Apa
pendapat orang terkait masa-masa SMA?
Pasti sebagian besar orang akan menjawab bahwa itulah masa-masa yang
paling indah dalam hidup. Memori otak merekam berbagai peristiwa indah yang
terjadi, bahkan yang tidak indah pun akan tetap dikatakan indah. Rangkaian
peristiwa yang dijalani terangkai dengan sendirinya menjadi cerita yang
terkadang lebih hebat dari sebuah novel. Tetapi memang, banyak sesuatu yang
baru terasa indah apabila semuanya telah dilewati.
“Masa-masa
SMA adalah masa-masa yang terindah” Begitulah argumen banyak orang, terus
diturunkan kepada generasi-generasi kemudian layaknya sebuah kebudayaan.
Hanyasaja banyak pertanyaan menarik yang mesti dijawab jika ingin mengatakan “Masa-masa
SMA adalah masa-masa yang terindah”. Berikut beberapa pertanyaan tersebut
1. Benarkah masa-masa SMA adalah masa-masa yang terindah?
Sebagian besar orang akan dengan mudah menjawab “BENAR”. Sayapun jika ditanyakan dengan pertanyaan ini akan menjawab dengan jawaban serupa, walau dahulu saya berkata bahwa masa-masa ini adalah masa-masa yang paling saya benci.
2. Apa yang membuat Anda mengatakan bahwa masa-masa SMA adalah yang terindah?
Jawaban yang paling
wajar dan masuk akal serta paling lumrah adalah bahwa di masa SMA seseorang
bisa berinteraksi dengan orang-orang yang sebaya dengannya dalam suatu ikatan
persahabatan yang lekat. Cerita terbentuk setiap harinya, dirangkai dari
peristiwa-peristiwa pahit dan manis berupa cinta masa sekolah, cemburu,
persaingan prestasi, semangat ala anak muda, hukuman guru, tugas yang menumpuk,
dimarahi orangtua karena nilai rapor yang hancur, saling ejek mengejek,
bernyanyi dan bermain bersama dan yang pasti saat-saat meniti jalan menuju
kedewasaan. Banyak hal-hal lain yang tidak dapat dituliskan, yang pasti punya
nilai kenangan tiada tara.
Jawaban pertanyaan ini relatif. Entah bagaimana seseorang menilai masa SMA nya yang tentu berbeda-beda. Ada yang berkata indah, ada yang bilang biasa saja, ada yang bilang membosankan dan ada yang bilang seru. Semua orang punya pandangan yang berbeda, tergantung dari sudut mana ia melihat masa SMA yang telah ia jalani.
Awalnya
saya merasa kehidupan di SMA biasa saja. Tidak jauh berbeda dengan SD dan SMP
walau sudah tentu jauh berbeda dari TK. Mendengar guru berbicara di depan kelas
dan teman-teman yang ribut bagi saya adalah suatu penyiksaan. Saya bosan, malas
dan ingin rasanya libur saja di rumah. Belum lagi jam sekolah saya saat kelas X
dimulai pada pukul 13.00, ah betapa menderitanya belajar disaat banyak orang
beristirahat pada jam itu. Itu di awal, mungkin semua karena sifat saya yang cenderung
individualis. Membayangkan saja rasanya tersiksa.
Tapi itulah yang namanya hidup, ia
tidak bernilai apa-apa jika belum dijalani. Seiring berjalannya waktu hati saya
malah nyaman, muncul keinginan di hati untuk melakukan sesuatu ala anak muda
yang selama ini belum pernah saya lakukan (bukan yang negatif) seperti
berkumpul, bermain keluar pada waktu malam (tidak sampai larut) dan banyak
lagi. Semua itu juga terjadi secara otomatis, tanpa ada kesan pemaksaan dari
salah seorang pihak. Ketika kelas satu SMA misalnya, teman-teman mengajak saya
untuk bermain futsal pada malam minggu. Malam minggu? Atau sebut saja malam
hari. Rasanya memang antik karena sebelumnya saya tidak pernah keluar bersama
teman untuk bermain pada malam hari, siang haripun nyaris tidak pernah.
Disinilah saya belajar bahwa interaksi sosial sangat penting bagi manusia,
terutama bagi saya yang selalu “berpacaran” dengan teknologi, lalu tidak
selamanya keluar malam adalah sesuatu yang buruk asal digunakan untuk sesuatu
yang ada manfaatnya. Sederhana memang, tapi bagi saya itu adalah langkah awal
yang berarti banyak.
Lama-kelamaan
tiba waktu pertamakali makan bersama teman-teman diluar sekolah dan diluar jam
sekolah pastinya. Rasanya telat memang hal semacam ini baru dilakukan di masa
SMA. Tapi memang begitulah, mungkin sebelumnya saya pernah menjalani itu semua,
tapi ketika di SMA saya mengingatnya dengan indah. Banyak berbagai macam ragam
orang yang saya temui. Katakanlah bahwa pada masa SD dan SMP juga menemui
banyak orang, tapi ketahuilah bahwa pada masa SD dan SMP seorang manusia masih
dalam masa anak-anak yang pemikiran dan kemampuan belum sepenuhnya meninggalkan
sikap kekanak-kanakan (Tidak semua).
Bermacam ragam peristiwa, ada debat perihal sepakbola
di kelas, karena memang saat kelas XI nyaris seluruh laki-laki di kelas adalah
pencinta sepakbola yang memiliki klub kesayangan. Bagaimana seorang teman yang
selalu mengagungkan tim yang ia suka terlepas dari hasil di pertandingan,
tentang pemain bintang hingga klub mana yang paling kaya.
Kegiatan
formal di sekolah pun tak luput dari rekaman memori otak, guru-guru yang
menerangkan pelajaran, murid yang bercerita saat guru menerangkan, murid yang
dihukum karena melanggar aturan sampai murid yang selalu dipuja-puji guru
karena kepintarannya. Semua itu terangkai indah. Konflik pasti ada, itu mutlak
dan akan dialami semua manusia yang berinteraksi dengan sesamanya.
Berbicara
konflik, satu hal yang selalu terjadi adalah konflik internal di dalam kelas
perihal seorang anak yang pintar. Saya tidak bermaksud menjelekkan, namun
itulah variasi kehidupan di sekolah. Ada rasa getir dan ketidaksenangan, merasa
bahwa diri sendiri jauh lebih baik. Rasanya ingin melihat orang yang pintar itu
sesekali mendapat nilai jelek, apakah reaksinya? Contoh yang buruk dan tidak
patut ditiru. Namun itulah konflik, diawali dari perasaan “bangga” terhadap
diri sendiri, merasa benar dan bisa saja iri hati. Penawar paling mujarab dari
sebuah konflik tentulah waktu. Waktu bisa membuat seseorang belajar tentang
kehidupan dan itulah kenyataannya, saya sadar bahwa semua orang itu
berbeda-beda, kemampuannya berbeda, fisiknya berbeda, bahkan Allah memberikan
misi yang berbeda pula pada setiap insan yang hidup, sesuai dengan kemampuan
yang dianugerahkan-Nya.
Cinta.
Berbicara mengenai cinta, setiap orang yang normal pasti akan jatuh cinta, itu
adalah fitrah dari Yang Maha Pencipta. Bukan di SMA saya mengenal yang namanya
cinta, tetapi cerita di masa SMA pasti tidak lepas dengan cinta. Cinta di masa
SMA lebih sering diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan lawan jenis
meski makna cinta yang sesungguhnya amatlah luas.
Khusus untuk laki-laki pasti ia punya tipe perempuan
idaman dan kerap mengumbarnya, berbeda dengan perempuan yang senantiasa “kalem”
(Meski sekarang banyak yang mengumbar pula). Saya pun memiliki tipe idaman saat
itu, yaitu perempuan yang berpenampilan . . . . . . . . . . . . . . Akan lebih
baik tidak usah disebutkan. Hebatnya, tipe yang saya suka terdapat dalam kelas
pertama saya di SMA. Entah apa rasanya waktu melihat wajahnya <3, hati
bersajak, setiap degupan jantung bagai irama kasidah, bola mata bagai dikunci
untuk terarah kepadanya dan hasrat senantiasa memunculkan harapan. Sering saya
ungkapkan rasa itu melalui sosial media, dalam kiasan dan sekali dalam tulisan
yang jelas mengarah kepadanya, yang sial membuat banyak orang tahu. Padahal
sungguh, saya adalah orang yang beberapa kali ingin mencari sensasi agar orang
tahu apa yang saya inginkan.
Cinta masa sekolah…… Meski beberapanya saya tempuh
dengan jalan pacaran yang jelas-jelas salah.
Sulit
rasanya menceritakan satu persatu kisah-kisah mengenai SMA, indah memang. Tapi saya
rasakan indah itu tatkala masa-masa SMA harus berakhir, saat waktu 3 tahun
telah dijalani dan tibalah saatnya perpisahaan, saat dimana saya dan
teman-teman sibuk mengurus kepentingan masing-masing. Tiada lagi canda tawa
bersama, tiada lagi main futsal bersama, tiada lagi pergi makan bersama, tiada
lagi keisengan dan kejahilan, tiada lagi belajar bersama, dan tentunya tiada
lagi kebersamaan dalam balutan seragam.
Masa menempuh pendidikan di bangku
SMA sudah berakhir, saya dan mungkin teman-teman yang kini mulai sibuk dengan
urusan kuliah dan pekerjaan tentu pernah berharap bahwa masa-masa itu tidak
akan pernah berlalu. Tapi apadaya, waktu tidak akan bisa berulang atau
terhenti. Lagipula sebagai makhluk yang cerdas, manusia tentu ingin sebuah
perkembangan dalam hidupnya. Hanya manusia bodoh yang selalu melihat
kebelakang, berharap agar waktunya terulang.
Masa-masa kejayaan itu, semoga
menjadi langkah awal dari kejayaan yang akan didapat kelak di masa depan. Saat
waktu mempertemukan kita lagi, saat kita telah punya keluarga lain, saat kita
memiliki sesuatu yang benar-benar bisa kita banggakan dan saat kita mempunyai
seorang dari diri kita yang menjadi penduduk SMA pula. Teman Untuk Selamanya, Amigos por Siempre!
@Soniindrayana
Untuk masa-masa indah di SMA Negeri 2 Pekanbaru