Jasmerah, Jangan sekali kali
melupakan sejarah.. Itulah kata – kata Soesno Sosrodihardjo atau yang
dikenal dengan nama Soekarno alias Bung Karno. Sebuah ungkapan yang ditujukan
kepada segenap bangsanya untuk menggiring kita ke belakang dan menjadikannya
sebagai alat pembelajaran bagi siapapun. Penulis sejarah Yunani yang pertama,
Heredotus, berkata, “Sejarah tidak
berkembang ke arah masa depan dengan tujuan pasti melainkan bergerak seperti
lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia” Dengan
begitu, kita harusnya tahu bahwa sejarah tidak membuat kita melihat masa depan,
melainkan dapat menentukan masa depan kita.
Sejarah adalah kajian yang selama ini tidak akan pernah habis untuk
dibahas. Sejarah yang identik dengan pemerintahan tentunya cenderung dikuasai
oleh penguasa. Sejarah dianggap oleh kalangan awam sebagai pembelajaran yang
membosankan dan cenderung bertele – tele karena harus menyikapi sesuatu yang
sudah sangat lama terjadi atau minimal telah berlalu. Namun tentunya anggapan
seperti itu adalah kesalahan. Seperti yang dikatakan Bung Karno tentang Jasmerah, sejarah adalah rekonstruksi
dari masa lalu untuk kebaikan di masa kini dan masa depan.
Mengenal Sejarah dapat Membangun Cinta
Sejarah dapat menimbulkan rasa cinta. Benarkah? Akankah itu terkesan
berlebihan? Tentu tidak! Contoh sederhana saja, apa hal yang mendasari kita
ketika kita jatuh cinta kepada sahabat terdekat kita (yang pastinya berbeda
jenis kelamin)? Tentu saja semua kejadian- kejadian yang berkesan indah selama
kita mengenal dirinya. Ketika kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga, hal
apa yang membuat kita merasa kehilangan? Lagi lagi kenangan dan kisah kisah
indah yang kita alami. Saat kita meraih sebuah kesuksesan dalam bidang yang
kita impikan, apa hal yang akan kita amalkan dari sebuah kesuksesan tadi? Pasti
kesuksesan itu sendiri. Kita akan berusaha mengamalkan, memotivasi dan
mengajari orang orang yang sedang meniti jalan menuju kesuksesan dengan membagi
pengalam kesuksesan kita sendiri. Sekali lagi semua itu terjadi atas dasar
sebuah sejarah.
Demikian pula halnya dengan bangsa
dan negara ini. Dengan melupakan sejarah negara dan para pendahulu, tak mungkin
rasanya kita dapat mencintai Indonesia dengan sepenuh hati. Pepatah mengatakan,
“tak kenal maka tak sayang”. Pepatah
ini sungguh sangat terbukti dalam kehidupan manusia terutama di Indonesia yang
sangat menjunjung tinggi hubungan sosial.
Pengenalan sejarah sedari dini
kepada anak- anak Indonesia dapat menentukan masa depan mereka. Hal ini mungkin
terdengar konyol dan terlalu mengada- ada, namun kenyataannya memang seperti ini.
Sejarah dan pendidikan sangat sinkron, pendidikan adalah senjata utama para
kolonial dalam membodohi bangsa kita dahulu dan hal ini seyogyanya dapat
menjadi rekonstruksi bagi rakyat Indonesia di zaman kini, bahwa pendidikan
mampu menyelamatkan diri kita dari jurang kebodohan dan penjajahan. .
Sejarah yang Hebat Masa Depan yang Cerah
Pembelajaran dan pengajaran sejarah nasional sejak dini adalah salah satu
upaya dari pemerintah untuk membangun karakter para tunas – tunas bangsa, dalam
hal ini murid yang duduk di bangku sekolah. Dengan adanya mata pelajaran
sejarah, diharapkan para peserta didik bisa menumbuhkan rasa nasionalisme yang
tinggi yang disertai karakter bangsa yang berdasarkan Pancasila.
Sejak lengsernya rezim orde baru, dibarengi dengan krisis dalam berbagai
aspek kehidupan yang merusak ketahanan dan watak bangsa, serta dengan semakin
pesatnya arus globalisasi yang membawa ekspresi budaya barat, membuat Bangsa
Indonesia mengalami krisis karakter bangsa. Dekadensi ini tampak jelas dalam
kehidupan terutama di kalangan anak-anak Indonesia. Krisis karakter ini dapat
menyebabkan distrupsi sosial dan kultural bangsa, akan lebih parah jika hal ini
mengancam integritas dan ketahan bangsa secara keseluruhan.
Degradasi moral, sopan santun, budi pekerti, dan nilai-nilai luhur adalah
ancaman yang sangat nyata bagi kehidupan bangsa Indonesia. Sikap mudah
terhipnotis dan ikut-ikutan pada kebudayaan barat, bahkan belakangan ini menyusul
kebudayaan Korea, dapat menjadi peluntur dari segala karakter luhur bangsa
Indonesia. Menurut Lickona (1991) bahwa karakter merupakan konsep psikologis
yang kompleks, tidak hanya terdiri dari satu domain saja, namun harus menyentuh
semua domain secara lengkap, yaitu kognitif, afeksi dan psikomotor. Pembentukan
karakter luhur sesuai dengan pandangan hidup bangsa, yaitu Pancasila, dapat
menjadi jalan penyelamat eksistensi Indonesia di mata dunia sekaligus mencegah
kehancuran yang lebih parah lagi.
Dengan melihat kondisi saat ini, sudah saatnya kita kembali belajar pada
sejarah bangsa ini, degan harapan sejarah dapat menyadarkan diri kita kembali,
siapa kita sebenarnya. Peristiwa sejarah dapat memberikan inspirasi warna baru
bagi kehidupan bangsa. Melirik kepada kisah hebat kerajaan Majapahit dahulu,
tentulah kita akan sangat merindukan pemimpin negara yang memiliki karakter
hebat, layaknya Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit. Negara Indonesia tercatat
telah melahirkan beberapa tokoh tokoh hebat berkarakter kuat, contohnya Ir.
Soekarno, Sang Proklamator yang memiliki ide –ide dan gagasan masa depan
sehingga dunia sangat segan kepadanya, Drs Moehammad Hatta dengan pemikiran
bidang ekonomi, politik dan hukumnya, Mr. M. Yamin dengan perannya dalam ikrar
Sumpah Pemuda dan masih banyak lagi para tokoh tokoh hebat Indonesia. Kehebatan
para tokoh - tokoh sejarah bangsa Indonesia tadi, seharusnya mampu menjadi
tolak ukur dan teladan untuk membentuk pribadi yang berkarakter sesuai dengan
nilai nilai luhur bangsa yang sudah mendarah daging, sehingga mampu menyaring
dengan baik ekspresi budaya asing yang kurang baik dan mewabah saat ini.
Sejarah jelas bukan hanya rangkaian peristiwa masa lampau yang telah
berlalu begitu saja. Kesadaran sejarah dapat mengokohkan eksistensi,
kepribadian dan identitas suatu bangsa untuk mewujudkan pembangunan karakter
nasional melalu rasa cinta dan bangga akan sejarah dan kebudayaan bangsa sendiri.
Jika demikian adanya, nilai – nilai luhur yang telah diwariskan sejak dahulu,
akan terus terjaga keberadaannya.
Indonesia memiliki kisah sejarah yang luar biasa. Ratusan tahun dijajah
oleh rezim kekejaman kolonialisme Belanda yang begitu kejam, benar- benar
membodohi segenap Bangsa Indonesia yang sangat tertinggal kala itu, baik dalam
ilmu pengetahuan, persenjataan, pendidikan bahkan kesatuan. Sistem tanam paksa
yang mereka terapkan telah menimbulkan surplus bagi keuangan kerajaan Belanda.
Sebaliknya, masyarakat pribumi teraniaya semakin parah dari segi fisik, ekonomi
dan psikologis. Perlawanan – perlawanan yang dilakukan masyarakat pribumi
cenderung menuju kegagalan akibat kurangnya persenjataan, ilmu pengetahuan dan
kesatuan, Hal inilah yang mendasari para tokoh tokoh yang beberapa orangnya
telah penulis sebutkan tadi, mulai menanamkan jiwa nasionalisme dalam diri
mereka untuk kemudian mereka bagikan kepada seluruh bangsa terutama para
generasi muda. Diawali pada tahun 1908 dengan bangkitnya rasa dan semangat
persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan
kemerdekaan Republik
Indonesia (Hari Kebangkitan Nasional) hingga lahirnya ikrar Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928. Para tokoh tokoh teladan bangsa tak henti
hentinya menyuarakan nasionalisme mereka hingga Indonesia jatuh ke tangan
Jepang pada tahun 1942. Penjajahan yang jauh lebih kejam daripada Belanda tak
membuat semangat mereka surut, sampai pada puncaknya ketika Ir. Soekarno dan
Drs. Moehammad Hatta yang mewakili seluruh bangsa Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945.
Bukan sebuah pekerjaan mudah apalagi kebetulan bagi mereka kala itu dalam
membebaskan serta melahirkan Republik Indonesia. Mereka menciptakan karakter nasionalisme
mereka sendiri, kemudian berusaha menanamkan karakter tersebut kepada
masyarakat terutama generasi muda agar dengan karakter tersebut, apa yang
mereka cita citakan (kemerdekaan) dapat tercapai dalam waktu yang secepat
cepatnya. Tentunya tanpa karakter kuat yang mereka tanam di lubuk hati mereka,
mungkin saja nikmat kemerdekaan dari para kolonial belum akan terwujud.
Di era masa kini, karakter seperti itulah yang seakan- akan semakin
pudar. Bangsa Indonesia terus mengalami dekadensi karakter seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Diharapkan, dengan sejarah, kita dapat menentukan apa
masa depan kita untuk negara ini. Dengan sejarah yang sangat heroik, sepatutnya
kita para generasi masa kini, bisa memiliki karakter yang berpola pikir
layaknya seorang manusia. Tidak selalu mengikuti arus budaya asing yang hanya
membuat kita terobsesi sehingga akhirnya berusaha menjadikannya sebagai
pandangan kehidupan.
Sejarah adalah Guru Kehidupan
Guru adalah pahlawan pembangun insan cendekia. Bahkan selayaknya seorang
guru yang baik dapat disebut sebagai petani peradaban yang memelihara bibit
penerus dan penentu bangsa. Begitu pula halnya dengan sejarah. Seperti yang
telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwa sejarah yang hebat dapat menentukan
masa depan yang hebat pula. Jika bangsa ini sadar bagaimana para tokoh tokoh
kemerdekaan terdahulu memberikan sumbangsih jiwa dan raganya demi terwujudnya
suatu kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, maka semestinya kita bisa menjadi
bangsa dan Negara yang tak hanya hebat dalam teknologi dan kebudayaan
,melainkan juga dalam keeksistensian karakter.
Dalam bidang studi dari SD hingga tingkat SMP, sejarah kerap digelari
sebagai pembelajaran yang membosankan, kaku dan hanya mengungkit - ungkit
sesuatu yang sudah lampau. Anggapan seperti ini sudah menjadi rahasia umum di
beberapa kalangan pelajar. Hanya saja, selama ini proses pembelajaran sejarah
lebih mengedepankan proses transfer ilmu, kebanyakan sekolah kerap hanya
menyampaikan pelajaran dan kisah kisah sejarah melalui pengetahuan yang
dimiliki guru kepada peserta didik. Sedangkan makna yang terkandung dari setiap
peristiwa sejarah dibiarkan menguap begitu saja.
Pembelajaran sejarah juga hendaknya disajikan tidak hanya sebatas produk,
melainkan juga memberikan pemahaman kepada peserta didik untuk menggali makna
dari sebuah peristiwa atau tokoh sejarah dan melalui nilai-nilai yang
terkandung didalamnya. Sehingga hal tersebut dapat memberikan pola pikir pembentuk
karakter yang kemungkinan besar akan sangat efektif. Sejatinya Indonesia juga
didukung dengan tradisi dan kebudayaan yang menyimpan banyak nilai-nilai moral
sehingga akan mengangkat jati diri bangsa Indonesia sendiri karena karakter yang kuat sangat dibutuhkan
bangsa Indonesia yang multikultural, sehingga perpecahan yang mulai banyak
terjadi di bumi nusantara dapat teratasi, pun begitu dengan krisis moral.
Sekaligus kembali membangkitkan keberadaan Pancasila sebagai pandangan hidup
dan filter dari arus globalisasi.
Pendidikan adalah proses menanam bibit pohon, dan sejarah ibaratkan
sebuah pohon yang mengakar kuat ke dalam tanah. Sejarah bangsa Indonesia yang
berliku, heroik dan tentunya panjang seolah memberikan harapan bahwa Indonesia
akan menjadi raja dari raja dalam peradaban dunia. Bahkan setelah mendapatkan
kemerdekaan, posisi Indonesia sebagai Negara baru sangat disegani oleh Negara
kawan maupun lawan. Indonesia juga memiliki solidaritas dan kepedulian kepada bangsa
yang belum mengecap nikmatnya kemerdekaan dan kebebasan. Contoh kepedulian itu
adalah Konferensi Asia-Afrika yang melahirkan Dasasila Bandung. Indonesia kala itu benar - benar menunjukkan
keeksisannya dan memberikan bukti kepada dunia bahwa Negara yang terletak pada
garis khatulistiwa ini sangat patut diperhitungkan.
Kalaulah semua itu dipikirkan oleh akal, sulit rasanya merealisasikan
atau bahkan hanya membayangkan penyatuan ratusan etnis dari Sabang hingga
Merauke di bawah naungan sebuah Negara. Tapi itulah hebatnya para tokoh
kemerdekaan kita, tak terlepas dari
rahmat Tuhan serta rasa kekeluargaan dan saling toleransi bangsa yang telah
erat, semua perbedaan ras, suku bangsa serta agama dipersatukan dalam naungan negara
bernama Indonesia yang bersemboyan Bhineka
Tunggal Ika. Sepatutnya kita bangga akan semua sejarah itu. Tinggal bagaimana kita memperindah Ibu
Pertiwi dimulai dari diri kita sendiri.
@Soniindrayana
Bibliografi
Adam, Asvi Warman. 2009. Posisi M. Yamin dalam
Sejarah Indonesia. from
http://news.okezone.com/read/2009/10/28/58/269920/posisi-m-yamin-dalam-sejarah-indonesia
[12 Februari 2013]
Afifah, Dzakkiyah N. 2013. Sejarah dalam Pembentukan
Karakter dan Pola Pikir.
http://dzafaaza.blogspot.com/2013/01/sejarah-dalam-pembentukan-karakter-dan.html.
[12 Februari 2013]
Azra , Azyumardi. 2012. Pendidikan Karakter: Peran Sekolah dan Keluarga. http://www.erlangga.co.id/umum/7405-pendidikan-karakter-peran-sekolah-dan-keluarga-.html. [11 Februari 2013]
Dermawan, Bagus.2010. Kenangan Manis si Bangsa Kaya.
from
http://citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id=1286
.[13 Februari 2013]
Fuadi, Ahmad, dkk. 2012. Menjadi Guru Inspiratif.. Yogyakarta: Bentang Pustaka
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character,
How Our Schoo Can Teach respect and Responsibility. New York : Bantam
Books.
Purba, Supriadi. 2012. Sejarah dan Pembentukan
Karakter Bangsa. from
http://sejarah.kompasiana.com/2012/07/01/sejarah-dan-pembentukan-karakter-bangsa-474659.html
. [13 februari 2013]