Sendawa yang dialami Kaisar tidak
juga berhenti saat tengah malam hampir tiba. Di atas kasur, dengan balutan
piyama dan selimut lembut, Kaisar meringkuk menahan rasa tidak nyaman di
perutnya yang kembung. Antasida yang dikonsumsinya sama sekali tidak membantu,
keringat dinginnya justru mendadak datang padahal kamarnya sudah didinginkan
dengan AC.
Kaisar menghelakan napas yang
berat lagi panjang, memiringkan tubuhnya ke kanan dengan harapan gas-gas dalam
perutnya akan keluar melalui kentut yang panjang. Namun, setelah sekian lama
usahanya sia-sia.
Beberapa saat kemudian ia
mendengar namanya dipanggil. Suara lembut yang selama ini selalu menenangkan
hatinya di kala kesusahan menimpa. Kaisar bergegas turun dari kasur, menuju
pintu depan rumahnya. Sesampainya di pintu, ia kecewa, tidak ada siapa-siapa di
teras rumahnya. Kaisar menutup pintu kembali, hendak memeriksa sudut lain
rumahnya mencari sumber suara, tetapi lagi-lagi tidak seorang pun yang ia
temui.
“Bapak bermimpi lagi?” suara yang
berbeda menyapanya dari arah dapur. Kali ini suara perempuan yang agak berat
dan parau.
“Ah Nami, istirahatlah. Aku akan
segera ke kamar lagi.” Kaisar menunduk, enggan menatap pelayannya itu.
Nami tidak menjawab apa-apa
selain menundukkan kepala untuk memberi hormat pada tuannya itu. Dari belakang,
ia memandang dengan tatapan sedih dan pilu.
Kaisar kembali meringkuk di
kasurnya yang nyaman. Kali ini, nyeri perutnya sudah berkurang, bertukar tempat
dengan degupan jantung yang tiba-tiba menguat tak beraturan. Kaisar mencoba
mengatur napas, dan ia berusaha meyakinkan diri bahwa fisiknya masih sangat
kuat untuk mengalami masalah organ. Ia menghirup napas yang dalam,
menghembuskannya lewat mulut. Berulang kali mencari ketenangan dan ketabahan.
Ketika detak jantungnya telah
berangsur normal dan napasnya mulai beraturan, Kaisar menangis. Air matanya
mengalir hingga ke daun telinganya. Rambutnya yang basah karena keringat
menempel kuat di bantal. Sesaat kemudian, ia terlelap dengan tenang.
Another year is running from
veins.
Some moments wasted, some will
remain.
The days are getting shorter
and try to drown my fears.
The shadows of the night,
slowly disappear.
Di pagi harinya, ketika sinar
matahari telah bersauh tinggi, Kaisar bernyanyi lantang sambil memetic
gitarnya. Menyanyikan sebuah lagu yang senantiasa ia senandungkan dahulu.
