
Senin, 09 November 2015
Selain kematian dan perubahan,
dunia tidak menjanjikan kepastian.
Saya rasa kalimat
tersebut tidak sulit dipahami. Dan yakinlah: kehidupan hari kemarin tidak akan
sama dengan kehidupan esok hari. Semuanya pasti berubah. Semuanya pasti
berganti seiring berjalannya waktu.
Cinta pun
begitu. Mencintai itu lumrah, namun bukan berarti dengan cinta semuanya akan
tetap sama. Kita tidak bisa menutup diri terhadap segala kemungkinan.
Dalam semesta
sepakbola, beberapa pemain memilih mencintai klub mereka dengan sepenuh hati.
Cinta adalah alasan utama bagi orang-orang seperti Paolo Maldini, Javier
Zanetti, Antonio Di Natale, Ryan Giggs, dan Francesco Totti mengakhiri karier
di klub yang mereka bela dalam jangka waktu yang lama (Totti belum pensiun,
tapi hampir dapat dipastikan bahwa Totti akan pensiun di AS Roma dan menjadi
bagian dari direksi klub) dan kemudian melanjutkan pengabdian di klub-klub yang
menjadikan namanya harum itu. Masih banyak contoh-contoh yang lain, tapi bukan
itu yang hendak dibahas.
Orang pacaran
diharapkan move on setelah putus dan pacarnya berubah status menjadi mantan.
Hal yang sama berlaku dalam sepakbola. Move on adalah salah satu metode untuk
melangkah maju. Tidak, tidak. Bukan berarti mengenang masa lalu itu haram, tapi
yang jelas masa lalu harus ditinggalkan dan diganti dengan masa kini.
Ayo kita mulai bahas soal Sepakbola
saja biar tidak terlalu baper.

Senin, 09 November 2015
Sambungan dari Janji Nan Tongga
Di Pulau Ranggeh Suri….
Sesampainya pada tujuan, Nan Tongga
menyaksikan sebuah negeri yang indah, menghijau batang kelapa dibaur dengan
membiru bukit barisan. Ia takjub bukan main. Menghampir seorang pedagang
kepadanya, menjajakan bahan pangan yang barangkali bisa berguna.
“Permisi ambo batanyo. Saya baru pertama kali ke negeri ini. Rancak bukan alang-alang, ramai tampak
dari jauh, siapa nama raja di sini?” Tanya Nan Tongga kepada pedagang itu.
Pedagang itu memerhatikan Nan Tongga
yang muda lagi mentah, dan berpenampilan layaknya seorang bangsawan. Rasa segan
datang singgah menghampiri. “Kalau Engkau
seorang sultan, kami akan persultan, kalau Engkau raja maka ampuni kami. Pulau
ini bernama Ranggeh Suri, di bawah perintah Katik Intan yang bergelar Tuanku
Jangguik Panjang,” pedagang itu menjelaskan dengan santun seperti pantun
sebagaimana orang-orang di negeri itu. Ia kemudian melanjutkan, “Pulau Ranggeh
Suri berada di bawah naungan Koto Tanau yang dipimpin Patih Mangkudun, yang bernama
asli Mangkudun Sati.”

Posted in : Cerpen
Senin, 09 November 2015
Sambungan dari Anggun Nan Tongga
Cinta
bukan barang paksaan, ia tak dapat dipetik layaknya bunga dan tak dapat dibeli
bagai barang. Apapun perkataan orang, cinta tetaplah utamanya muncul dari hati
nan biasa mencinta. Nan Tongga sudah tidak memikirkan lagi tentang kegagalannya
mendapatkan Intan Koro. Ia kini sibuk menyiapkan dirinya untuk berjuang
menyelamatkan pamannya. Inilah kesempatan bagi Nan Tongga untuk berbakti kepada
keluarga dan membuktikan kepada khalayak bahwa ia tetap menjadi lelaki yang
bertanggung jawab dan mencintai keluarga.
Gondan
Gondoriah, gadis jelita yang disebut-sebut sudah dijodohkan sejak kecil dengan
Anggun Nan Tongga kini mulai khawatir akan keselamatan pria idamannya itu,
meski salah seorang dari ketiga paman Nan Tongga adalah ayah Gondoriah.Semua
penduduk tahu betapa ganas para bajak laut di Pulau Binuang Sati, nyawa sudah
menjadi makanan sehari-hari bagi para bajak laut itu.
Bunga-bunga
cinta tengah indah bersemi, memberikan harum semerbak diantara mereka. Nan
Tongga dan Gondoriah beberapa kali saling tatap dalam berbagai kesempatan yang
singkat. Nan Tongga sering mendapati Gondoriah mencuci pakaian saat mencari
kayu bakar, dan Gondoriah pun kadang-kadang melihat Nan Tongga menunggangi kuda
dengan gagah atau ketika Nan Tongga pergi ke surau untuk sembahyang. Senyuman
sekilas sering mereka tukarkan ketika harus saling berpapasan, penuh malu dan
segan, namun mendalam di sanubari.Lidah mereka sedikit berbicara, namun hati
terus saling berbisik menanti.

Posted in : Cerpen
Senin, 09 November 2015
Seekor
kuda yang berlari kencang menerbangkan debu-debu dengan setiap hentakan
kakinya. Pemuda penunggang kuda jantan coklat itu mengeluarkan suara aba-aba
yang mendorong kudanya untuk terus berlari dengan cepat. Sesekali ia pukulkan
tangannya ke badan kuda sambil berteriak memberi komando dan menyusuri jalanan
yang ramai,di punggungnya juga terikat beberapa
batang kayu-kayu kecil yang biasa digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak.
“Hendak
kemana Engkau, Nan Tongga!” teriak salah seorang pria di tepi jalan.Pria itu
pada mulanya sedang asyik menonton beberapa wanita yang tengah menenun songket.
“Ah
tidak kemana-mana, hanya mencari kayu bakar, Malin” jawab si Penunggang kuda
dengan santai.
“Oh
kalau begitu segeralah pulang, barangkali Ibumu Suto Suri sudah menunggu,”
Malin Cik Ameh, pria di tepi jalan itu, mempersilahkan sambil menjadikan
tangannya isyarat yang memperkenankan lawan bicaranya pergi.
“Baiklah,
terimakasih Malin, wassalamu’alaikum.”
Kuda kembali berlari kencang.

Posted in : Cerpen
Kamis, 08 Oktober 2015
Dear. . . . .
Kau tahu, bahwasanya aku menikmati
Bersama senandung semesta menanti
Pada alunan simfoni tiada berhenti
Bagi segala hasrat yang tak mati
Aku
tahu, Tuhan mengaruniakan dengan berbagai macam maksud. Aku tahu,
ada
kemungkinan demi kemungkinan dalam karunia yang terkarunia
Aku
dapat merusaknya, dapat pula sebaliknya.
Menurutmu,
Antara
aku dan karunia,
Aku,
karunia dan semesta,
Serta
aku, karunia, semesta dan engkau,
Bisakah
terangkum harmoni?
Gugusan
bintang, tiada pernah ia menentang
Solar
dan lunar kemilau, terus saja memukau
Dan
angin yang menerpa, jauhkan diri dari nestapa
Keseluruhannya,
tidak di luar kebanggaan
Demi
karunia yang membentang luas, semoga tiada pernah ada kias.

