Ketika
mata ini menangkap seberkas sinar yang berbeda
Kulihat siluet wajahmu yang tersembunyi dibalik
cahaya
Perlahan, perlahan dan perlahan cahaya melebur
menjadi satu
Mulai jelas apa yang kulihat.
Aduhai Dirimu
Tak sanggup lidah ini berujar
Tak sanggup waktu rasanya berjalan
Tak tertahan gelora di dalam dada
Apakah ini?
Ah tidak, aku tak dapat “merasakanmu” dalam
singkat
Perlahan, perlahan dan perlahan terhujam ke
dalam kalbu
Lalu ingin diulang dan hendak diulang
selalu
Inikah yang disebut sebagai anugerah?
Wahai Dirimu
Walau kutahu itu hanyalah pujian bodoh,
tapi sepertinya tak sanggup waktu berjalan tanpamu
Namun
ingin kubersamamu, berlari mengejar impian yang tak pasti
Seakan hari ini hanya mimpi, dan esok pun
mimpi
Berat lidah berucap padamu
Berat jari menulis untukmu
Tak sanggup mata ini menatap lagi walau
kuingin dan tercuri
:) Menatap dirimu Wahai Pemilik Wajah yang
Berseri (:
@soniindrayana