Semakin ke sini, kajian tentang kesehatan mental semakin marak saja. Banyak faktor memang, salah satunya tentu kebutuhan. Konon katanya, manusia modern sekarang banyak yang terganggu jiwanya karena tuntutan hidup yang semakin banyak dan keras. Namun selain itu, kesehatan mental juga menjadi isu menarik untuk sisi promosi bisnis, ‘kan?
Mempelajari kesehatan mental tentu sangat bermanfaat. Di Indonesia, belum begitu familiar istilah ini kecuali di kalangan anak muda dan professional terkait. Padahal di banyak negara maju, yang diperhatikan bukan hanya kesehatan psikis tetapi juga psikis atau mental.
Namun seharusnya, untuk mendapatkan kesehatan mental yang baik, tidak melulu harus membahas kesehatan mental dan apa-apa saja yang dapat merusak mental atau langkah pengobatan dari penyakit mental. Ada loh hal-hal lain yang berkaitan dengan perilaku sehari-hari yang jika diberikan reinforcement untuk terus dilakukan dapat meningkatkan kualitas kesehatan mental.
Maksud paragraf sebelumnya, hendaknya tidak melulu kita bicara tentang kesehatan mental untuk mendapatkan mental yang sehat. Kita bisa bahas bagaimana altruisme, prokrastinasi, efikasi diri, kontrol diri, problem solving, coping, religiusitas, syukur, dan masih banyak lagi, yang semua itu punya korelasi dengan kesehatan mental. Risetnya? Cari aja.
Akan sangat membosankan ketika melihat deretan iklan seminar
berisi kalimat kesehatan mental. Kesehatan mental itu adalah kajian holistis, tidak
bisa sekadar mengetahui penyebab sakit mental saja atau apa-apa yang membuat
mental sehat. Sebagaimana kesehatan jasmani yang dapat diperoleh dengan berbagai
macam aktivitas, maka demikian pula dengan kesehatan mental. Kalau kita hanya
fokus dengan kesehatan mental saja, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk
mendalami perilaku-perilaku yang justru berkaitan erat dengan kesehatan mental.