contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Sabtu, 07 September 2013


        Pada suatu hari, di hutan yang penuh dengan pepohonan rindang bersinarkan matahari terang, seekor anak harimau sedang duduk manis mendengarkan burung yang berkicau puitis. Matanya hilir mudik menatap sekeliling dengan matanya yang bening. Sekali-kali cakarnya mengais-ngais tanah tempat dirinya berpijak, entah apa maksudnya pastilah mengganggu sekali bagi makhluk yang bermanah di tanah.
        Harimau Cilik itu ingin sekali berburu seperti saudara-saudaranya yang dewasa, memainkan kuku dan otot kaki yang kuat demi rasa kenyang yang berhari-hari. Namun apakah yang dapat dimangsanya dengan tubuh yang masih lemah dan tidak sekuat yang lain? Ya memang, SI Harimau Cilik mengalami cacat lahir sehingga kaki belakangnya tak berjalan sempurna. Iri hatinya melihat banyak harimau yang telah bisa mendapatkan mangsanya sendiri. Tak senang hatinya jika harus menghadapi kenyataan bahwa makanan yang ia makan adalah hasil buruan induknya. Hari ini, ditengah kerindangan dahan, ia berangan-angan tanpa menunggu masa depan yang entah kapan.

        Indra penciumannya membaui sebuah harum yang memikat nafsu, naluri membunuh dalam tubuh yang kecilpun sudah amat tinggi. Dengan kemampuan melacak yang hebat, harimau itu menemui pemilik bau harum yang sedari tadi menggoda lidahnya. Aha! Seekor anak rusa dengan kaki yang berdarah, berjalan sendiri tanpa arah. Si Harimau Cilik tersenyum selebar wajah, “ini saatnya kubuktikan bahwa aku sudah bisa berburu” gumamnya dalam hati.
        Dengan auman yang masih urakan ia melompat dari kerumunan ilalang dan mengejar targetnya dengan kecepatan tinggi yang mungkin dengan kondisinya. Si Rusa yang kakinya terluka tak sanggup lagi berlari, pasrah pada rantai makanan yang normal.   Dalam waktu yang hanya beberapa detik kaki depan Si Harimau Cilik telah menghimpit tubuh Si Rusa yang sudah tak berdaya.....
“Menangkap mangsa yang terluka? Siapapun bisa”
“Harimau macam apa kalau cuma bisa menangkap mangsa yang sakit”
“Harimau cemen”
        Pastilah itu yang ia dengar kalau orang-orang tahu bahwa mangsa yang ia tangkap adalah seekor rusa yang terluka. Ah, mau bagaimana lagi. “Keadaan tak memungkinkan.” Iba hati Si Harimau Cilik mendapati kenyataan bahwa dirinya tak akan bisa seperti yang lain. Ia putuskan untuk membiarkan Si Rusa yang tengah pingsan itu hidup. Dan rasa kasihannya muncul.

-------

        “Loh? Dimana aku?” Si Rusa heran melihat dirinya berada di bawah sebuah pohon yang amat rindang dengan kekayaan oksigen layaknya padi di ladang. Ia terikat pada batang pohon dengan “nyaman”. Kaki kanan depannya yang tadi terluka terbungkus rapi dengan selembar daun. “Siapakah gerangan yang menolongku? Mungkinkah ada yang bisa mengalahkan seekor harimau?” Si Rusa masih terheran-heran sampai jantungnya seperti copot saat seekor harimau berjalan mendekatinya. Si Harimau Cilik itu terus mendekat, semakin dekat dan semakin dekat menghembuskan bau khas seekor harimau di hadapan Si Rusa. Tapi lucunya rasa takut Si Rusa seketika hilang saat lama-lama memperhatikan Si Harimau, bahkan yang ada adalah prihatin melihat keadaan Si Harimau yang fisiknya tak sempurna.
        Dalam diam mereka seakan berkomunikasi dengan saling memandang. Seolah ada telepati yang menghubungkan mereka.
Setelah beberapa lama ikatan yang menahan tubuh Si Rusa tak juga dilepas, muncul juga kekhawatiran yang semestinya hadir sejak awal “Apakah ia akan memangsaku? Oh tidak. Tapi kalau memang benar untuk apa ia mengobatiku?” Perasaan Si Rusa bercabang. Prasangka buruk coba sering menggelayuti meski keadaan tak mendukung prasangka itu karena Si Harimau Cilik terlihat ramah, setiap beberapa jam mulutnya menggigit sejumput ranting yang ia suapkan dengan mulutnya pada Si Rusa. Aduhai mesranya!
        Pagi hari daun pembungkus luka di kaki Si Rusa diganti oleh SI Harimau Cilik dengan penuh gerakan kasih. Si Harimau Cilik dan Si Rusa bagai dua pasangan yang sungguh mesra, saling mengisi satu sama lain. Kasih sayang Si Harimau membuat hati SI Rusa seperti tersentuh salju di tengah gurun. Sejuk nian. Pun dengan Si Harimau, kehadiran Si Rusa membuat ia jarang menghabiskan waktu dengan duduk-duduk dibawah pohon. Ia lebih banyak berjalan menarik beberapa potong ranting untuk ia berikan pada Si Rusa. Andai saja mereka bisa saling bicara
        Berhari-hari berlalu, berjalan seperti itu. Kaki Si Rusa sudah sembuh total, ia yakin bahwasanya ia sudah dapat berjalan normal. Namun dengan tubuh terikat mana bisa ia berjalan? “Hmm sampai kapankah aku diikat seperti ini?”. Bosan sudah mulai memenuhi hati Si Rusa, ingin segera kabur lalu menjalani hidup seperti rusa-rusa lain.
        Harapannya langsung terjawab saat ia sadar bahwa ikatan yang mengikatnya telah melonggar. Dengan beberapa kali gerakan berulang tali pengikat pun lepas dari badannya. “Bebas!”
Sekejap saja kebahagiaan itu. Dihadapannya seekor macan bergigi seperti pisau telah mencegat langkahnya. “Oh tidak. Sekarang apalagi ini?” Si Rusa panik, tapi coba ia tenangkan karena ia sadar bahwa fisiknya telah sembuh dan ia bisa berlari kencang.
        Tanpa disadari, sesuatu yang cepat dan kuat menghimpit tubuh Si Rusa. Dialah Si Harimau Cilik yang beberapa hari ini seperti seorang pahlawan. Taringnya menyentuh permukaan kulit Si Rusa, seakan-akan ingin memakan. “Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba ia menerkamku?” Hati Si Rusa kembali berprasangka buruk yang juga tak berlangsung lama setelah ia melihat tindak tanduk Si Macan yang mengincar sebelumnya. Macan itu mulai mundur selangkah demi selangkah, lalu mebiarkan Si Rusa berduaan dengan Si Harimau yang langsung melepaskan tubuh Si Rusa yang sedari tadi ia cengkram.
        Beberapa saat setelah kejadian itu Si Rusa semakin merasakan hatinya seperti dihujani bulir-bulir jeruk. Manis bercampur asam, asam bercampur manis. Manis karena sikap Si Harimau yang memesona dan asam karena siapa dirinya siapa pula yang memesona itu. Lalu Si Harimau Cilik? Ia bersyukur karena apabila bukan karena keterbatasan fisiknya tak mungkin ia merasakan sesuatu yang asam manis ini ^__^


*Hanya sebuah cerita khayalan yang mungkin memaknai bahwasanya pertemuan antara dua makhluk bisa jadi adalah takdir Ilahi, dan hubungan yang mereka jalani adalah pilihan dari hati. Tapi rasa cinta yang tumbuh bukanlah takdir yang mutlak apalagi pilihan. Ia hadir tanpa dapat dikuasai keindahannya oleh siapapun dan pantas disyukuri.

@soniindrayana



| Free Bussines? |

3

3 komentar:

  • Unknown on 7 September 2013 pukul 09.41

    Mengharukan, tp ada yg typo 'ialalang' par 4 bg hehe

  • Soni Indrayana on 7 September 2013 pukul 09.43

    sudah diedit :D makasih koreksinya ipi

  • Posting Komentar

    Diberdayakan oleh Blogger.
    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
    "Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

    Label

    Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

    Followers

    About Me

    Foto Saya
    Soni Indrayana
    Lihat profil lengkapku

    Total Pageviews

    Entri Populer

    Selamat Datang Di SONI BLOG

    Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

    Sekilas tentang penulis

    Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

    Social Stuff

    • RSS
    • Twitter
    • Facebook
    • HOME
    SONI