contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Kamis, 02 April 2015
            “Kamu itu autis.”
            “Ciee autis ya?”
            “Kita autis.”
            Rasanya kata-kata seperti itu cukup sering terdengar dalam candaan sehari-hari yang sering kita lontarkan kepada teman-teman atau siapa saja yang memiliki tingkah laku seperti sibuk sendiri dengan dunianya, tidak gaul, susah diajak bermain, tidak mau mengambil resiko dan sebagainya. Walau penulis sendiri kurang mengetahui maksud dan asal dari kata autis yang dipakai tersebut, tapi penulis berkeyakinan bahwa autis di sini merujuk kepada autisme, atau yang lebih akrab dikenal sebagai gangguan yang terjadi dalam tahap perkembangan manusia.
            Autisme adalah sebuah gangguan pada tahap perkembangan manusia yang akan berakibat kepada terganggunya, atau bahkan ketidakmampuan untuk menjalin komunikasi, hubungan sosial dan interaksi sosial secara normal. Memang, anak-anak autis terlihat sibuk dengan dunianya sendiri, ia seperti tidak menyadari dunia di sekitarnya, namun, pengertian autisme yang sesungguhnya tidaklah sesederhana itu. Penegakan diagnosa terhadap anak autis sangat kompleks dan tidak dapat dipastikan hanya dengan melihat melalui mata. Dan kata autisme seyogyanya digunakan oleh para ahli bukanlah sebagai ejekan atau cemoohan kepada mereka yang mengidap autis, melainkan sebuah label yang diberikan untuk membantu anak-anak tersebut melepaskan hambatan-hambatan yang ada.

            Autisme bukanlah penyakit jiwa, melainkan sebuah gangguan yang terjadi dalam tahap perkembangan manusia. Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Sebagian besar ahli meyakini bahwa faktor hereditas adalah penyumbang terbanyak dalam kasus autisme di dunia.
            Tulisan ini tidak akan menerangkan apa itu autisme lebih lanjut. Tulisan ini hanya ingin mengajak siapa saja, terutama yang pernah menggunakan kata “autis” sebagai bahan ejekan, untuk tidak lagi menjadikan kata itu sebagai bahan lelucon. Barangkali kata-kata itu terlihat lucu, tapi bagaimana dengan mereka yang memiliki seorang autis (dalam arti sebenarnya) dalam anggota keluarga?
            Anak-anak autis tidak berarti lebih bodoh dari manusia normal. Secara fisik mereka normal, hanya saja mereka ditakdirkan oleh Yang Maha Menciptakan untuk terlahir sebagai anak yang berkebutuhan khusus. Kalau kita kembali kepada pembahasan tentang penciptaan, bukankah Tuhan menciptakan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya? Siapa sih yang mau terlahir menjadi autis? Orangtua mana di dunia ini yang mau memiliki anak autis?
            Perlu kita ketahui bersama, mengasuh anak autis bukanlah perkara mudah. Salah dalam memberi perlakuan, nyawa anak itu bisa saja melayang. Dia mungkin bisa menghantamkan kepalanya ke dinding hanya karena kita salah memberikan sesuatu kepadanya, atau dia bisa melukai dirinya sendiri saat kita bersikap yang salah di hadapannya.
            Betapa banyak pengorbanan waktu, biaya, tenaga bahkan air mata setiap orangtua yang memiliki anak autis. Tak terhitung lagi apa-apa saja yang telah mereka curahkan demi memperbaiki atau paling tidak membantu hambatan-hambatan yang ada pada diri anak mereka. Sampai saat ini, sudah sangat banyak komunitas-komunitas autisme yang terus melakukan berbagai macam kegiatan, yang tentunya menguras tenaga, waktu, pikiran serta tenaga, hanya untuk mengusahakan para penyandang autis dapat diterima secara wajar di masyarakat. Sedangkan kita, malah menggunakan kata-kata itu sebagai bahan olok-olokkan.
          
     Apakah tulisan sederhana nan singkat ini terlalu serius? Mungkin bagi sebagian orang bisa dianggap seperti itu. Tapi sebagai orang yang memiliki dua saudara penyandang autis, kata-kata autis sebagai ejekan sangat menyakitkan. Barangkali hanya sebuah kata yang digunakan untuk mencairkan suasana, tapi itu menurut siapa? Hal-hal sederhana yang sering dilupakan kelak akan menggunung dan menimbulkan masalah yang luar biasa.
            Biarkan saja Tuhan menciptakan setiap makhluk sesuai dengan kehendak-Nya. Kalau anda melihat salah satu ciptaan Tuhan itu sebagai makhluk yang tidak sehebat anda, paling tidak cobalah untuk bersyukur. Dan jika sebaliknya, maka sadarilah bahwa anda bukanlah makhluk terbaik. Semua makhluk, terutama manusia dalam hal ini individu, adalah unik. Memiliki kelebihan dan kekurangan yang saling bersinergi, dan tentu akan membutuhkan individu lainnya.

YOU MUST TO KNOW HOW TO GROW WITH AUTISM!




| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI