Wanita adalah makhluk yang sangat indah. Pernyataan ini tentunya
sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Seorang manusia diawali kelahirannya dari
rahim seorang wanita. Seorang laki-laki yang perkasa sekalipun tidak akan bisa
apa-apa tanpa seorang wanita. Begitu besar arti wanita bagi siapa saja, tidak
terkecuali Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wa Sallam.
Ambil saja istri pertamanya, Khadijah, sebagai contoh.
Khadijah lah orang yang paling mendukung dakwah Nabi, ia yang memeluk Nabi
dengan kasih sayang tatkala Rasulullah mendapatkan wahyu yang pertama. Khadijah
juga rela hartanya habis demi kepentingan dakwah Rasulullah, Khadijah pula wanita pertama
yang masuk Islam. Ketika Khadijah wafat, Rasulullah menjadi sangat sedih karena
ia kehilangan salah satu tulang punggung dakwahnya selama ini. Itulah wanita.
Mirinya, di zaman
kini banyak yang merendahkan derajat seorang wanita, bahkan wanita itu sendiri
yang merendahkan derajatnya. Ia mengumbar aurat badannya sehingga menimbulkan
syahwat bagi lawan jenisnya, mengeluarkan kata-kata yang menggoda, mengizinkan
lawan jenis yang belum halal baginya untuk menyentuh tubuhnya, membiarkan
kesuciannya diambil oleh seorang lelaki, lalu jika menghasilkan sesuatu yang disebut
kehamilan, dengan mudah juga ia bunuh kehidupan dalam rahim itu.
Tidak sedikit juga
wanita yang berusaha menyamakan derajatnya dengan kaum pria, sesuatu yang sama
sekali tidak akan mungkin karena berbeda kodrat penciptaannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memang
akan selalu mengampuni dosa-dosa hamba-Nya, tetapi apakah rasa malu yang ditanggung tidak
menjadi aib bagi diri sendiri dan keluarga? Maka itulah
yang dilakukan Syifa. Ia sebagai seorang anak yang terlahir dari orangtua yang taat agama,
tentunya mendapat pengajaran dan perlindungan dari hal yang seperti ini.
Ketika menginjak usia remaja, adalah hal wajar jika ada
ketertarikan dirinya pada lawan jenis dan rencana untuk meniru-niru kebiasaan
anak remaja zaman sekarang. Tetapi peran kedua orangtuanya dalam pendidikan
karakter Syifa menjadi andil besar untuk mencegah hal-hal yang demikian.
Pergaulan bukanlah hal yang haram, tetapi menjadi hal yang ada batasannya.
Semoga kisah Syifa menjadi inspirasi untuk penulis, bagi para wanita, dan
juga pria agar tidak terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan.