Sudah menjadi rutinitas saya sehari-hari untuk menjemput
adik-adik pulang dari sekolah setiap sorenya apabila tidak ada kepentingan yang
benar-benar penting yang harus saya kerjakan. Adik saya yang masih SD biasanya
bercerita beberapa pengalamannya seharian di sekolah, namun pada suatu hari ada
sebuah cerita menggelikan yang saya dengar darinya, yaa bagi saya itu sangat
membuat saya tertawa sekaligus kesal.
Adik saya bercerita bahwa pihak sekolah melarang
siswa-siswi untuk berbelanja di luar pekarangan sekolah dengan alasan
kebersihan dan keamanan. Saya pun memafhumi alasan tersebut sebagai bentuk
cinta dari para guru kepada seluruh anak-anak didiknya. Namun, bagi diri saya, ada
cara yang tidak layak diajarkan kepada anak kecil dalam praktek tersebut,
terutama di bangku pendidikan formal. Apa itu?
Adalah “tuduhan”
pihak sekolah bahwa pedagang-pedagang diluar pekarangan sekolah (katakanlah
yang bergerobak, motor dsb) kurang menjaga kebersihan. Saya pun pernah melihat
secara langsung cara pelarangan seperti ini. Memang, media berjualan mereka,
dalam hal ini alat seperti gerobak atau sepeda motor, rentan untuk dihinggapi
berbagai kotoran dari jalanan, tetapi bukan berarti sebgaian besar/banyak/semua
pedagang itu yang tidak menjaga kebersihan! Banyak dari mereka yang begitu
cakap dalam pembuatan dan pengemasan makanan yang mereka jual. Sehingga
melarang para siswa belanja keluar pekarangan sekolah dengan berkata (misal
seperti ini atau yang serupa secara maknawi) “Jangan belanja keluar, itu tidak
bersih. Nanti kalian diare”, “Jangan belanja keluar pekarangan, tidak
higienis”, “Yang berbelanja di luar pekarangan, orangtua kalian akan dipanggil
ke sekolah” dan masih banyak lagi yang intinya melarang anak-anak berbelanja
kepada para pedagang di luar lingkungan sekolah, saya rasa kurang tepat untuk
diajarkan kepada anak-anak kecil.
Di tengah ekonomi yang serba susah seperti zaman
sekarang, menurut saya wajar-wajar saja pihak sekolah membuat peraturan seperti
demikian, karena banyak sekali oknum pedagang curang yang memanfaatkan
bahan-bahan tidak layak makan sebagai bahan pangan untuk menekan biaya produksi
menjadi sekecil mungkin. Tapi bukan berarti pihak sekolah mesti melarang para
siswa dengan segala macam cara asalkan tujuan mereka tercapai. Seperti yang
saya tuliskan sebelumnya, bahwa tidak semua pedagang yang mangkal di sekitar
pagar sekolah itu kotor!
Jangan berikan anak-anak yang masih sangat belia tersebut
doktrin-doktrin yang sebenarnya tidak punya dasar yang kokoh. Mungkin pendapat
saya terlihat berlebihan karena sudah banyak kejadian yang melibatkan
pedagang-pedagang seperti mereka. Tapi perhatikanlah sekeliling kita, sekalipun
anak-anak dilarang untuk jajan disana dengan disertai berbagai “ancaman”,
sebagian dari mereka tetap saja tidak jera atau takut. Ini bukti bahwa cara
seperti itu sudah usang dan “tidak layak pakai”. Dan kalau-lah para pedagang
yang dilarang untuk mangkal di sekitar sekolah, sama saja dengan bersikap rasis
terhadap mereka.
Saran saya, akan lebih baik jika pihak sekolah
mengizinkan para pedagang itu untuk masuk ke pekarangan sekolah, demi menjaga
keamanan dan keselamatan anak-anak. Tindakan selanjutnya bisa dengan membawa
sampel makanan atau biarkan lembaga kesehatan terkait seperti Depkes atau BPOM
untuk melakukan riset terhadap makanan yang dijual. Lalu minta para pedagang
untuk menjaga kebersihan pekarangan atau pungut iuran kebersihan (Jumlah yang
wajar) kepada mereka. Memang kalau dibaca saja seakan-akan ini adalah hal yang
ribet dan repot. Tapi menurut saya lebih baik dengan cara seperti ini,
sekaligus mengajak dan menghimbau agar para pedagang bisa lebih jujur dan
anak-anak pun tidak diberikan doktrin-doktrin berawalan kata ‘JANGAN”!
INGAT, Sekolah adalah tempat mendidik anak-anak agar menjadi insan yang fithrah tanpa kebencian dan selalu memberikan contoh kebaikan.
-Soni Indrayana-
Khawatir boleh-boleh saja menurutku sih, demi keamanan para siswa juga. Akan tetapi, ketika indoktrinasi larangan belanja makanan di luar sekolah sudah menjurus pada 'ancaman yang membuat takut', malah tidak efektif, karena semakin dilarang, anak-anak zaman sekarang semakin berani 'menantang'. Pasti ada cara lain yang lebih bijak selain melarang dan menakut-nakuti. :)
Ya itu tadi :D cek saja kesehatan dan kehalalan dagangan mereka.