contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Rabu, 29 April 2015
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Indigo
Berbahasa Indonesia? Tentu. Sudah wajar dan seharusnya bangsa Indonesia bangga memiliki dan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, apalagi kalau mengingat fakta bahwa tidak semua negara memiliki bahasa mereka sendiri. Kita mendengar negara Amerika Serikat, tapi tidak pernah ada bahasa Amerika. Banyak negara-negara hebat lainnya  yang tidak memiliki bahasa sendiri atau bahasa yang bernama sama dengan nama negara mereka. Mestinya kita bangga dan bersyukur, kan?
Dari berbagai sumber yang beredar saat ini, dikatakan bahwa bahasa Indonesia mulai banyak dipelajari di berbagai negara dunia. Banyak orang-orang yang tertarik memelajari bahasa Indonesia karena berbagai macam alasan, salah satunya adalah keunikan. Memang harus diakui, bahasa Indonesia sebenarnya memiliki banyak keunikan seperti EYD dan tidak mengenal pemisahan kata ganti orang ketiga laki-laki dan perempuan, hal ini menjadikan bahasa Indonesia berbeda dari yang lain.

Tulisan sederhana ini tidak akan mengulas keunikan bahasa Indonesia lebih lanjut, melainkan sekedar mengingatkan, mudah-mudahan ada manfaatnya. Ide awal dari tulisan ini sebenarnya adalah seperti yang tercantum dalam kalimat pertama pada paragraf kedua, yakni percakapan, diskusi dan berbagai tulisan atau berita yang membahas tentang banyaknya masyarakat dunia yang belajar bahasa Indonesia. Kita patut bersyukur sekaligus bangga, namun di sisi lain kita mestinya mulai merasa “khawatir” akan hal itu. Kenapa?
Coba kita analogikan bahasa sebagai sebuah senjata dalam peperangan. Anggaplah kita saat ini sedang berperang dan bahasa Indonesia adalah senjata utama kita dalam menyerang musuh. Bayangkan apabila senjata andalan kita itu mampu dikuasai oleh musuh (bukan arti sebenarnya) sedang kita tidak tahu apa-apa tentang cara memakai senjata andalan musuh?
Ambil sederhana bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang wajib dipelajari di sistem pendidikan Indonesia. Menurut data penelitian dari English First – English Proficiency Index tahun 2015, Indonesia berada pada urutan ke-28 dari 63 negara di dunia dalam hal indeks kemampuan berbahasa Inggris. Hasil penelitian ini boleh disyukuri, tapi juga harus memerhatikan negara tetangga semisal Malaysia dan Singapura yang menduduki peringkat 12 dan 13. Kedua negara tetangga tersebut bisa kita jadikan parameter mengingat berlakunya MEA sejak awal tahun 2015.
Banyak sekali manfaat menguasai, atau bisa berbahasa asing (walau pas-pasan), apalagi di tengah era perdagangan bebas saat ini. Kemampuan tersebut dapat memberi nilai lebih bagi kita, khususnya bangsa Indonesia, untuk tidak lagi tertinggal dari bangsa lain. Kita tidak akan melulu kalah dalam persaingan lapangan kerja ataupun berbagai macam kegiatan ekonomi lainnya. Tidak hanya manfaat pragmatis, memiliki kemampuan berbahasa asing juga akan memberikan manfaat lain, seperti peningkatan kecerdasan, peningkatan konsentrasi, penambahan wawasan, memudahkan ketika traveling, memudahkan dalam mencapai prestasi akademik, dan yang pasti akan menghindarkan kita dari penyakit picik atau berwawasan rendah.
Tulisan ini tidak bermaksud untuk melarang penutur bahasa Indonesia untuk berhenti bangga dengan banyaknya orang asing yang belajar bahasa Indonesia, tapi maksud dari tulisan ini adalah mengajak kita semua untuk, paling tidak, belajar tentang bahasa-bahasa asing, baik itu bahasa Inggris yang menjadi bahasa internasional, Jerman, Perancis, Italia, Arab, Jepang, Mandarin dsb. Belajar bahasa bukan berarti kita harus mengikuti berbagai macam kursus yang mungkin saja mahal bagi sebagian orang, kita bisa belajar bahasa asing secara otodidak dengan memanfaatkan teknologi yang saat ini sudah sangat canggih.

Belajar bahasa asing tidak akan melunturkan kebanggaan kita akan bahasa Indonesia, malah itu akan semakin menunjukkan eksistensi bangsa Indonesia di hadapan dunia. Ir. Seokarno, Drs. Moehammad Hatta dan para tokoh bangsa lainnya juga memiliki kemampuan berbahasa asing, dan dengan bantuan kemampuan mereka itu pula kemerdekaan Indonesia dapat terwujud. Mari kita dalami makna dari perkataan salah seorang filsuf yang bernama Ludwig Wittgenstein, batas bahasaku adalah batas duniaku.


                                                       -Soni Indrayana-

| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI