Aku bersandar pada sebuah pohon yang tegar
Merasakan peranginan di bawah kerindangan dahan
Netra tertuju pada si biru luas di atas,
Kumainkan nada-nada tentang yang ku angankan, ku andaikan,
ku bayangkan, ku mimpikan dan ku harapkan kini ada, setelah ada pada yang lalu
Aku bukan pemuja masa lalu, apalagi
pemimpinya
Aku bukan pula yang mencoba kembali
Bukan juga seorang yang melawan waktu
Aku hanya merindu, pada indah Negeri yang
kini menghilang
Lalu engkau datang padaku sebagai jawaban
Tawarkan wajahmu yang berkasih
Lalu berucap dengan tubuhmu yang berbahasa
kasih
Kau bacakan padaku untaian cerita, tentang
sebuah negeri di bumi ini
Kau katakan bahwasanya
Disana, diri-Nya adalah yang utama
Disana, adab adalah pakaian sehari-hari
Disana, angka satu adalah yang dipertamakan
Disana, mufakat adalah jalan menuju
penyelesaian
Disana, adil adalah perbuatan yang selalu
diperjuangkan
Kemudian kejayaan menjadi istananya
Asyik diriku mendengarmu
Kemudian ku teringat pada sebuah kecantikan
Dahulu, ketika kecantikan itu menjadi bahan rebutan
Siapa yang tak tergoda? Cantik yang tak terperi dan kaya yang tak
terbatas
Sentuhan karya indah Tuhan Maha Kuasa bagi para pemuja
Ceritamu terungkap dengan pasti
Meski dalam duka dan sedihmu
Semua belum lenyap
Hanya menjadi sebaran titik
Yang siap dirangkai kembali
@soniindrayana