contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Senin, 10 Juni 2013
            Salman memejamkan mata, mengingat beberapa kejadian dalam masa lalu kehidupannya. Menjadi seorang bangsawan di sebuah kerajaan besar, menjadi penjaga kuil api, melintasi daratan dengan berganti keyakinan hingga mendaratkan langkahnya di sebuah tempat yang diapit dua buah bidang tanah yang berbatu hitam dan bertemu dengan seorang yang memberikannya kedudukan utama.
            Usianya telah menginjak matang, kumbang sukmanya telah menginginkan setangkai kembang untuk dihinggapi, "kinilah saatnya" begitu yang dirasa hati. Pemikiran akal sehat telah membuat ruhnya yang suci memilih seorang gadis muslim lagi shalihah yang telah melukiskan garis indah bak lakaran pelangi dalam kalbunya. "Aku akan melamarnya" niat itu sudah timbil di hati , ia kemudian pergi menemui sahabatnya.
            "Wahai sahabatku, aku ingin menyampaikan maksud kedatanganku padamu. Aku membutuhkan bantuan darimu." Salman berbicara dengan nada rendah

"Katakan apa yang bisa aku perbuat untukmu sahabatku." Sahabatnya itu membalas kata-kata Salman teriring senyum
"Aku ingin melamar seorang gadis di penjuru kota, sebagai orang yang lebih lama tingal di negeri ini, tentulah engkau lebih tahu dari aku bagaimana segalanya berjalan di negeri ini. Aku berharap engkau bisa menjadi perwakilanku untuk melamarnya" Salman langsung mengungkapkan inti dari kedatangannya kepada sahabatnya itu
"Subhanallahu" Sahabat Salman itu langsung bertasbih dan memeluk Salman dengan erat, rasa syukur dan kebahagian bersinar cerah di hatinya mendengar bahwa Salman telah mendapatkan seorang wanita untuk ia lamar.
            Setelah segala persiapan mulai dari mahar dan nafkah telah dipersiapkan oleh Salman, mereka berdua berangkat menuju rumah dari gadis yang dimaksud oleh hati Salman, dan tibalah saat semua tujuan itu disampaikan dihadapan wali dari si gadis
"Saya adalah Abu Darda', dan ini saudara saya Salman. Salman adalah pendatang di negeri ini. Allah Subhanahu wa ta'ala telah memuliakannya dengan keyakinan yang ia anut dan ia pun telah memuliakan keyakinan itu dengan budi pekerti kebajikan dan jihadnya.Junjungan kita juga memberikan Salman kedudukan yang utama bahkan ia menyebut Salman sebagai keluarganya"
Abu Darda' berkata-kata dengan lancar dan caranya murni sesuai dengan kebiasaan di negeri itu
"Saya, mewakili saudara saya, ingin menyampaikan maksud hatinya untuk melamar putri anda agar dipersuntingnya sebagai istri"
            Wali gadis itu tersenyum, "Sungguh kehormatan bagi kami bisa menerima tamu dari seorang yang berkedudukan tinggi dengan kemuliaannya, dan tentu menjadi kehormatan pula jika kami bermenantukan dirinya. Namun tentunya bukanlah kami yang memiliki hak jawab dari lamaran ini. Semuanya kami serahkan kepada putri kami.
            Wali si gadis melihat kearah belakang sambil memberikan isyarat, disana terdapat dinding yang si gadis berada di baliknya, menunggu dengan debar hati yang bergejolak
"Maafkan kami atas keterusterangan ini kepada Anda berdua." Suara yang begitu lembut berbicara dengan suara yang lantang, bukan, dia bukan gadis yang dilamar, dia adalah ibu dari si gadis
"Dengan mengharap ridho Allah subhanahu wa ta'ala, kami sampaikan bahwa putri kami menolak lamaran dari tuan Salman." Suara ibu si gadis semakin memberat dan pelan, "Namun, jika tuan Abu Darda' memiliki urusan yang sama kepada putri kami, maka ia akan mengiyakan jawaban untuk lamarannya."
            Jawaban yang sangat mengejutkan, bahwa si gadis lebih memilih si pengantar alih-alih si pelamar. Entah apa perasaan Salman ketika mendengar jawaban dari ibu si gadis. Harapan agar sahabatnya membantu proses pelamaran malah membuat gadis yang dilamar memilih hati sahabatnya. Cinta dan persaudaraan bertarung demi satu hati, cinta yang ia impikan lebih memihak kepada sahabat yang ia kasihi. Senja yang memerah seakan meredup membentuk luka dalam hati, sakit dan perih. Mengoreskan perasaan cinta dan kasih yang tulus dari hati seorang lelaki kepada wanita tercinta, menggugurkan segala bunga yang tengah bersemi indah menjadi kerontang bersama daun-daun kering, hingga menjadi gersang  berpasir di padang nan tandus. Kenyataan telah terjadi, bahwa Sang Maha Cinta lebih memilih menyelipkan cinta si gadis kepada sahabat Salman
            "Allahu akbar.... " Bibir Salman mulai menanggapi jawaban yang seakan-akan bisa menghancurkannya, "Sesungguhnya aku tak memiliki sedikitpun hak atas wanita yang kucintai. Semua mahar dan nafkah yang telah kupersiapkan akan ku berikan padamu wahai sahabatku. Aku akan menjadi saksi dari pernikahanmu"
            Namun ternyata tak sedikitpun dari semua itu yang membuat hati Salman terluka. Ia sadar, apapun yang terjadi maka itu adalah terbaik bagi dirinya dan sahabatnya, dan tentu pula bagi si gadis. Reaksi yang bersahaja sebagai pencinta sejati benar-benar melindungi dirinya dari rasa kecewa ataupun penyesalan kepada sahabatnya.
"Maha Suci Tuhan yang telah menganugrahkanku seorang sahabat sepertimu"


@soniindrayana



*berdasarkan kisah cinta Salman Al Farisi dengan modifikasi

| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI