan banyak diantara kami yang sulit
secara ekonomi untuk membeli sepeda yang dikayuh alih-alih membeli sepeda
motor. Kalian bahkan dengan asyik dan santai meliuk-liuk di jalanan dengan
kencang, sampai-sampai para pejalan kaki terlihat merasa awas dan
menggeleng-gelengkan kepala.
Oh ya, aku juga melihat banyak dari
kalian yang menyanyikan lagu-lagu yang aku tidak mengerti maknanya. Cinta cinta
gitu deh, padahal di tempatku, kami
bisa dimarahi oleh orangtua kami kalau menyanyikan lagu itu. Biasanya kami
diberikan lagu yang katanya sih
sesuai dengan umur kami, dan setiap sore kami menonton acara-acara khusus
lagu-lagu untuk kami di televisi.
Hem apa lagi ya? Oh iya! Aku juga
sedikit heran kenapa lapangan di tempat kalian sangat sepi ya? Padahal di
tempatku anak-anak seumuran kita sering menghabiskan sore di sana. Ya walaupun
aku sebenarnya jarang keluar rumah, tapi aku sering kok menyaksikan pemandangan seperti itu, apa lagi saat sore itu
langit dihiasi layangan. Eh aku sebenarnya juga tidak pandai menerbangkan layang-layang
kok.
Apa lagi ya yang bisa aku ceritakan?
Bingung karena banyak sekali hal-hal menarik di masa kalian. Tapi meskipun merasa
takjub, aku malah juga merasa heran dengan hidup kalian. Bahkan aku cenderung
bertanya-tanya, kenapa sih kalian itu?
Di masaku, untuk bercengkrama satu
sama lain, biasanya kami akan pergi ke lapangan atau main ke rumah teman-teman
kami. Cukup duduk di lapangan, maka kami akan didatangi teman dan kemudian
bermain apa saja, cipak cipung, tongkak dingin, polisi-polisian, cakbur atau
main lompat tali. Apa kalian tahu permainan seperti apa itu? Mungkin tidak
karena saat aku tanyakan kepada teman kalian, ia bilang tidak ada permainan
seperti itu di smartphone nya. Nah
kalian, katanya bisa saling berhubungan dengan orang di daerah mana saja, tapi
kulihat ada diantara kalian yang bahkan tidak saling menyapa saat duduk
bersebelahan. Mungkin itu karena kalian sibuk berhubungan dengan teman kalian
di dalam smartphone.
Di masaku, tidak banyak lagu-lagu
yang kam tahu, tapi kami sering sekali bernyanyi. Kami bernyanyi untuk
bersenang-senang, biasanya lagu kami berisi puja-puja terhadap orangtua, guru,
teman, Negara dan agama kami. Tapi kalian bernyanyi lagu-lagu yang aku sendiri
tidak mengerti maknanya apa. Kekasih, sayang, cinta dan pacar itu apa sih? Aku
tidak mengerti. Bisakah kalian yang bercerita tentangku?
Di masaku, uang yang aku dan
teman-temanku dapatkan tidaklah ada apa-apanya dibandingkan yang kalian dapat.
Tapi, aku dan teman-temanku benar-benar tidak terlalu tahu dengan uang. Asalkan
uang yang kami punya sudah bisa membeli sate bungkus cerocok dan segelas es
batu yang diserut, itu sudah cukup bagi kami. Tidak pernah kami meminta uang
banyak-banyak untuk membeli bensin, atau pulsa dan paket internet. Ah, itu apa?
Di masaku, hari Minggu adalah “surga”.
TV bisa menjadi milik kami sejak pagi. Selesai sholat subuh, atau mungkin bagi
yang ikut didikan subuh, pasti akan segera menyalakan televisi. Kau tahu, dik?
Sampai tengah hari kami disuguhkan tayangan-tayangan animasi yang aneh-aneh
tapi memiliki arti di hati kami. Memang sih, Doraemon dengan kantong ajaibnya,
atau Dragon-Ball, Beyblade, Captain Tsubasa,
Let’s & Go, Yugi-Oh mungkin akan
kalah kalau “berkelahi” dengan orang-orang yang bisa berubah jadi serigala dan
harimau, tapi kami mengerti apa itu persahabatan dan bagaimana cara menolong
sahabat meski diperlakukan dengan buruk. Ya tanpa harus menjadi harimau yang
bulunya seperti domba.
Wah, aku bingung nih mau bercerita
apa lagi kepada kalian, adik-adik. Yang bagus, biar kalian juga tahu bagaimana
hidup di masaku, ayo main kemari! Aku akan menyambut kalian dan mengajak kalian
berkeliling masa lalu. Barangkali ada oleh-oleh yang bisa kalian bawa pulang
sekaligus bisa menyaksikan cara kami tertawa dan membangun hidup. Sudah dulu
ya, kuakhiri dulu surat ini. Kapan-kapan aku sambung!
Salam
sayang,
Seseorang dari masa lalu