contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Jumat, 20 September 2013

                Barangsiapa yang pernah bersekolah, pasti sudah tidak asing dengan yang namanya Peraturan Sekolah dan Hukuman bagi Para Pelanggarnya. Aturan-aturan tersebut biasanya dipajang besar-besar di gerbang atau dinding – dinding sekolah. Nantinya juga akan ada sosialisasi oleh para guru kepada segenap peserta didik, terutama yang baru saja masuk.               
                Lumrahnya, aturan-aturan sekolah berisi berbagai macam perbuatan yang dilarang di sekolah, seperti mengeluarkan seragam, pulang sebelum waktunya, terlambat, berambut panjang bagi laki-laki, menggunakan sepatu berwarna selain hitam dan masih terlalu banyak lagi. Bagi siapa saja yang melanggar aturan tersebut, tanpa terkecuali akan diberi sanksi yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah.
                Peraturan sekolah sudah mulai diterapkan biasanya sejak jenjang Sekolah Dasar, dan hukuman-hukumannya telah berlaku bagi para pelanggar. Ada yang disuruh tegak dengan sebelah kaki, telinga dijewer, dicubit dan semacamnya. Di tingkat SMP dan SMA peraturan dan hukuman lebih ditingkatkan, laki-laki yang berambut panjang akan dipotong rambutnya oleh tim guru, yang terlambat disuruh lari keliling lapangan atau diusir pulang, yang meribut di kelas bisa diusir, atau malahan ada yang tidak bisa mengikuti ujian karena belum membayar kewajiban.

                Hukuman secara bahasa berarti siksaan, sanksi dsb. yang dikenakan kepada orang yang melanggar suatu peraturan atau undang-undang. Tujuan diadakannya sebuah peraturan beserta sanksi tentulah positif, dengan maksud agar terbentuk suatu individu yang kelak terkumpul menjadi sekelompok individu yang memiliki keberaturan, kerapian, kedisiplinan dan sebagainya dalam kehidupan. Namun, apakah peraturan dan hukuman yang diberlakukan oleh pihak sekolah sudah efektif dalam mencapai tujuan tersebut? Adakah manfaat yang dapat diperoleh dari hukuman yang diberlakukan?
                Sebenarnya tidak bisa kita jawab dengan mudah dan pasti, masing-masing orang memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyikapi hukuman tersebut. Semasa sekolah saya adalah orang yang paling tidak suka dengan peraturan sekolah, tetapi saya tidak punya mental untuk melanggarnya. Saya beranggapan bahwasanya peraturan-peraturan tadi dibuat dalam bentuk yang akan membuat siswa mencoba untuk melanggarnya.
Pada umumnya, sebuah peraturan sekolah dimulai dengan kata larangan, misal: Jangan, Dilarang atau Tidak Dibenarkan.
Jangan terlambat
Dilarang berambut gondrong bagi siswa laki-laki
Tidak dibenarkan memakai sepatu selain warna hitam
               
                Begitulah kira-kira peraturan yang biasa diterapkan di sekolah-sekolah, terutama sekolah negeri. Nanti di samping peraturan tadi akan diberikan sanksi terhadap pelanggar seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya.
Memang, setiap ada peraturan, pasti akan ada yang melanggar, namun kebanyakan hukuman dari pelanggaran yang diberikan hanya sebatas praktek yang sekedar memberi sanksi dan berharap siswa tidak mengulanginya karena takut dengan hukuman. Bukannya menakut-nakuti, tapi malah hukuman-hukuman tadi menjadi bahan tertawaan bagi para siswa. Bahkan yang saya perhatikan, sebagian siswa yang dihukum tidak memiliki wajah penyesalan terhadap “dosa” yang ia lakukan. Hukuman-hukuman yang diberikan menjadi sebatas perbuatan yang begitu-begitu saja, paling jika menerima hukuman, siswa akan berkata “nanti ini akan menjadi kenangan bagi kita” dan turun temurunlah kata-kata itu kepada anak cucu mereka. Lalu seringkali hukuman diberikan tanpa mengetahui lebih dalam sebab si anak melanggar aturan.
Hukuman-hukuman yang diberikan sama sekali tidak efektif dalam membentuk sebuah kepribadian yang terdidik, sebagaimana tujuan dari pendidikan itu sendiri. Hukuman hanya menjadi tindakan yang dilakukan guru kepada siswanya yang melanggar aturan. Padahal semestinya hukuman dapat memacu siswa agar berbuat lebih baik dan lebih baik. Peraturan-peraturan sekolah kebanyakan membuat siswa terkungkung dalam kata LARANGAN berbuat salah, daripada mendorong siswa untuk berbuat benar.
                Dalam ajaran Islam, Allah menjanjikan hukuman-hukuman setelah terlebih dahulu Ia janjikan hadiah-hadiah berupa surga seluas langit dan bumi bagi orang-orang yang berbuat benar dan mematuhi aturan-Nya. Allah lebih dahulu memacu manusia untuk berbuat kebenaran agar kelak mendapat ganjaran berupa surga, sehingga manusia yang sadar akan termotivasi dan berlomba-lomba dalam kebaikan (Fastabikul Khairat).
                Apakah makna dari hukuman berdiri dengan satu kaki? Rambut yang dipotong paksa? Diusir dari kelas atau sekolah? Diusir pulang karena terlambat? Atau yang lainnya? Kebanyakan dari hukuman tadi sama sekali tidak mengajak anak berbuat lebih baik.
                Mental setiap orang sudah pasti berbeda-beda, bagi mereka yang punya mental baja pasti akan menganggap hukuman seperti tadi hanyalah hal yang biasa, tapi bagaimana dengan mereka yang mentalnya belum terlatih terutama bagi anak-anak usia sekolah dasar? Hal ini akan menyebabkan otak mereka terdoktrin untuk selalu menghindar dari hukuman alih-alih belajar berbuat kebenaran, dan perkembangan diri mereka akan terganggu karena terus dibatasi dengan berbagai macam larangan. Segala sesuatu memang mesti ada batasan, hanya saja batasan yang dimaksud di sini bukan untuk menghindari suatu perbuatan, tetapi mencegah perbuatan menyimpang dengan mengarahkan kepada yang baik dan benar. Dan pemberian hukuman yang tidak jelas maknanya sama sekali tidak akan efektif untuk mengarahkan Si Anak untuk berbuat benar, malah hanya akan mengurung jiwa kreatif seorang anak.
                Di sekolah setingkat SMP dan SMA, kenakalan remaja adalah hal yang paling menjadi dasar pelanggaran terhadap peraturan yang diberikan sekolah. Kenakalan juga menjadi alasan sekolah membatasi tindakan mereka dengan peraturan dan hukuman, bermaksud untuk memberikan efek jera. Tapi lagi-lagi hanya sebatas efek jera, bukan mencari penyebab kenakalan lalu mengarahkannya pada kebenaran. Salah satu kenakalan yang paling tenar di sekolah menengah adalah pulang sebelum jam pulang (cabut).  Untuk menghadapi siswa seperti ini biasanya pihak sekolah akan memberikan sanksi mulai dari teguran sampai skorsing dan drop out.
Pernahkah pihak sekolah mempelajari penyebab beberapa orang siswa sering melakukan tindakan ‘cabut’? Percayalah bahwa sebagian besar alasan mereka adalah ketidaknyamanan saat berada di sekolah. Dari alasan si siswa, seharusnya pihak sekolah juga mengintrospeksi diri dan berusaha melakukan perbaikan. Daripada melakukan drop out yang sama saja dengan pernyataan kegagalan dalam mendidik.
                Lalu coba kita perhatikan lagi peraturan yang melarang siswa menggunakan sepatu berwarna selain hitam, apakah maksud dari aturan ini? Yang sering kita dengar bahwa dengan menggunakan sepatu berwarna hitam akan tercipta kesetaraan sosial secara visual diantara para siswa. Pertanyaan saya, apakah akan terlihat kesetaraan sosial hanya dengan warna sepatu? Baiklah kalau memang demikian adanya, tapi kenapa harus hitam? Kenapa tidak setara dalam warna yang lain? Bukankah kalau semua memakai warna yang sama juga akan terlihat setara?
Usaha untuk menyetarakan sosial sudah sangat baik dengan adanya seragam sekolah. Seragam sekolah adalah salah satu dari beberapa peraturan sekolah yang sangat tepat, sehingga perbedaan antara si kaya dan si miskin tidak akan terlalu terlihat. Tapi kalau masalah sepatu, alangkah lebih baik siswa dibiarkan saja memilih warna yang sesuai kehendak hatinya, karena nanti ketika berjalan dapat memberikan semangat kecil untuk lebih percaya diri.
Begitu juga dengan aturan-aturan lain, kalaulah tidak bisa dihapus, alangkah lebih baik apabila aturan itu dimodifikasi agar terlihat tidak kaku. Karena sekolah bertugas mendidik anak-anak dan remaja yang sedang mencari ciri khas diri mereka. Siswa akan senantiasa berkreasi dan berpenampilan yang menurut mereka baik, mereka akan melakukan apa yang mereka senangi dan mereka akan merasa terkekang apabila dibatasi dengan kata larangan. Saran saya, biarkan siswa itu bertindak sesuai keinginan hatinya, jika ia ingin punya rambut yang panjang maka biarkan saja, kalau ia ingin menggunakan sepatu berwarna warni biarkan saja, biarkan siswa mencari ciri khas yang membuat mereka percaya diri di hadapan orang-orang. Bukankah seorang penyanyi pasti memiliki ciri khas penampilan yang akan membuat orang-orang tertarik kepadanya? Tapi kebebasan juga ada batasannya, tapi jangan batasan itu dijadikan sebagai alat yang secara tak langsung membunuh jiwa kreatif siswa. Ketika ia menyimpang dari kebenaran, carilah penyebabnnya dan arahkan lagi pada kebenaran.
Tulisan ini tidak saya buat semata-mata karena saya ingin menciptakan generasi freedom dan liberal, melainkan karena saya prihatin melihat bobroknya moral para pelajar Indonesia yang seharusnya menjadi generasi terdidik dan contoh bagi banyak bangsa. Mereka bukan tidak bisa dididik, mereka bukan bodoh, mereka bukan jahat, mereka bukan biadab, mereka hanya tidak kesampaian dalam mengekspresikan diri mereka dalam batas-batas yang benar. Sekolah seringkali terlalu kaku dalam mendidik siswa, sehingga banyak kreatifitas yang terpendam lalu lenyap begitu saja. Sekolah harusnya menjadi ladang peradaban bangsa, yang kelak akan menumbuhkan generasi-generasi pelurus bangsa. Dari para pelajar itulah kelak akan muncul seorang manusia yang dapat menyelamatkan bangsa ini.
Ingatlah satu hal, bahwa Allah tidak pernah salah dalam menciptakan makhluk-Nya, termasuk manusia sebagai makhluk yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Tinggal manusia itu dibimbing sesuai dengan zaman hidupnya, diarahkan kepada nilai-nilai kebenaran dengan cara yang membuat ia nyaman, bukan dengan doktrin dogma-dogma yang konservatif.


@soniindrayana

| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI