Seorang
guru memberikan tugas kepada seluruh peserta didiknya untuk menjelaskan adat
istiadat sesuai dengan suku masing-masing. Seluruh murid menyanggupi tugas
tersebut dan bergegaslah mereka mencari apa saja yang bisa digunakan sebagai contekan untuk mengisi buku tugas semisal
HP berfitur internet, buku-buku dan lain sebagainya. Dari seluruh siswa, ada
seorang siswa yang tampil beda, sebut saja namanya Si X. Ia tidak melakukan apa
yang dilakukan oleh yang lain, ia bekerja tanpa melihat HP atau buku, bisa
dibilang semua yang ia tulis berasal dari pengetahuannya.
Setelah waktu membuat tugas habis,
semua murid mengumpulkan tugas mereka yang telah dituangkan ke dalam
halaman-halaman buku, ada yang membuat 5 halaman, 7 halaman, 10 bahkan ada yang
membuat lebih dari 15 halaman.
Ternyata,
Si X yang tidak bekerja seperti murid-murid lain hanya membuat 1 halaman saja,
bersambung beberapa baris di halaman ke-2, cuma beberapa. Paling sedikit dibandingkan
dengan semua murid di kelas. Alhasil, ia pun mendapat nilai C untuk tugasnya,
padahal hampir semua penghuni kelas mendapat nilai A, sedikit yang mendapat B.
Mendapati hal itu, Si Guru bertanya pada Si X “Kenapa tugas kamu cuma ini?
Seharusnya kamu mencontoh teman-teman kamu yang dapat nilai A. Nilai C itu
artinya apa? Sekarang zaman canggih, mengerjaan tugas seperti ini bisa pakai
internet, tersedia lengkap lagi mudah.”
Menyahuti tausyiah
singkat dari Si Guru, Si X berkata “Bu, kalau cuma menyalin isi Wikipedia, adik
saya yang masih kelas 1 SD juga bisa. Apa yang saya tuliskan itu adalah apa
yang saya ketahui tentang suku saya sendiri. Tidak lebih tidak kurang. Kalau
soal nilai C, saya malah bahagia, itukan akronim untuk kata CERDAS. hehehe”.......
-------
Pengetahuan
yang ada di otak tentu tidak sama dengan pengetahuan yang masih berada di dalam
buku atau sumber-sumber lainnya. Jika Kita perhatikan kisah diatas, manakah
yang sebenarnya pantas mendapat nilai paling tinggi? Kesampingkan dulu latar
malas atau rajin, cukup fokus pada cara mereka membuat tugas. Saya pribadi akan
lebih memilih untuk memberikan nilai tinggi pada Si X karena dia menuliskan
sesuatu yang berasal dari pengetahuannya sendiri yang sudah pasti hal itu
mengartikan bahwasanya ia punya pengetahuan untuk mengerjakan tugas, sedangkan
mereka yang membuat hingga belasan halaman hanya dengan menyalin apa yang
disediakan orang lain belum tentu punya pengetahuan untuk tugas tersebut.
Meskipun dengan membuat tugas itu mereka jadi tahu, mereka tetap saja kalah
karena Si X lebih dahulu mengetahuinya.
*Artikel ini tidak bermaksud menyinggung
suatu pihak, ini hanyalah berdasarkan pemikiran penulis, bereferensi pada
pengalaman pribadi yang tidak persis seperti cerita dan mengalami perkembangan
karena proses BELAJAR
@soniindrayana
Untuk kasus seperti ini, maka menurutku pepatah yang layak diberikan adalah:
"Experience is the Best Teacher" --> "Pengalaman adalah Guru Terbaik".
Betul, tidak? Hehehe ... :)
Bisa jadi :D