contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Senin, 09 November 2015

Sambungan dari  Janji Nan Tongga

Di Pulau Ranggeh Suri….
            Sesampainya pada tujuan, Nan Tongga menyaksikan sebuah negeri yang indah, menghijau batang kelapa dibaur dengan membiru bukit barisan. Ia takjub bukan main. Menghampir seorang pedagang kepadanya, menjajakan bahan pangan yang barangkali bisa berguna.
            “Permisi ambo batanyo. Saya baru pertama kali ke negeri ini. Rancak bukan alang-alang, ramai tampak dari jauh, siapa nama raja di sini?” Tanya Nan Tongga kepada pedagang itu.
            Pedagang itu memerhatikan Nan Tongga yang muda lagi mentah, dan berpenampilan layaknya seorang bangsawan. Rasa segan datang  singgah menghampiri. “Kalau Engkau seorang sultan, kami akan persultan, kalau Engkau raja maka ampuni kami. Pulau ini bernama Ranggeh Suri, di bawah perintah Katik Intan yang bergelar Tuanku Jangguik Panjang,” pedagang itu menjelaskan dengan santun seperti pantun sebagaimana orang-orang di negeri itu. Ia kemudian melanjutkan, “Pulau Ranggeh Suri berada di bawah naungan Koto Tanau yang dipimpin Patih Mangkudun, yang bernama asli Mangkudun Sati.”
            Terkejut Anggun Nan Tongga. Darahnya mengalir dengan cepat. Ia temukan apa yang dicari, ia dapat apa yang disalami, kiranya kedua pamannya selamat bahkan menjadi pemimpin di negeri orang. Berbeda nasib dengan Nangkodoh Rajo. Nan Tongga menuturkan maksud langkah kakinya ke Koto Tanau untuk berguru lalu pedagang itu mengangguk-angguk sambil mengingat-ingat sesuatu.
            “Ada satu hal lagi duhai Tuanku, putri raja kami, Andami Sutan, sangatlah masyhur dengan kecantikannya. Selain itu, ia memiliki seekor burung nuri yang pandai berbicara, bijak sebagaimana manusia,” tambah si Pedagang dengan tiba-tiba.
            Semakin terkejut Nan Tongga. Apa yang ia cari segera dapat, tak tanggung sekali dua kan segera diraih. Terngiang semua tentang Gondoriah dalam batinnya, rasa rindu mulai membuncah setelah puluhan hari meninggalkan Pariaman.Segera pulang memang keinginan, namun cinta atas nama keluarga pun tidak kalah penting. Segera Anggun Nan Tonggamempersiapkan diri menemui Katik Intan, pamannya yang kini telah menjadi orang nomor satu di Pulau Ranggeh Suri.
            Anggun Nan Tongga berjalan diiringi beberapa orang pemandu menuju surau Tuanku Jangguik Panjang. Ia membawa syarat dan rukun setempat yang biasa digunakan untuk berguru. Negeri itu adalah negeri yang ramai dan damai, Nan Tongga berjalan menuju surau danorang-orang yang melihat tercengang karena penampilan Nan Tongga yang seperti seorang sultan atau raja.
            Tuanku Jangguik Panjang duduk menanti di mihrabnya. Pakaiannya serba putih dengan sorban yang membungkus kepalanya. Janggutnya bergoyang-goyang dihembus angin sepoi-sepoi. Bibirnya komat-kamit seperti melantunkan dzikir.
            Di hadapan Tuanku Jangguik Panjang, Anggun Nan Tongga dengan takzim bersikap. Gerakan tubuhnya sangat pelan dan sabar, berbeda dengan hatinya yang sudah melimpah dengan tanda Tanya.
            “Maksud ambo mencari Tuan Guru adalah karena niat belajar dan berguru. Setelah hari berganti hari, hari berselisih bulan barulah sayasampai disini. Niat hendak belajar dengan Tuan Guru, karena Tuan tersebut di khalayak, murid sudah banyak yang khatam, sedangkan saya yang belum. Tapi daripada itu, saya pun mendengar kabar bahwa Tuan Guru berasal dari Pariaman, izinkan saya bertanya, tapi janganlah Tuan salah sangka karena apa yang saya katakan. Saya orang Pariaman, satu asal dengan Tuan Guru, entah kita berdekat kampung, entah kita bertali-tali, cobalah terangkan kepada saya wahai Tuan Guru.”
            Panjang kata-kata Anggun Nan Tongga, Tuanku Jangguik Panjang telah terkejut dan terpana. Darahnya seolah berkumpul di dada dan membeku.
            Tuanku Jangguik Panjang mengambil napas yang dalam terlebih dahulu sebelum mulai menjawab. “Sudah lama, dan sejak muda saya di sini. Tapi belumlah pernah ada yang datang dari Pariaman,” berhenti kata-kata Tuanku Jangguik Panjang. Tangannya mengelus-elus janggutnya yang panjang dengan penuh wibawa. Tuanku Jangguik Panjang menelan ludah, ia bersiap melanjutkan kalimatnya. “Kami berlima bersaudara. Tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan. Laki-laki yang paling tua bernama Mangkudun Sati, yang di tengah Nangkodoh Rajo dan yang paling kecil Katik Intan. Adik perempuan tertua bernama Ganto Pamai dan yang terkecil bernama Suto Suri. Ganto Pamai telah memiliki seorang suami yang bergelar Tuanku Haji Mudo yang bertarak ke gunung Ledang. Nangkodoh Rajo saat itu telah beristri dan memiliki seorang anak perempuan bernama Gondan Gondoriah yang baru berusia beberapa minggu saat kami tinggalkan.”
            Anggun Nan Tongga dengan seksama mendengarkan penjelasan dari Tuanku Jangguik Panjang. Ia tidak memberikan sepatah katapun. Hanya diam, tapi hatinya telah yakin kemana akhir dari pembicaraan ini.
            Tuanku Jangguik Panjang melanjutkan, “pada suatu hari kami yang bertiga laki-laki pergi merantau mencari rezeki ke negeri orang. Lama merantau, rezeki tak banyak diraih hingga kami memutuskan pulang kembali ke Pariaman. Sayang, di perjalanan, tepatnya di Pulau Binuang Sati, kami bertemu perompak. Mereka merampas semua barang bawaan kami, dan Nangkodoh Rajo berhasil ditangkap. Mangkudun Sati dan Katik Intan melarikan diri, hingga sampailah di negeri ini. Sedangkan Nangkodoh Rajo tak kami ketahui nasibnya hingga saat ini, apakah ia hidup ataukan mati. Kamipun tak pernah tahu bagaimana kabar orang-orang di kampung. Sedang sebelum kami pergi merantau, titip pesan kami kepada Ganto Pamai yang tengah hamil tua, kalaulah beranak perempuan, namai ia dengan nama yang elok, dan kalaulah beranak laki-laki, namailah ia Anggun Nan Tongga. Selanjutnya tak ada lagi yang diketahui. Pesan tak kunjung sampai, berita tak kunjung datang.” Terdiam selanjutnya semua orang. Sedangkan Anggun Nan Tongga, matanya telah memerah dan basah.
            “Ampunkan saya wahai Paman. Sayalah Nan Tongga itu. Anak Ganto Pamai yang juga keponakan Paman.” Tangis haru tak tertahankan. Paman dan keponakan tengah bersatu dalam haru kebahagiaan. Orang-orang yang menyaksikan tak tahan menahan tangis.
            Dalam keharuan itu, Anggun Nan Tongga mencoba mengendalikan emosinya. Ia berkata kepada Tuanku Jangguik Panjang, “mengenai Nangkodoh Rajo, beliau selamat di pulau Binuang Sati. Palimo Bajai selaku pemimpin perompak telah saya kalahkan. Beliau, Nangkodoh Rajo, kini telah sehat dan selamat di sana. Menanti segala kabar yang akan datang.”
            Mendengar semua itu, senanglah hati Tuanku Jangguik Panjang. Lepas sudah segala kerinduan yang terpendam, lenyap pula beban di hidup selama ini. Kemudian Anggun Nan Tongga diperlakukan dengan penuh hormat dan diberikan tempat beristirahat.

Di Pariaman…….
            Gondoriah menangis sejadi-jadinya. Air matanya tidak berhenti menetes dan suaranya telah parau. Hatinya remuk redam bagai tempurung yang telah menjadi abu. Ia masih tidak percaya, pria kecintaannya, Anggun Nan Tongga dikabarkan telah tiada. Ya, begitulah berita yang dibawa Cik Malin sepulangnya dari Pulau Binuang Sati.
            Sedangkan Suto Suri, meskipun mencoba tegar, air matanya tetap mengalir. Ia tdak bersuara, hatinya berlatih ikhlas dengan cepat. Orang-orang kampung juga tidak kalah berduka, kehilangan sosok pemuda yang begitu dicintai karena kesolehan, kecerdasan dan keberaniannya.

Bersambung  . . . . . .


| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI