contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Sabtu, 19 Juli 2014



النَّبِىَّ الْأُمِّىَّ الَّذِى يَجِدُونَهُۥ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِى التَّوْرَٮٰةِ وَالْإِنجِيلِ  

 "....Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil...."  (QS. Al A'Raf:157)

Bushra, Syiria, 582 Masehi . . . . . .
            Bahira memegang manuskrip kuno berisi kata-kata Tuhan yang selama ini selalu ia pelajari dan pahami, kali ini manuskrip yang ia pegang berisi tentang ramalan masa depan yang disebut-sebut sangat dinanti oleh semesta alam.
“ve yavu himdath kol haggoyim. Dan aku akan menggoncangkan semua bangsa, dan Himada untuk semua bangsa akan datang dan Aku akan mengisi rumah ini dengan kemegahan, kata Tuhan pemilik rumah”
            Tangan Bahira menggigil membaca kata-kata Tuhan dari nabi Hagai itu, ia gundah. “Kapan Himada akan datang?” Hatinya bergumam, gelisah. “Akankah dapat kusaksikan manusia yang kelak akan menjadi raja penguasa bumi, raja penyelamat, raja pembawa rahmat Tuhan itu?” Bahira benar-benar tak tentram, sedang lubuk hati yang terdalam begitu menanti dan yakin dalam hidupnya ini, ia akan dapat bertemu Himada, nabi terakhir yang dijanjikan Tuhan.

-------

            Biara tempat tinggal Bahira terletak tak jauh dari tempat para kafilah-kafilah Makkah biasa berhenti untuk beristirahat. Sudah biasa bagi Bahira melihat banyaknya penduduk Makkah membawa dagangan mereka melintasi berbagai negeri, namun kali ini ada sesuatu yang begitu membuatnya terkejut laksana disambar petir di siang bolong, yaitu segumpal awan yang bergelayut di atas para kafilah.
            Awan tersebut tidaklah besar, ia berada tepat di bawah matahari dan dengan ukurannya dapat memberi keteduhan bagi beberapa orang dari kafilah itu. Tapi tidakkah aneh ada awan kecil di langit saat tak satupun awan bergumpal di tengah cuaca yang luar biasa terik ini? Bahira mendekati para kafilah itu, ia yakin ini ada hubungannya dengan kata-kata Tuhan di manuskrip-manuskrip kuno perihal nabi akhir zaman.
            Timbul kekaguman Bahira tatkala melihat awan tersebut terus bergerak mengikuti beberapa orang yang memutuskan berteduh di bawah pohon, dan seketika pohon itu terlihat merundukkan dahan-dahannya. Bahira melihat semua keajaiban barusan sebagai tanda yang mempunyai signifikansi tinggi untuk menjelaskan nabi yang diharapkan itu.

-------

            Bahira mengundang kafilah Quraisy itu untuk makan di biaranya, berhubung ia juga baru mendapatkan persediaan makanan yang banyak, sekaligus membuatnya berkesempatan menjawab tanda tanya mengenai kejadian aneh yang baru saja ia saksikan.  “Wahai kaum Quraisy, makan dan minumlah di biaraku, telah kusediakan berbagai macam makanan. Datanglah kepadaku, tua dan muda, budak maupun yang merdeka!”
Orang-orang Quraisy pun berbondong-bondong datang ke biaranya, dan Bahira menatap satu persatu wajah mereka. Namun, tak satupun dari orang-orag Quraisy yang terlihat seperti manusia pilihan Tuhan. Tidak sesuai dengan penggambaran kitab dan tidak pula rasanya cocok mendapat dua keajaiban yang telah ia saksikan.
“Wahai kaum Quraisy, bawa semua anggota kalian. Jangan ada yang tertinggal!” Seru Bahira pada semua tamunya.
“Tidak ada yang tertinggal, kecuali seorang anak kecil” Jawab orang-orang Quraisy itu.
Bahira tertegun, dan langsung bertitah untuk memanggil anak kecil yang mereka tinggalkan untuk menjaga unta itu. “Jangan berlaku seperti itu, bawa ia kemari!”
            Para tamunya pun saling menyalahkan, salah seorang berkata “Kita telah meninggalkan anak Abdullah. Celakalah kita!”

-------

            Bahira menatap kagum wajah anak kecil yang datang belakangan itu, tak pernah ia melihat wajah manusia yang sebercahaya ini, layaknya bintang yang memancarkan sinar benderang.
            “Siapa anak ini, wahai Tuan Abu Thalib?” Bahira bertanya pada seorang laki-laki Arab pemimpin dari rombongan. Ia yakin sekali bahwa anak yang sedari tadi berada di dekat Abu Thalib ini akan menyingkap tabir dari kejadian aneh yang ia alami, sekaligus jawaban dari nubuat Tuhan pada Hagai.
“Dia anakku” Jawab Abu Thalib. ‘Tidak mungkin! Nabi terakhir itu akan datang dalam keadaan yatim.’ kata Bahira dalam hati.
“Dia bukan anakmu. Mustahil ayahnya masih hidup!” Bahira tahu bahwa Abu Thalib tidak jujur menjawab pertanyaannya.
“Di..dia, anak saudaraku” Abu Thalib telah merasa menjadi tamu yang tidak sopan karena sudah berbohong dan tidak terus terang. “Ayahnya telah meninggal saat anak ini masih dalam kandungan.” Tambahnya menjelaskan.
            Raut muka Bahira berubah, tak jelas apa maknanya. Apa-apa yang ia yakini sebagai janji Tuhan terlihat semakin nyata dan dekat. Ia berhadapan dengan anak yang bernama Muhammad itu dengan gemetar.
 “Bersumpahlah demi Al-Lata dan Al-‘Uzza!” Bahira meminta anak itu untuk mengucapkan dua tuhan besar sesembahan bangsa Arab.
“Jangan suruh aku melakukan itu. Sungguh, tak ada yang lebih kubenci dari dua tuhan itu.”
            Tulang-tulang Bahira lemas seakan tak mampu menopang tubuhnya, ia kaget setengah mati mendengar jawaban Muhammad. ‘Bagaimana mungkin anak sekecil ini pandai menghina tuhan-tuhan sesembahan kaumnya?’ gumam Bahira.
Bocah dihadapannya ini adalah anak belia yang terpercaya di Makkah. Lidahnya tak pernah berdusta, tak pernah berucap kotor dan tak pula melihat yang buruk-buruk. Jiwa kepemimpinannya terasah, dan segala yang ia lakukan seolah mendikte Tuhan.
“Bolehkah aku melihat punggungmu?” Bahira meminta izin untuk melihat punggung Muhammad. Izin ia dapatkan, dan sesegera mungkin ia singkap bagian belakang pakaian Muhammad dengan jari yang gemetaran dan semakin gemetaran serta berguncang tatkala melihat tanda diantara dua bahu si Anak. ‘Ini sama persis dengan nubuat tentang Himada!” gumam Bahira di hatinya. Ia langsung menutup kembali pakaian Muhammad, dan langsung berbicara dengan ekspresi wajah sangat serius pada Abu Thalib dengan nafas yang sesak. “Bawa anak ini pulang ke negerimu. Jagalah ia. Kalau sampai orang Yahudi melihatnya seperti aku mengenalinya, maka mereka akan berbuat jahat. Keponakanmu ini adalah pemimpin masa depan. Masa depan ada dalam genggamannya!”

-------

            Di malam yang dingin dan sunyi, Bahira menyendiri dalam biaranya. Ia menangis bahagia, apa yang ditunggu-tunggunya telah datang. Kebenaran akan tiba. “Aku akan beriman kepada Nabi Akhir Zaman dan menjadi pengikutnya”.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ،

كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ،

اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ،

كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ




| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI