contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Sabtu, 17 Agustus 2013


Suara dentuman bom tak henti-hentinya memekakkan telinga, terbosan peluru menabrak segala yang bisa ia tembus, sekeliling telah hancur. Seakan-akan posisi berdiri hanya tinggal menunggu untuk diratakan oleh ledakan. Puluhan, ratusan bahkan mungkin ribuan nyawa melayang akibat serangan hebat pada saat itu. Istana bernaung telah terkurung, sepasukan durjana siap merebut segala hak yang baru dimiliki belum lama ini, tatapan seakan buram, mata tak sanggup menatap ke depan. Akankah segala penindasan kembali lagi?
                Usia pria itu baru 32 tahun, cukup muda. Di hari yang serba terdesak itu, dadanya terasa tegang, ada apakah gerangan ia dipanggil oleh Sang Pemimpin negeri? Ia tetap menunjukkan kegagahan dalam langkahnya. Sang Pemimpin menatap dengan serius kearah Si Pria, “Aku berikan tugas ini kepadamu. Apapun keadaan yang kau alami, jagalah bendera kita ini dengan nyawamu. Jangan biarkan jatuh ke tangan musuh.”
Sang Pemimpin berdiam sejenak, lalu melanjutkan “Sekiranya Allah mengizinkan, engkau harus mengembalikan bendera ini kepadaku, tidak kepada siapapun kecuali orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek.  Namun apabila engkau gugur saat mempertahankannya, maka tugasmu dipercayakan kepada penggantimu dan ia mesti melaksanakan tugasnya seperti yang engkau kerjakan.”
Si Pria terdiam, matanya terpejam dan hatinya melantunkan doa. Dentuman bom terus mengalir laksana lahar vulkanik. Tugas yang berat menanti Si Pria, menyelamatkan Sang Saka.
-----------------
                 “Tidak ada bendera apabila kedua warna ini dipisahkan” Benak Si Pria menemukan ide tersebut dalam keadaan yang semakin terdesak, saat intaian peluru siap menembus tubuh kapan dan dimana saja. Tangan-tangannya memutus ikatan benang yang menyatukan dua warna merah dan putih pada bagian tengah bendera. Dibantu seorang wanita, Si Pria berhasil memisahkan kedua warna itu. Matanya menatap kedua kain yang kini telah terpisah, hatinya tetap berdoa agar Yang Maha Kuasa memberinya bantuan agar titah Sang Pemimpin dapat ia tunaikan.Ia letakkan Kain Pusaka itu dengan sepelan mungkin di dasar tas, menutup keberadaanya dengan tumpukan kain. Tak tega memang hati Si Pria, tapi apadaya, hanya ini jalan untuk menyelamatkan Merah Putih Pusaka dalam pelarian penyelamatannya.
Meski tetap dirinya ditahan dan diasingkan, tetapi dugaannya terhadap nasib bendera benar, hasil pikirannya mengelabuhi pasukan-pasukan durjana.
--------
                Waktu yang bergulir telah membawanya kembali ke mantan ibukota terdahulu, saksi bisu kehancuran yang seakan segera tiba. Dirinya tak tenang, ia ingin segera menyerahkan kembali bendera ini, amanat Sang Pemimpin, perlambang bangsanya.
Hingga tiba sebuah surat yang patutnya membuat Si Pria berbahagia. Sore yang membuat hatinya berbinar cerah.
“Berikan bendera pada Soedjono. Ia adalah delegasi Indonesia yang dapat menemuiku. Agar kerahasiaan semua ini dapat terjaga”
Segera ia satukan kembali kedua warna itu, melalui bekas-bekas lubang jahitan sebelumnya. Dengan mesin jahit pinjaman, Si Pria dengan gigih dan penuh kehati-hatian mengerjakan penyatuan dua warna dari Sang Saka, walau ada sedikit kesalahan pada ujung jahitan. Hanya dengan selembar kertas dari surat kabar, Sang Saka Merah Putih dibungkus rapi, menyerahkan pada seseorang yang diberikan amanat pula agar dapat kembali berkibar dengan gagah perwira.
---------------------------------------------
Berkibarlah Merah Putih, berkibarlah dengan gagah
Tunjukkan merahmu
Tunjukkan putihmu
Perlihatkan Keberanianmu
Perlihatkan Kesucianmu
Pujaan bangsa nan cemerlang


Khusus kupersembahkan untuk Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia ke 68
@soniindrayana

Tokoh dalam cerita:                         
Si Pria                                 : Husein Mutahar
Sang Pemimpin                  : Ir. Sukarno
Seorang Wanita                 : Ibu Perna Dinata



*Dialog dan situasi dalam kisah ini adalah buah pemikiran dan imajinasi penulis mengikuti sejarah yang nyata

| Free Bussines? |

0

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
"Berkaryalah dengan kesepuluh jari di tanganmu" -Syna-

Label

Artikel (46) Cerpen (49) Inspirasi (35) Sajak (29)

Followers

About Me

Foto Saya
Soni Indrayana
Lihat profil lengkapku

Total Pageviews

Entri Populer

Selamat Datang Di SONI BLOG

Selamat datang di Blog saya, semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog saya,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja...

Sekilas tentang penulis

Nama saya Soni Indrayana, Saya Hanya seorang pelajar yang akan terus Belajar.

Social Stuff

  • RSS
  • Twitter
  • Facebook
  • HOME
SONI