contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Minggu, 16 Agustus 2015
madinggalasta.blogspot.com
Sudah menjadi hal yang biasa bagi kita untuk merayakan hari-hari besar yang jatuh satu kali dalam setahun, yakni hari raya keagamaan dan hari besar nasional. Ketika sudah dekat dengan tanggal hari-hari besar itu, maka sebagian besar masyarakat akan larut dalam euforia atau paling tidak hasrat untuk ikut “berpartisipasi” dalam perayaannya. Partisipasi yang paling lazim pada masa sekarang tentunya melalui tulisan-tulisan singkat di media sosial serta acara-acara terkait di stasiun televisi.
Ketika mendekati bulan puasa misalnya, media sosial dipenuhi dengan tulisan-tulisan yang bernada agama Islam dan stasiun televisi berbondong-bondong menayangkan tayangan-tayangan keagamaan. Ini ditambah lagi lagu-lagu rohani yang diputar di pusat-pusat perbelanjaan dan hiasan-hiasan dekoratif di sekitar lingkungan. Semua ini tentu bagus, menunjukkan bahwa masyarakat memiliki atensi yang cukup tinggi terhadap agama mereka.
 Pada hari besar-besar nasional pun atensi masyarakat juga sama. Contoh ketika memasuki bulan Agustus, maka lihatlah lingkungan sekitar, semuanya berbalut merah putih. Media sosial dan media massa sibuk membahas nasionalisme, dan semua yang berkaitan dengan Indonesia dan kemerdekaan. Banyak pula honoris-honoris causa yang bermunculan dengan pemahaman mengenai kemerdekaan. Lagu-lagu nasional diputar dimana-mana, dan foto profil akun media sosial pun berubah menjadi bendera merah putih.

Semua antusiasme itu sangatlah baik. Seperti menunjukkan betapa masyarakat menjadi pihak yang sangat bersyukur atas segala karunia yang Tuhan anugerahkan. Tapi sayang, banyak implementasi semua perayaan hanya sebatas seremoni belaka. Banyak yang cuma beribadah saat hari besar agama, dan banyak yang mengaku cinta Indonesia hanya pada hari besar nasional. Ambilah contoh perayaan HUT kemerdekaan Indonesia, betapa banyak tayangan-tayangan yang bertema Indonesia, ajakan untuk kerja-kerja-kerja bagi Indonesia, tulisan-tulisan untuk Indonesia dan lain sebagainya. Tapi pasca bulan Agustus berlalu, masihkah semua itu tersisa?
Memang, hari yang datangnya satu tahun sekali harus diperingati dengan berbagai macam kegiatan, namun apa arti dari perayaan satu hari untuk 300 lebih hari setelahnya? Apakah upacara kemerdekaan hanya sebatas seremoni belaka untuk mengingat hari ulang tahun? Cobalah perhatikan, contoh kecil saja lagu wajib nasional, berapa banyak sih yang dihafal masyarakat khususnya golongan yang katanya terpelajar karena sudah sekolah dan kuliah tinggi? Atau adakah media yang “bersuara” yang mau memutar lagu-lagu tersebut paling tidak satu atau dua kali sehari? Tentu pemutarannya tidak sebanding dengan lagu-lagu modern yang beberapa diantaranya hanya digubah tanpa ada esensi yang berarti.
Banyak yang setiap hari menulis tentang cinta, jodoh dan ajaran yang kadangkala berisi pengurusan untuk  orang lain, tapi adakah banyak yang mau menulis paling tidak satu tulisan saja yang memiliki manfaat untuk Indonesia? Adakah yang selain di bulan Agustus atau hari besar nasional yang mau bercuit-cuit di media sosial tentang nasionalisme? Masih adakah golongan pelajar yang hafal paling tidak sebagian nama-nama pahlawan Indonesia, yang sudah mengorbankan jiwa dan raganya untuk Indonesia? Apakah ada yang masih tertartik belajar tentang sejarah Indonesia? Masih adakah yang bercita-cita besar bagi Indonesia selayaknya orangtua-orangtua terdahulu?
Peringatan-peringatan hari-hari besar, khususnya dalam tulisan ini adalah hari besar nasional, mestinya memiliki esensi yang berlanjut sampai hari peringatan selanjutnya. Memiliki manfaat untuk memberikan kebaikan yang lebih baik untuk hari esok, dan terus membangun harapan dan asa demi mewujudkan kehidupan yang indah bagi segenap bangsa Indonesia. Marilah maknai lagi apa makna dari setiap seremoni yang dilakukan selama ini, apakah ada manfaat yang lebih baik bagi kepentingan dan kebaikan bangsa? Tulisan singkat yang sangat sederhana ini tidak bermaksud menafikan semua kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh masyarakat, hanya mengingatkan sekaligus mengajak untuk menjadi manusia yang lebih baik bagi segenap bangsa, kalau bisa sih sedunia.






| Free Bussines? |

1 komentar:

  • Kocokan on 16 Agustus 2015 pukul 19.08

    Maka dari itu Bangsa menentukan negara merupakan keunikan indonesia dan Mungkin satu2nya Negara Republik yang menerapkannya.
    sebab banyank konsep negara lain menggunakan konsep negara menentukan bangsa.
    yang terjadi di negara tersebut khususnya eropa+Amerika yang Mungkin banyak ditentang banyak dari negara di Asia dan Afrika adalah banyaknya sifat elitis yang lahir atas dasar kemakmuran.
    Untuk kebanyakan orang Kekayaan Itu relatif walaupun Bisa diukur
    Tapi ingat klasifikasi Maju dan berkembang suatu negara itu sama saja menjerumuskan kita dalam lingkaran setan yang tak berkesudahan, yaitu liberalisme.
    Maka izinkanlah saya memberi tulisan ini dengan menyatakan bahwa tidak heran collapsenya asia diakibatkan eropa memang mengatur agar liberalisme masuk ke indonesia

  • Posting Komentar

    Diberdayakan oleh Blogger.
    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
    "Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

    Label

    Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

    Followers

    About Me

    Foto Saya
    Soni Indrayana
    Lihat profil lengkapku

    Total Pageviews

    Entri Populer

    Selamat Datang Di SONI BLOG

    Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

    Sekilas tentang penulis

    Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

    Social Stuff

    • RSS
    • Twitter
    • Facebook
    • HOME
    SONI