Selain kematian dan perubahan,
dunia tidak menjanjikan kepastian.
Saya rasa kalimat
tersebut tidak sulit dipahami. Dan yakinlah: kehidupan hari kemarin tidak akan
sama dengan kehidupan esok hari. Semuanya pasti berubah. Semuanya pasti
berganti seiring berjalannya waktu.
Cinta pun
begitu. Mencintai itu lumrah, namun bukan berarti dengan cinta semuanya akan
tetap sama. Kita tidak bisa menutup diri terhadap segala kemungkinan.
Dalam semesta
sepakbola, beberapa pemain memilih mencintai klub mereka dengan sepenuh hati.
Cinta adalah alasan utama bagi orang-orang seperti Paolo Maldini, Javier
Zanetti, Antonio Di Natale, Ryan Giggs, dan Francesco Totti mengakhiri karier
di klub yang mereka bela dalam jangka waktu yang lama (Totti belum pensiun,
tapi hampir dapat dipastikan bahwa Totti akan pensiun di AS Roma dan menjadi
bagian dari direksi klub) dan kemudian melanjutkan pengabdian di klub-klub yang
menjadikan namanya harum itu. Masih banyak contoh-contoh yang lain, tapi bukan
itu yang hendak dibahas.
Orang pacaran
diharapkan move on setelah putus dan pacarnya berubah status menjadi mantan.
Hal yang sama berlaku dalam sepakbola. Move on adalah salah satu metode untuk
melangkah maju. Tidak, tidak. Bukan berarti mengenang masa lalu itu haram, tapi
yang jelas masa lalu harus ditinggalkan dan diganti dengan masa kini.
Ayo kita mulai bahas soal Sepakbola
saja biar tidak terlalu baper.
