Dari lantai terbuka di atas atap
rumahnya, Khadijah mengamati jalanan yang ramai oleh orang-orang yang tengah
menyambut pulang para kafilah dagang. Unta-unta bekas tunggangan mereka
tertambat dengan penuh lelah setelah pulang dari perjalanan cukup panjang
mengunjungi negeri Syam. Khadijah, perempuan yang telah berkepala empat usianya
itu, menyaksikan dengan penuh suka cita. Bukan hanya karena rezeki yang
melimpah dari para pegawainya, melainkan karena suatu hal yang sulit ia
jelaskan.
Maisarah, pelayan sekaligus sahabat
setia Khadijah, bercerita panjang lebar soal perniagaan ke negeri Syam.
Maisarah bercerita tentang kelancaran usaha sampai tindak tanduk para pegawai
Khadijah selama perjalanan. Namun, ketika Maisarah bercerita tentang salah
seorang pemuda bernama Muhammad yang juga merupakan bagian dari kafilah dagang
itu, Khadijah menjadi gelisah. Ia seakan kehilangan selera untuk terus
mendengar. Bathinnya menjadi tidak sabar dan terus saja mengacaukan benaknya. Belum
selesai Maisarah bercerita, Khadijah melihat sosok pemuda bernama Muhammad itu
sedang menuju ke arah kediamannya. Khadijah bergegas turun dan meninggalkan
Maisarah, seolah tidak sabar dengan apa yang akan segera terjadi.
Muhammad, demikian nama pemuda itu,
dengan mantap menjelaskan segala laporan hasil perdagangan dari Syam sambil
menyerahkan beberapa buah tangan kepada induk semangnya. Khadijah seperti tidak
tertarik dengan laporan Muhammad, lidahnya menjadi kelu dan matanya tidak bisa
beralih dari suatu fokus yang mengagumkan bathinnya. Tak ada sepatah katapun
yang keluar, selesai laporan perdagangan dibacakan, Khadijah memberikan honor
Muhammad sesuai dengan janjinya. Dalam suara yang lirih dan halus, Khadijah
berucap “selamat jalan” sambil terus memandangi punggung Muhammad yang terus
menjauh dan menghilang di tikungan jalan.
Khadijah adalah seorang
janda kaya raya. Ia seorang pengusaha besar dan sudah berusia 40 tahun. Telah
dua kali dalam hidupnya mengalami kegagalan membangun rumah tangga, dan sejak
perceraiannya yang kedua, Khadijah benar-benar menutup hatinya untuk pria
manapun yang ingin menikahinya.
Khadijah memiliki
banyak pegawai, dan kebanyakan pegawainya adalah laki-laki, baik yang telah menikah
maupun yang masih bujang. Namun dari semua pegawainya, tidak satupun yang
sangat disayangi Khadijah kecuali Muhammad. Entah kenapa, selama Muhammad
bekerja dengannya, Khadijah menyimpan rasa kagum yang luar biasa. Kefasihan,
kecakapan serta kejujuran Muhammad dalam berdagang membuat hatinya kepincut.
Semakin lama, ia mulai tenggelam dalam lautan khayal bernama Muhammad.
Ketika waktu terus
berdetak melewati berbagai rona kehidupan, Khadijah semakin gagal mengontrol
perasaannya. Apapun yang ia lakukan, tak pernah lepas dari bayang Muhammad.
Saat ia mendudukan tubuhnya, ia teringat Muhammad. Saat ia berjalan, Muhammad
pun menggelayuti benaknya, badan terasa lemah lunglai dan aliran darahnya
menjadi lebih cepat. Khadijah mulai sadar, bahwa ia telah jatuh cinta kepada
Muhammad tanpa pernah ia mulai. Lama kelamaan, hatinya semakin mencekam ketika
harapan untuk hidup bersama merekah dalam harap pintanya. Saat jiwanya lelah
mencari tempat cinta kan berarti, untuk jiwanya yang telah lama sendiri.
Meski cintanya sudah
membahana, Khadijah tidak terlalu berani mengumbarnya. Ia sadar akan siapa
dirinya, dan karena itu Khadijah pun masih khawatir apakah cintanya kan
bertepuk. Andaikan Muhammad menyambut cintanya sekalipun, apa pula yang akan
dikatakan masyarakat? Muhammad adalah pemuda terpandang dari keluarga yang
masyhur pula. Usianya masih 25 tahun, 15 tahun lebih mudah dari Khadijah.
Muhammad adalah anak yang dari kecil tidak berayah bunda, dan hidup dalam
asuhan pamandanya.
Khadijah larut dalam
lautan kegalauan. Terpikir olehnya, andaikan Aminah, ibu Muhammad, masih hidup,
pastilah akan berusia sebaya dirinya. Belum lagi dari pernikahannya sebelum
ini, telah dikaruniai dirinya dengan dua orang anak yang usianya tidak berbeda
jauh dari Muhammad. Dalam keadaannya itu, Khadijah bergumam, "Apa gunanya
pohon asmara yang tak dapat diharap buahnya?”
Bersambung.......................
Nice post...
Ternyata ada jugq blogger dari fpsi...
Follow blogku juga ya...
http://wongparit.xyz