Lagi-lagi
menyendiri, menjauhkan kehidupannya dari orang banyak. Begitulah yang dilakukan
Alcinous hampir setiap hari. Tidak seperti remaja lain yang sering berkumpul
dan bercengkrama, Alcinous lebih memilih duduk bersantai dengan tenang di atas
sebuah bangku di taman sambil sibuk dengan gadget-nya.
Baginya, di dunia ini terlalu banyak yang tidak menarik, belum lagi perlakuan
teman-teman yang seolah membencinya dengan selalu mengejek bahkan
menyisihkannya dari pergaulan, jadilah penyendiriannya semakin beralasan dan
sempurna.
“Boleh aku duduk di sini?” Cyrus
sudah berada di samping Alcinous. “Ya, ya, silahkan saja”. Alcinous mempersilahkan.
“Selalu sibuk
dengan gadget” Cyrus menegur Alcinous.
“Tidak usah
banyak komentar. Hanya ini kesenanganku” Alcinous terlihat risih.
Alcinous sebenarnya sangat cerdas,
di lembaga pendidikan yang diikutinya, ia adalah salah satu siswa terbaik.
Tidak satupun materi yang gagal ia pahami dengan baik. Hanya saja, kesulitan
bergaul dengan teman-temannya serta penampilannya yang tidak gentle membuat ia lebih banyak diejek
dan dihina.
Kesulitan dalam
proses sosial itu mengakibatkan dirinya lebih memilih untuk bergaul dengan
segala sesuatu yang mampu membuatnya berpikir, seperti sains, game, teka-teki
dan sebagainya.
Cyrus adalah satu-satunya orang yang
dianggap teman oleh Alcinous, orang yang bertemu dengannya di taman beberapa
waktu lalu tatkala ia sedang sibuk dengan dunia pikirannya. Alcinous menganggap
Cyrus adalah pendengar sekaligus pembicara yang baik.
“Dunia ini sepertinya terlalu tidak
berharga ya” Cyrus tiba-tiba berbicara pada Alcinous. “Lihatlah dunia ini.
Penuh dengan kebencian. Sekelompok orang menganggap dunia ini diperuntukkan
bagi mereka, sebagian lagi juga menganggap seperti itu. Semuanya seperti
berjalan dengan salah” Lanjut Cyrus.
Alcinous
mengedarkan pandangannya lalu menatap Cyrus yang ada di sampingnya.
“Orang baik bisa
saja dianggap setan dan orang jahat menjadi dewa” Cyrus terus menggerutu.
“Maksudmu?” Alcinous
bertanya dengan penuh keheranan.
“Ya lihat saja dirimu
ini. Dari dulu banyak orang yang menolak bergaul denganmu. Padahal kau adalah
manusia yang cerdas. Kau tahu betapa banyak manfaat dirimu dibandingkan mereka?
Tapi mereka lebih suka mengataimu idiot, autis, sakit, abnormal dan segala
macam hinaan yang acapkali mereka ucapkan” Cyrus terlihat semakin geram, ia
mulai mempengaruhi Alcinous
“Siapa lagi
temanmu selain aku?” Cyrus bertanya serius
“Sudahlah Cyrus,
untuk apa terlalu kau pikirkan. Aku sudah terbiasa dengan semua itu. Lagipula
aku memiliki kau kan?” Alcinous menanggapi sekaligus mengakhiri topik.
-------
“Kau mau kemana?” Fortuna mencoba
menahan Alcinous yang hendak keluar rumah padahal cuaca sedang buruk oleh hujan
lebat yang sedari tadi mengguyur. “Aku ingin menemui Cyrus” Jawab Alcinous
tidak peduli.
“Berhentilah
berhubungan dengan Cyrus. Cobalah membuka dirimu terhadap dunia nak” Wajah
Fortuna terlihat sedih.
“Kenapa ibu
selalu melarangku untuk bergaul dengan Cyrus? Ibu tahu, Cuma dia satu-satunya
temanku!” Alcinous mulai menaikkan suaranya
“Kau bisa
memiliki lebih banyak teman jika kau mau”
“Teman? Teman
yang mana lagi? Aku tidak habis pikir kenapa ibu tega melarangku untuk berteman
dengan Cyrus, padahal dia sudah sangat baik denganku. Apa ibu tidak sedikitpun
merasa iba melihatku yang selama ini selalu tidak memiliki teman sampai-sampai
ibu ingin memisahkanku dari satu-satunya teman yang kumiliki?” Alcinous tidak
menghiraukan larangan ibunya. Ia membuka pintu rumah dan menerjang hujan dengan
sepedanya. Sedangkan Fortuna, hanya menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
Apa yang ia lakukan hanyalah untuk melindungi putranya itu.
Bersambung ke DEMI AKAL ...................................