contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Selasa, 06 Agustus 2013


Kegaduhan dimana-mana, suara teriakan membahana. Rasa takut menghantui setiap mereka. Lari, lari dan lari. Mereka lari, lari menjauh……….
Batu-batu berhamburan, debu-debunya membuat pandangan tak lagi jelas. Air mata menjadi salah satu saksi penindasan dan ketidakberdayaan. Memang hanya sebuah penindasan dan ketidakberdayaan yang semu, padahal sesungguhnya sekelompok manusia berkalbu setan itulah yang menindas diri mereka sendiri.
Manusia-manusia yang bersih berjatuhan di atas bumi, darah segar mereka mengalir deras, membasahi tanah yang suci. Mereka yang kelak akan disambut penuh penghormatan oleh Sang Maha Raja.
Seorang wanita terkapar lemah diatas batu-batu yang panas terbakar, ia mencoba membangkitkan tubuhnya, mengangkat badan, mungkin mencari tempat yang aman atau malah sesegera mungkin mencari penghormatan dari Tuhannya.

Beberapa orang bersenjata yang tersenyum bengis menghampiri wanita itu, “Hei Cantik” salah seorangnya menyapa dengan suara yang sedikit berpasir karena rokok yang ditahan di bibirnya. Tak gentar hati si wanita, ia menatap penuh kebencian dan kemurkaan. “Tidak usah takut, aku akan menjadi penyelamatmu. Kau tidak akan kubunuh. Aku akan nikmati dirimu dahulu.”
“Kau boleh pergi” seorang pria yang lain lagi mempersilahkan Si Wanita pergi, walau itu hanya sebuah kiasan untuk suatu maksud yang lain.
“Buka penutup kepalamu. Kami ingin melihatmu, setelah itu kau boleh pergi” Seorang pria yang lain lagi meletakkan cengkramannya pada kerudung hitam Si Wanita. Hendak ingin menarik dan melepas kerudung itu. Tak ada rasa gentar dan takut dalam hati Si Wanita, ia pukul tangan lelaki itu hingga terlepas dari kerudungnya. “Demi Dzat yang menguasai diriku. Siapakah engkau yang dengan lancang ingin melihat diriku?” Suara Si Wanita meninggi, amarahnya menggelora.
Pria yang tadi mencengkram kerudung Si Wanita langsung terpapar rasa sakit hati, dia layangkan punggung tangannya pada wajah suci Si Wanita. Meski darah segar mengucur dari bibirnya, Si Wanita malah tersenyum. “Jangan kau kira hal seperti ini akan membuatmu bisa melihat diriku.” Si Wanita terlihat menantang
“Buka ! Kau akan pergi dengan selamat, atau….” Pria yang tadi mencengkram kerudung Si Wanita mulai mengeluarkan ancamannya
“Atau apa? Aku tak takut dengan dengan apa yang sedari tadi kau peluk” Si Wanita melirik ke arah senapan hitam yang bersandang di tubuh Si Pria.
Si Pria semakin naik pitam, tenaga kerasnya ia layangkan lagi ke wajah Si Wanita, secepat mungkin ia cabut pistol dari pinggang kanannya lalu mengarahkan moncong pistol itu ke dahi Si Wanita. “Kami tidak akan membukamu kalau kau tidak mau membuka.” Jari telunjuk Si Pria telah menyentuh pelatuk karena rasa sakit hatinya. Bukannya takut, Si Wanita semakin gigih mempertahankan eksistensi kerudungnya. Baginya, tiada satupun yang akan ia izinkan membuka kehormatan dirinya, walau ia tahu, apa konsekuensi yang akan ia terima. Allah pun menyambutnya dengan penuh kehormatan.

"Kalau senapan tak menjadi alasan mereka untuk melepas kerudung, lalu apa alasanmu melepasnya? "



@soniindrayana

*Kisah adalah fiksi yang berdasarkan pada kejadian nyata di Palestina


| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI