contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Senin, 19 Agustus 2013


Jasmerah, Jangan sekali kali melupakan sejarah.. Itulah kata – kata Soesno Sosrodihardjo atau yang dikenal dengan nama Soekarno alias Bung Karno. Sebuah ungkapan yang ditujukan kepada segenap bangsanya untuk menggiring kita ke belakang dan menjadikannya sebagai alat pembelajaran bagi siapapun. Penulis sejarah Yunani yang pertama, Heredotus, berkata, “Sejarah tidak berkembang ke arah masa depan dengan tujuan pasti melainkan bergerak seperti lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia” Dengan begitu, kita harusnya tahu bahwa sejarah tidak membuat kita melihat masa depan, melainkan dapat menentukan masa depan kita.
Sejarah adalah kajian yang selama ini tidak akan pernah habis untuk dibahas. Sejarah yang identik dengan pemerintahan tentunya cenderung dikuasai oleh penguasa. Sejarah dianggap oleh kalangan awam sebagai pembelajaran yang membosankan dan cenderung bertele – tele karena harus menyikapi sesuatu yang sudah sangat lama terjadi atau minimal telah berlalu. Namun tentunya anggapan seperti itu adalah kesalahan. Seperti yang dikatakan Bung Karno tentang Jasmerah, sejarah adalah rekonstruksi dari masa lalu untuk kebaikan di masa kini dan masa depan.

 Mengenal Sejarah dapat Membangun Cinta
Sejarah dapat menimbulkan rasa cinta. Benarkah? Akankah itu terkesan berlebihan? Tentu tidak! Contoh sederhana saja, apa hal yang mendasari kita ketika kita jatuh cinta kepada sahabat terdekat kita (yang pastinya berbeda jenis kelamin)? Tentu saja semua kejadian- kejadian yang berkesan indah selama kita mengenal dirinya. Ketika kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga, hal apa yang membuat kita merasa kehilangan? Lagi lagi kenangan dan kisah kisah indah yang kita alami. Saat kita meraih sebuah kesuksesan dalam bidang yang kita impikan, apa hal yang akan kita amalkan dari sebuah kesuksesan tadi? Pasti kesuksesan itu sendiri. Kita akan berusaha mengamalkan, memotivasi dan mengajari orang orang yang sedang meniti jalan menuju kesuksesan dengan membagi pengalam kesuksesan kita sendiri. Sekali lagi semua itu terjadi atas dasar sebuah sejarah.
            Demikian pula halnya dengan bangsa dan negara ini. Dengan melupakan sejarah negara dan para pendahulu, tak mungkin rasanya kita dapat mencintai Indonesia dengan sepenuh hati. Pepatah mengatakan, “tak kenal maka tak sayang”. Pepatah ini sungguh sangat terbukti dalam kehidupan manusia terutama di Indonesia yang sangat menjunjung tinggi hubungan sosial.
            Pengenalan sejarah sedari dini kepada anak- anak Indonesia dapat menentukan masa depan mereka. Hal ini mungkin terdengar konyol dan terlalu mengada- ada, namun kenyataannya memang seperti ini. Sejarah dan pendidikan sangat sinkron, pendidikan adalah senjata utama para kolonial dalam membodohi bangsa kita dahulu dan hal ini seyogyanya dapat menjadi rekonstruksi bagi rakyat Indonesia di zaman kini, bahwa pendidikan mampu menyelamatkan diri kita dari jurang kebodohan dan penjajahan. .

Sejarah yang Hebat Masa Depan yang Cerah
Pembelajaran dan pengajaran sejarah nasional sejak dini adalah salah satu upaya dari pemerintah untuk membangun karakter para tunas – tunas bangsa, dalam hal ini murid yang duduk di bangku sekolah. Dengan adanya mata pelajaran sejarah, diharapkan para peserta didik bisa menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi yang disertai karakter bangsa yang berdasarkan Pancasila.
Sejak lengsernya rezim orde baru, dibarengi dengan krisis dalam berbagai aspek kehidupan yang merusak ketahanan dan watak bangsa, serta dengan semakin pesatnya arus globalisasi yang membawa ekspresi budaya barat, membuat Bangsa Indonesia mengalami krisis karakter bangsa. Dekadensi ini tampak jelas dalam kehidupan terutama di kalangan anak-anak Indonesia. Krisis karakter ini dapat menyebabkan distrupsi sosial dan kultural bangsa, akan lebih parah jika hal ini mengancam integritas dan ketahan bangsa secara keseluruhan.
Degradasi moral, sopan santun, budi pekerti, dan nilai-nilai luhur adalah ancaman yang sangat nyata bagi kehidupan bangsa Indonesia. Sikap mudah terhipnotis dan ikut-ikutan pada kebudayaan barat, bahkan belakangan ini menyusul kebudayaan Korea, dapat menjadi peluntur dari segala karakter luhur bangsa Indonesia. Menurut Lickona (1991) bahwa karakter merupakan konsep psikologis yang kompleks, tidak hanya terdiri dari satu domain saja, namun harus menyentuh semua domain secara lengkap, yaitu kognitif, afeksi dan psikomotor. Pembentukan karakter luhur sesuai dengan pandangan hidup bangsa, yaitu Pancasila, dapat menjadi jalan penyelamat eksistensi Indonesia di mata dunia sekaligus mencegah kehancuran yang lebih parah lagi.
Dengan melihat kondisi saat ini, sudah saatnya kita kembali belajar pada sejarah bangsa ini, degan harapan sejarah dapat menyadarkan diri kita kembali, siapa kita sebenarnya. Peristiwa sejarah dapat memberikan inspirasi warna baru bagi kehidupan bangsa. Melirik kepada kisah hebat kerajaan Majapahit dahulu, tentulah kita akan sangat merindukan pemimpin negara yang memiliki karakter hebat, layaknya Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit. Negara Indonesia tercatat telah melahirkan beberapa tokoh tokoh hebat berkarakter kuat, contohnya Ir. Soekarno, Sang Proklamator yang memiliki ide –ide dan gagasan masa depan sehingga dunia sangat segan kepadanya, Drs Moehammad Hatta dengan pemikiran bidang ekonomi, politik dan hukumnya, Mr. M. Yamin dengan perannya dalam ikrar Sumpah Pemuda dan masih banyak lagi para tokoh tokoh hebat Indonesia. Kehebatan para tokoh - tokoh sejarah bangsa Indonesia tadi, seharusnya mampu menjadi tolak ukur dan teladan untuk membentuk pribadi yang berkarakter sesuai dengan nilai nilai luhur bangsa yang sudah mendarah daging, sehingga mampu menyaring dengan baik ekspresi budaya asing yang kurang baik dan  mewabah saat ini.
Sejarah jelas bukan hanya rangkaian peristiwa masa lampau yang telah berlalu begitu saja. Kesadaran sejarah dapat mengokohkan eksistensi, kepribadian dan identitas suatu bangsa untuk mewujudkan pembangunan karakter nasional melalu rasa cinta dan bangga akan sejarah dan kebudayaan bangsa sendiri. Jika demikian adanya, nilai – nilai luhur yang telah diwariskan sejak dahulu, akan terus terjaga keberadaannya.
Indonesia memiliki kisah sejarah yang luar biasa. Ratusan tahun dijajah oleh rezim kekejaman kolonialisme Belanda yang begitu kejam, benar- benar membodohi segenap Bangsa Indonesia yang sangat tertinggal kala itu, baik dalam ilmu pengetahuan, persenjataan, pendidikan bahkan kesatuan. Sistem tanam paksa yang mereka terapkan telah menimbulkan surplus bagi keuangan kerajaan Belanda. Sebaliknya, masyarakat pribumi teraniaya semakin parah dari segi fisik, ekonomi dan psikologis. Perlawanan – perlawanan yang dilakukan masyarakat pribumi cenderung menuju kegagalan akibat kurangnya persenjataan, ilmu pengetahuan dan kesatuan, Hal inilah yang mendasari para tokoh tokoh yang beberapa orangnya telah penulis sebutkan tadi, mulai menanamkan jiwa nasionalisme dalam diri mereka untuk kemudian mereka bagikan kepada seluruh bangsa terutama para generasi muda. Diawali pada tahun 1908 dengan bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia (Hari Kebangkitan Nasional) hingga lahirnya ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Para tokoh tokoh teladan bangsa tak henti hentinya menyuarakan nasionalisme mereka hingga Indonesia jatuh ke tangan Jepang pada tahun 1942. Penjajahan yang jauh lebih kejam daripada Belanda tak membuat semangat mereka surut, sampai pada puncaknya ketika Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta yang mewakili seluruh bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945.
Bukan sebuah pekerjaan mudah apalagi kebetulan bagi mereka kala itu dalam membebaskan serta melahirkan Republik Indonesia. Mereka menciptakan karakter nasionalisme mereka sendiri, kemudian berusaha menanamkan karakter tersebut kepada masyarakat terutama generasi muda agar dengan karakter tersebut, apa yang mereka cita citakan (kemerdekaan) dapat tercapai dalam waktu yang secepat cepatnya. Tentunya tanpa karakter kuat yang mereka tanam di lubuk hati mereka, mungkin saja nikmat kemerdekaan dari para kolonial belum akan terwujud.
Di era masa kini, karakter seperti itulah yang seakan- akan semakin pudar. Bangsa Indonesia terus mengalami dekadensi karakter seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Diharapkan, dengan sejarah, kita dapat menentukan apa masa depan kita untuk negara ini. Dengan sejarah yang sangat heroik, sepatutnya kita para generasi masa kini, bisa memiliki karakter yang berpola pikir layaknya seorang manusia. Tidak selalu mengikuti arus budaya asing yang hanya membuat kita terobsesi sehingga akhirnya berusaha menjadikannya sebagai pandangan kehidupan.

Sejarah adalah Guru Kehidupan
Guru adalah pahlawan pembangun insan cendekia. Bahkan selayaknya seorang guru yang baik dapat disebut sebagai petani peradaban yang memelihara bibit penerus dan penentu bangsa. Begitu pula halnya dengan sejarah. Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwa sejarah yang hebat dapat menentukan masa depan yang hebat pula. Jika bangsa ini sadar bagaimana para tokoh tokoh kemerdekaan terdahulu memberikan sumbangsih jiwa dan raganya demi terwujudnya suatu kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, maka semestinya kita bisa menjadi bangsa dan Negara yang tak hanya hebat dalam teknologi dan kebudayaan ,melainkan juga dalam keeksistensian karakter.
Dalam bidang studi dari SD hingga tingkat SMP, sejarah kerap digelari sebagai pembelajaran yang membosankan, kaku dan hanya mengungkit - ungkit sesuatu yang sudah lampau. Anggapan seperti ini sudah menjadi rahasia umum di beberapa kalangan pelajar. Hanya saja, selama ini proses pembelajaran sejarah lebih mengedepankan proses transfer ilmu, kebanyakan sekolah kerap hanya menyampaikan pelajaran dan kisah kisah sejarah melalui pengetahuan yang dimiliki guru kepada peserta didik. Sedangkan makna yang terkandung dari setiap peristiwa sejarah dibiarkan menguap begitu saja.
Pembelajaran sejarah juga hendaknya disajikan tidak hanya sebatas produk, melainkan juga memberikan pemahaman kepada peserta didik untuk menggali makna dari sebuah peristiwa atau tokoh sejarah dan melalui nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Sehingga hal tersebut dapat memberikan pola pikir pembentuk karakter yang kemungkinan besar akan sangat efektif. Sejatinya Indonesia juga didukung dengan tradisi dan kebudayaan yang menyimpan banyak nilai-nilai moral sehingga akan mengangkat jati diri bangsa Indonesia sendiri  karena karakter yang kuat sangat dibutuhkan bangsa Indonesia yang multikultural, sehingga perpecahan yang mulai banyak terjadi di bumi nusantara dapat teratasi, pun begitu dengan krisis moral. Sekaligus kembali membangkitkan keberadaan Pancasila sebagai pandangan hidup dan filter dari arus globalisasi.
Pendidikan adalah proses menanam bibit pohon, dan sejarah ibaratkan sebuah pohon yang mengakar kuat ke dalam tanah. Sejarah bangsa Indonesia yang berliku, heroik dan tentunya panjang seolah memberikan harapan bahwa Indonesia akan menjadi raja dari raja dalam peradaban dunia. Bahkan setelah mendapatkan kemerdekaan, posisi Indonesia sebagai Negara baru sangat disegani oleh Negara kawan maupun lawan. Indonesia juga memiliki solidaritas dan kepedulian kepada bangsa yang belum mengecap nikmatnya kemerdekaan dan kebebasan. Contoh kepedulian itu adalah Konferensi Asia-Afrika yang melahirkan Dasasila Bandung. Indonesia kala itu benar - benar menunjukkan keeksisannya dan memberikan bukti kepada dunia bahwa Negara yang terletak pada garis khatulistiwa ini sangat patut diperhitungkan.
Kalaulah semua itu dipikirkan oleh akal, sulit rasanya merealisasikan atau bahkan hanya membayangkan penyatuan ratusan etnis dari Sabang hingga Merauke di bawah naungan sebuah Negara. Tapi itulah hebatnya para tokoh kemerdekaan kita,  tak terlepas dari rahmat Tuhan serta rasa kekeluargaan dan saling toleransi bangsa yang telah erat, semua perbedaan ras, suku bangsa serta agama dipersatukan dalam naungan negara bernama Indonesia  yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika. Sepatutnya kita bangga akan semua sejarah  itu. Tinggal bagaimana kita memperindah Ibu Pertiwi dimulai dari diri kita sendiri.

@Soniindrayana






Bibliografi

Adam, Asvi Warman. 2009. Posisi M. Yamin dalam Sejarah Indonesia. from http://news.okezone.com/read/2009/10/28/58/269920/posisi-m-yamin-dalam-sejarah-indonesia [12 Februari 2013]
Afifah, Dzakkiyah N. 2013. Sejarah dalam Pembentukan Karakter dan Pola Pikir. http://dzafaaza.blogspot.com/2013/01/sejarah-dalam-pembentukan-karakter-dan.html. [12 Februari 2013]

Azra , Azyumardi. 2012. Pendidikan Karakter: Peran Sekolah dan Keluarga. http://www.erlangga.co.id/umum/7405-pendidikan-karakter-peran-sekolah-dan-keluarga-.html. [11 Februari 2013]

Dermawan, Bagus.2010. Kenangan Manis si Bangsa Kaya. from http://citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id=1286 .[13 Februari 2013]
Fuadi, Ahmad, dkk. 2012. Menjadi Guru Inspiratif.. Yogyakarta: Bentang Pustaka
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character, How Our Schoo Can Teach respect and Responsibility. New York : Bantam Books.
Purba, Supriadi. 2012. Sejarah dan Pembentukan Karakter Bangsa. from http://sejarah.kompasiana.com/2012/07/01/sejarah-dan-pembentukan-karakter-bangsa-474659.html . [13 februari 2013]

| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI