contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Rabu, 16 Juli 2014


“Wahai Allah, kumpulkanlah diriku dalam tembolok burung”....................

-------

            Peperangan dengan Romawi telah dimulai, pasukan Islam dengan semangat membara laksana matahari menuju medan tempur sambil berharap syahid, yang berarti adalah kemuliaan tiada batas dari Allah, Tuhan Semesta Alam. Mati Syahid adalah impian bagi setiap Muslim, karena itulah sebaik-baiknya kematian, yang dijamin surga lagi kenikmatan tiada tara. Para pasukan terus diteriaki agar mereka bersungguh-sungguh dalam peperangan ini. Teriakan Allahu Akbar menggema dimana-mana, bak memberikan aliran tenaga tambahan pada pasukan. Apapun nasib yang datang diakhir perang, keduanya adalah baik bagi mereka yang berjihad. Apabila mereka selamat, maka mereka akan hidup mulia, namun apabila mati maka surga menjadi balasan. Insya Allah.

            Tanah tempat berpijak telah menjadi lautan mayat dan darah, jasad pasukan Muslim bercampur dengan pasukan Romawi. Senjata-senjata terserak dimana-mana, ada pedang yang terhunus ke tanah, tombak yang patah, perisai yang rusak, anak panah yang menancap dan bermacam ragam lainnya yang kesemua itu telah berbau darah. Abu Qudamah, panglima perang pasukan Muslim terus menriakkan kata-kata motivasi pada pasukannya. “Berjihadlah kalian di jalan Allah! Surga telah menanti. Allahu Akbar!” Seketika teriakan itu disahut oleh anak buahnya, yang sama sekali membuat gentar pasukan Romawi.
            Di tengah pertempuran dan dalam komandonya pada pasukan, Abu Qudamah menyaksikan seorang anak kecil yang masih sangat belia dengan semangat gagah berani ikut berjihad bersamanya. Hati Abu Qudamah tak tega melihat anak dengan usia sebelia itu sudah harus ikut bertempur, ia lalu menghampiri anak kecil itu dan berusaha mencegahnya.
“Duhai anakku, kembali dan pulanglah. Akan lebih baik kalau kau tidak berperang sekarang.”
“Hei, bagaimana mungkin engkau menyuruhku pulang? Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’aala telah berfirman ‘Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat’”* Jawab Si Anak Kecil dengan lantang, yang seketika mematikan perkataan Abu Qudamah, sehingga ia biarkan anak kecil itu terus berperang.

Beberapa saat sebelumnya . . . . .
            Seorang wanita dengan tenaga yang sedikit lemah berjalan gontai menuju Abu Qudamah. Ia menenteng sebuah bungkusan, lalu menyerahkannya pada Abu Qudamah. Abu Qudamah membuka bungkusan tersebut, dan membaca secarik kertas yang diberikan Si Wanita. Lalu Wanita itupun pergi meninggalkannya.
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Dari seorang muslimah hamba Allah kepada panglima tentara Muslim. Keselamatan dari Allah semoga terlimpah kepadamu. Ammaa Ba’du.
Sungguh Engkau telah mengajak kami berihad di jalan Allah sementara aku tak memiliki kekuatan berjihad dan kemampuan untuk berperang. Di dalam bungkusan ini terdapat jalinan rambutku. Ambilah sebagai pengikat kudamu. Mudah-mudahan Allah menuliskan untukku pahala.

-------

            Setelah Abu Qudamah melepaskan anak kecil tadi untuk ikut berperang, anak kecil itupun tiba-tiba kembali menghadapnya dan berkata “Wahai Panglima! Berikan aku tiga buah anak panah”
Abu Qudamah hanya heran, tanpa basa basi ia berikan tiga buah anak panah, sambil memberikan sebuah syarat “Akan kuberikan anak panah ini padamu. Tapi aku juga memberimu syarat, bahwa apabia Allah menghendaki kesyahidan kepadamu, mohon berikan syafa’at kepadaku”
“Baiklah, Insyaa Allah” si Anak menjawab dengan mantap, lalu berlari ke arah musuh dan menerjangnya dengan gelora semangat yang berapi-api.
            Mata Abu Qudamah tak berpaling dari si anak, ia memerhatikan bagaimana satu persatu musuh berjatuhan oleh tangan Si Anak, hingga tiba dimana hal yang sebenarnya dikhawatirkan Abu Qudamah terjadi, seorang musuh berhasil menjatuhkan anak kecil itu . . . . .
            Abu Qudamah segera berlari menuju Sang Anak, menghampirinya dan bertanya “Apa yang kau inginkan wahai anakku? Minuman? Makanan? Atau apa?”
“Tidak, sungguh aku memuji Allah atas apa yang telah terjadi dalam hidupku. Namun, maukah engkau penuhi keinginanku ini?” Si Anak dengan keadaan yang semakin lemah akibat luka parah berbicara dengan suara yang lemah pula pada panglimanya.
“Mintalah kepadaku apa yang engkau mau, Duhai Anakku!” Abu Qudamah menerima permintaan Si Anak.
“Sampaikan salamku untuk ibuku, kemudian serahkanlah barang-barangku kepadanya” Dengan nafas suci terus tersengal, Si Anak berpesan pada Abu Qudamah.
“Siapa ibumu  Wahai Anak Muda?”
“Ibuku adalah wanita yang memberimu rambutnya ketika ia tak mampu berperang di jalan Allah” . . . . . . .
“Yaa Allah!. Semoga Allah memberkahi kalian sekeluarga” Air Mata Abu Qudamah mengalir, dan anak itupun akhirnya syahid.

-------

            Abu Qudamah kemudian mengubur jasad anak muda itu, namun kejadian aneh pun terjadi, bumi mengeluarkan jasad anak itu lagi. Sampai tiga kali Abu Qudamah menguburkannya, dan tiga kali pula bumi memuntahkannya.  “Barangkali ia berperang tanpa disertai ridha ibunya” Ucap Abu Qudamah kepada dirinya sendiri.
Untuk menghilangkan tanda tanya dalam hatinya mengenai kejadian barusan, Abu Qudamah mendirikan sholat dua raka’at seraya berdo’a memohon petunjuk pada Allah. Setelah itu seseorang berkata kepadanya “Wahai Abu Qudamah, biarkanlah wali Allah itu.” dan Abu Qudamah mengikuti perkataan orang tersebut, ia yakin bahwa Allah pasti memberikan kedudukan padanya.
Tak lama setelah keputusannya, ia melihat seekor burung datang memakan jasad Si Anak. Abu Qudamah takjub dan ia akan segera melaksanakan wasiat Si Anak.

-------

            “Apa yang membawamu kemari duhai panglima perang umat Islam?” Wanita yang hendak ditemui Abu Qudamah bertanya padanya dengan wajah yag membuat penasaran.
“Apakah  engkau datang untuk berbela sungkawa atau untuk mengucapkan selamat kepadaku?” Si Wanita melanjutkan pertanyaannya.
“Apa maksudmu?” Abu Qudamah heran, dipenuhi rasa penasaran yang teramat sangat.
“Jika anakku meninggal dunia, maka engkau datang untuk berbela sungkawa, tapi kalau anakku syahid di jalan Allah, maka engkau datang untuk mengucapkan selamat” Si Wanita menjawab dengan tegas. Abu Qudamah terdiam beberapa saat, nafasnya berat dan seakan sesak karena hendak menceritakan sesuatu yang takut akan berdampak buruk pada ibu wanita ini. Setelah mendapatkan momentum yang tepat, ia pun menceritakan segalanya.
            Pasca semua itu terceritakan, Si Ibu berujar “Sungguh Allah telah mengabulkan do’a anakku”
Abu Qudamah terheran lagi, “Apa doanya?”
“Sesungguhnya dia berdo’a kepada Allah dalam sholat-sholatnya dan kesendiriannya, ‘Yaa Allah, kumpulkanlah aku dalam tembolok burung’” Wanita itu menjawab dengan secercah senyum yang bahagia.
            Setelah pembicaraan itu purna, Abu Qudamah berpamit pergi dan meninggalkan Si Ibu, dan hatinya berkata “Kini aku tahu mengapa Allah menetapkan pertolongan pada kami dan mengalahkan musuh-musuh kami”



*QS At-Taubah ayat 41

| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI