contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Selasa, 21 Juni 2016
Dari lantai terbuka di atas atap rumahnya, Khadijah mengamati jalanan yang ramai oleh orang-orang yang tengah menyambut pulang para kafilah dagang. Unta-unta bekas tunggangan mereka tertambat dengan penuh lelah setelah pulang dari perjalanan cukup panjang mengunjungi negeri Syam. Khadijah, perempuan yang telah berkepala empat usianya itu, menyaksikan dengan penuh suka cita. Bukan hanya karena rezeki yang melimpah dari para pegawainya, melainkan karena suatu hal yang sulit ia jelaskan.
Maisarah, pelayan sekaligus sahabat setia Khadijah, bercerita panjang lebar soal perniagaan ke negeri Syam. Maisarah bercerita tentang kelancaran usaha sampai tindak tanduk para pegawai Khadijah selama perjalanan. Namun, ketika Maisarah bercerita tentang salah seorang pemuda bernama Muhammad yang juga merupakan bagian dari kafilah dagang itu, Khadijah menjadi gelisah. Ia seakan kehilangan selera untuk terus mendengar. Bathinnya menjadi tidak sabar dan terus saja mengacaukan benaknya. Belum selesai Maisarah bercerita, Khadijah melihat sosok pemuda bernama Muhammad itu sedang menuju ke arah kediamannya. Khadijah bergegas turun dan meninggalkan Maisarah, seolah tidak sabar dengan apa yang akan segera terjadi.

Muhammad, demikian nama pemuda itu, dengan mantap menjelaskan segala laporan hasil perdagangan dari Syam sambil menyerahkan beberapa buah tangan kepada induk semangnya. Khadijah seperti tidak tertarik dengan laporan Muhammad, lidahnya menjadi kelu dan matanya tidak bisa beralih dari suatu fokus yang mengagumkan bathinnya. Tak ada sepatah katapun yang keluar, selesai laporan perdagangan dibacakan, Khadijah memberikan honor Muhammad sesuai dengan janjinya. Dalam suara yang lirih dan halus, Khadijah berucap “selamat jalan” sambil terus memandangi punggung Muhammad yang terus menjauh dan menghilang di tikungan jalan.

            Khadijah adalah seorang janda kaya raya. Ia seorang pengusaha besar dan sudah berusia 40 tahun. Telah dua kali dalam hidupnya mengalami kegagalan membangun rumah tangga, dan sejak perceraiannya yang kedua, Khadijah benar-benar menutup hatinya untuk pria manapun yang ingin menikahinya.
            Khadijah memiliki banyak pegawai, dan kebanyakan pegawainya adalah laki-laki, baik yang telah menikah maupun yang masih bujang. Namun dari semua pegawainya, tidak satupun yang sangat disayangi Khadijah kecuali Muhammad. Entah kenapa, selama Muhammad bekerja dengannya, Khadijah menyimpan rasa kagum yang luar biasa. Kefasihan, kecakapan serta kejujuran Muhammad dalam berdagang membuat hatinya kepincut. Semakin lama, ia mulai tenggelam dalam lautan khayal bernama Muhammad.
            Ketika waktu terus berdetak melewati berbagai rona kehidupan, Khadijah semakin gagal mengontrol perasaannya. Apapun yang ia lakukan, tak pernah lepas dari bayang Muhammad. Saat ia mendudukan tubuhnya, ia teringat Muhammad. Saat ia berjalan, Muhammad pun menggelayuti benaknya, badan terasa lemah lunglai dan aliran darahnya menjadi lebih cepat. Khadijah mulai sadar, bahwa ia telah jatuh cinta kepada Muhammad tanpa pernah ia mulai. Lama kelamaan, hatinya semakin mencekam ketika harapan untuk hidup bersama merekah dalam harap pintanya. Saat jiwanya lelah mencari tempat cinta kan berarti, untuk jiwanya yang telah lama sendiri.
            Meski cintanya sudah membahana, Khadijah tidak terlalu berani mengumbarnya. Ia sadar akan siapa dirinya, dan karena itu Khadijah pun masih khawatir apakah cintanya kan bertepuk. Andaikan Muhammad menyambut cintanya sekalipun, apa pula yang akan dikatakan masyarakat? Muhammad adalah pemuda terpandang dari keluarga yang masyhur pula. Usianya masih 25 tahun, 15 tahun lebih mudah dari Khadijah. Muhammad adalah anak yang dari kecil tidak berayah bunda, dan hidup dalam asuhan pamandanya.

            Khadijah larut dalam lautan kegalauan. Terpikir olehnya, andaikan Aminah, ibu Muhammad, masih hidup, pastilah akan berusia sebaya dirinya. Belum lagi dari pernikahannya sebelum ini, telah dikaruniai dirinya dengan dua orang anak yang usianya tidak berbeda jauh dari Muhammad. Dalam keadaannya itu, Khadijah bergumam, "Apa gunanya pohon asmara yang tak dapat diharap buahnya?”

Bersambung.......................



| Free Bussines? |

1 komentar:

  • wongparit on 4 September 2016 pukul 05.52

    Nice post...
    Ternyata ada jugq blogger dari fpsi...
    Follow blogku juga ya...
    http://wongparit.xyz

  • Posting Komentar

    Diberdayakan oleh Blogger.
    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
    "Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

    Label

    Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

    Followers

    About Me

    Foto Saya
    Soni Indrayana
    Lihat profil lengkapku

    Total Pageviews

    Entri Populer

    Selamat Datang Di SONI BLOG

    Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

    Sekilas tentang penulis

    Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

    Social Stuff

    • RSS
    • Twitter
    • Facebook
    • HOME
    SONI