Berbagi
ilmu, ceramah, khutbah atau bertukar pikiran ke berbagai tempat adalah
pekerjaan yang sudah biasa bagi seorang mubaligh seperti saya. Berbagai macam
curhatan orang-orang pun sudah banyak yang saya dengarkan dan coba saya bantu. Tetapi
ada satu kisah, yang sangat membuat hati saya mengharu biru dan akan menjadi
tulisan sejarah indah dalam lembar perjalanan kehidupan saya.
-------
Hari
ini saya terjadwal akan mengisi kajian perkantoran di Badan Narkotika Nasional.
Seperti kajian-kajian pada umumnya, tak ada yang begitu istimewa, kajian
berjalan dengan lancar dan selesai sesuai jadwal.
Saat
hendak keluar dari tempat kajian, sebuah suara menghentikan langkah saya,
seorang pria yang sebelumnya juga saya temui dalam kajian, ketua DKM di BNN. “Ustadz,
sebentar. Kalau boleh setelah waktu dzuhur ini saya ingin meminta waktu ustadz
untuk berkunjung ke penjara BNN. Ada kabar yang sangat menggembirakan, ini sama
sekali belum pernah terjadi di BNNsebelumnya”
Berita
apakah gerangan sehingga ia terlihat begitu antusias lagi bahagia? Berhubung tak ada janji dengan siapapun, saya
dengan senang hati menerima permintaan dari ketua DKM. “Baiklah pak. Saya tidak
ada jadwal apapun setelah dzuhur.” Jawab saya padanya.
Setelah
waktu dzuhur, saya pun berkunjung ke penjara BNN sebagaimana permintaan ketua
BKN tadi. Saya melalui lorong-lorong yang gelap, pengap dan sangat membuat
suntuk. Pengamanan juga sangat ekstra ketat, bahkan mungkin seekor tikus pun
tak akan sanggup lolos.
Saya
tiba di depan pintu sebuah ruangan yang keadaannya tak jauh berbeda dengan
lorong-lorong tadi, kepala penjara menemui saya dan saya pun diizinkan untuk
masuk setelah direkomendasikan oleh ketua DKM.
“Yaa
Allah” Betapa terkejutnya saya melihat isi ruangan yang amat kecil ini dihuni
oleh pria-pria murung dengan fisik sangar bahkan ada yang berlukis tato di
tubuhnya. Para wanita dalam ruangan ini tak kalah memprihatinkan, badan mereka
lesu dengan mata yang kosong tanpa asa. Kepala penjara beserta stafnya
berbicara kepada saya dengan wajah yang ceria penuh harapan “Ustadz, ada
seorang perempuan asal Cina yang ditahan di sini, ia ditangkap karena
menyeludupkan narkoba dari negeri Cina. Namanya Lizongfong. Ia ingin sekali
berdiskusi dengan ustadz karena ia sangat tertarik dengan Islam”.
Tertegun hati saya mendengarnya walau memang ini
bukan pertama kalinya saya melihat orang yang ingin masuk Islam karena sudah
ada beberapa yang saya Islam-kan.
Nama wanita itu Lizongfong, usianya 28 tahun. Tak ada
kefasihan dalam bahasa Inggris apalagi Bahasa ndonesia, ia hanya bisa berbahasa
Mandarin. Hal ini akan menjadi faktor yang mempersulit diskusi andai ibu
Uyainah tak ada disana.
Bu
Uyainah adalah mantan TKI di Taiwan yang fasih berbahsa Mandarin, beliau juga
merupakan tahanan di BNN karena kedapatan melakukan transaksi narkoba yang
menurutnya adalah hasil jebakan.
Mulailah diskusi pada waktu itu dengan Bu Uyainah
yang menjadi translator bahasa. Air mata Bu Uyainah menetes saat menerjemahkan
pembicaraan dua bahasa itu. “Lizongfong
amat tertarik pada Islam, ia bahkan sudah mengikuti sholat dan berpuasa pada
hari Senin dan Kamis. Ia juga berwudhu’ karena saking jatuh cintanya pada
Islam. Setiap malam ia menangis tersedu-sedan di hadapan dinding karena jiwanya
yang sangat menginginkan Islam” Bu Uyainah menjelaskan pada saya.
Saya
memulai diskusi saya dengan Lizongfong, disaksikan oleh Bu Uyainah sebagai
translator, para polisi dan tim BNN. Saya bertanya pada Lizongfong “Apakah Anda
percaya bahwa Tuhan itu serupa dengan makhluknya?”
Bu Uyainah menyampaikan pertanyaan saya dalam bahasa
Mandarin kepada Lizongfong dan jawaban Lizongfong kepada saya “Tidak. Justru
saya sangat resah dalam menjalani agama saya. Setiap hari hati saya bertanya,
apakah Tuhan itu benar-benar ada? Lalu kalau ada, siapakah Tuhan itu? Ingin
rasanya saya akhiri hidup ini karena ketidakjelasan awal dan akhirnya dan untuk
apa kehidupan ini ada” Begitu jawaban Lizongfong. Diskusi berlanjut sampai pada sebuah pernyataan Lizongfong yang
membuat saya merinding “Mohon bimbing saya untuk memeluk Agama Islam . Saya
ingin menjadi pemeluk Islam sebelum saya mati, karena hukuman bagi saya adalah
20 tahun dan bisa saja hukuman seumur hidup atau hukuman mati karena saya
membawa narkoba dalam jumlah yang besar. Saya ingin mati dalam keadaan Islam.”
Subhanallah, Allahu Akbar. Allah memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Setelah melalui diskui selama hampir dua
jam, Lizongfong bulat tekadnya untuk memeluk Islam. “Inilah kebenaran yang
selama ini saya cari” Pernyataan terakhir Lizongfong sebelum saya membimbingnya
untuk bersyahadat meski sedikit susah karena lidahnya yang kental dalam dialek
Mandarin. Disaksikan lebih dari 100 orang yang hadir, Lizongfong bersyahadat ”Asyhadu anlaa ilaaha illallahu, wa asyhadu
anna muhammadar rasuulullaah.”
Allahu
Akbar. Banyak mata yang tak tahan dalam merasakan sengatan di mata mereka, air
mata haru bahagia tumpah menumpah di ruangan yang pengap itu.
“Yaa Allah, tetapkan hatinya ini dalam kebaikan,
jadikan sisa umurnya dalam penjara untuk kebaikan dan taat padamu”
Fa mayyuridillahu ayyahdi lahuu
yasyrah shadrahuu lil islaam.......
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.......”
(QS Al-An’aam ayat 125)
@Soniindrayana
Kisah nyata dari Ustadz Muhammad
Fatih Karim (@mfatihkarim)