Posted in : Sajak
Rabu, 30 September 2015
Pada masa sekitar 1500 tahun yang lalu, bangsa Arab adalah bangsa yang berisi manusia-manusia buta huruf. Mereka tidak dapat membaca, tidak mampu menulis dan berhitung dengan benar. Orang-orang Arab pada masa itu benar-benar diselimuti kabut kebodohan, selain buta huruf merekapun juga buta akan kehidupan. Akhlak mereka tidak jauh berbeda dengan binatang, perlakuan mereka terhadap sesama bisa dibilang bukanlah perlakuan ala manusia. Tapi itu sudah berlalu, dan jika kita merunut kepada sejarah, maka permulaan bangkitnya bangsa Arab adalah ketika masa kenabian Muhammad.
Apa yang diajarkan Nabi Muhammad kepada bangsa Arab kala itu? Kita semua tahu bahwa Muhammad SAW membawa ajaran agama Islam kepada bangsa Arab, yang kelak akan berkembang ke seluruh dunia. Namun apa yang ingin disampaikan dalam tulisan singkat ini bukanlah murni tentang agamanya, melainkan satu metode yang sangat dimasyarakatkan Muhammad untuk umatnya, yakni menulis.
Kemasyhuran bangsa Arab sebagai bangsa yang buta huruf bukan main-main, bahkan dalam Al-Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad hal itu dijelaskan dengan sejelas-jelasnya. Bahkan Nabi Muhammad sendiri mengakuinya dalam sebuah hadits: “Kita adalah umat yang buta huruf, tidak dapat menulis dan tidak mampu menghitung.” Maka dalam usahanya menyelamatkan bangsa Arab dari lubang kebodohan, Nabi Muhammad menggembar-gemborkan budaya menulis. Ayat pertama yang diterimanya pun berkaitan dengan membaca dan menulis. Lalu disusul surat kedua yang turun yang kembali berisi sumpah Tuhan Semesta Alam yang kali ini dengan sebuah benda kecil bernama pena (QS. Al-Qalam). Salah satu contoh pentingya menulis yang ditekankan Nabi adalah ketika perang Badar, Rasulullah mewajibkan tebusan untuk para tawanan perang, dan beberapa diantara tawanan perang itu menebus dirinya dengan memberikan “kursus” menulis kepada umat Islam yang kala itu masih banyak yang belum mengerti tulisan.
Dari sejarah yang shahih tersebut, kita bisa mengambil hikmah, bahwa menulis adalah suatu keahlian yang memiliki kedudukan tinggi di dunia (bahkan di akhirat). Dengan tulisan, seseorang bisa selalu dikenang dan “hidup abadi”. Menulis dapat membuat seseorang menjadi terkenal, agung, bahkan kaya raya. Dan yang terpenting, menulis berarti seseorang telah berbagi akan ilmunya.
Kalau kita mau membaca, banyak nama-nama yang mendunia karena tulisannya, contoh Agatha Christie, yang apabila seluruh novel yang ia tulis ditumpuk akan lebih tinggi daripada menara Eiffel, Ahmad Deedat, J. K. Rowling, dan masih banyak lagi. Sejarah akan terlupakan begitu saja tanpa tulisan, hari ini akan dilupakan esok hari ketika semuanya tidak ditulis. Tulislah, kita akan menjadi abadi. Kita akan selalu hidup dalam bacaan-bacaan setiap insan. Lebih daripada itu, nama kita akan selalu lekat dalam sanubari banyak orang.
Budaya menulis inilah yang sekarang tengah digalakkan oleh banyak komunitas-komunitas dan organisasi-organisasi, meski disatu sisi kemauan menulis dari masyarakat juga turun. Jangan terlalu cepat berpikir bahwa menulis harus selevel dengan penulis-penulis terkenal, mulailah dari hal-hal kecil. Menulis buku harian, catatan pelajaran bahkan status media sosial (yang baik) pun dapat melatih individu untuk gemar menulis. Ketika mendapat tugas dari sekolah atau kampus, cobalah untuk menulis sendiri. Jangan membiasakan diri untuk copy—paste terhadap karya orang, dan cobalah menghasilkan tulisan sendiri.
Apa yang diajarkan Nabi Muhammad kepada bangsa Arab kala itu? Kita semua tahu bahwa Muhammad SAW membawa ajaran agama Islam kepada bangsa Arab, yang kelak akan berkembang ke seluruh dunia. Namun apa yang ingin disampaikan dalam tulisan singkat ini bukanlah murni tentang agamanya, melainkan satu metode yang sangat dimasyarakatkan Muhammad untuk umatnya, yakni menulis.
Kemasyhuran bangsa Arab sebagai bangsa yang buta huruf bukan main-main, bahkan dalam Al-Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad hal itu dijelaskan dengan sejelas-jelasnya. Bahkan Nabi Muhammad sendiri mengakuinya dalam sebuah hadits: “Kita adalah umat yang buta huruf, tidak dapat menulis dan tidak mampu menghitung.” Maka dalam usahanya menyelamatkan bangsa Arab dari lubang kebodohan, Nabi Muhammad menggembar-gemborkan budaya menulis. Ayat pertama yang diterimanya pun berkaitan dengan membaca dan menulis. Lalu disusul surat kedua yang turun yang kembali berisi sumpah Tuhan Semesta Alam yang kali ini dengan sebuah benda kecil bernama pena (QS. Al-Qalam). Salah satu contoh pentingya menulis yang ditekankan Nabi adalah ketika perang Badar, Rasulullah mewajibkan tebusan untuk para tawanan perang, dan beberapa diantara tawanan perang itu menebus dirinya dengan memberikan “kursus” menulis kepada umat Islam yang kala itu masih banyak yang belum mengerti tulisan.
Dari sejarah yang shahih tersebut, kita bisa mengambil hikmah, bahwa menulis adalah suatu keahlian yang memiliki kedudukan tinggi di dunia (bahkan di akhirat). Dengan tulisan, seseorang bisa selalu dikenang dan “hidup abadi”. Menulis dapat membuat seseorang menjadi terkenal, agung, bahkan kaya raya. Dan yang terpenting, menulis berarti seseorang telah berbagi akan ilmunya.
Kalau kita mau membaca, banyak nama-nama yang mendunia karena tulisannya, contoh Agatha Christie, yang apabila seluruh novel yang ia tulis ditumpuk akan lebih tinggi daripada menara Eiffel, Ahmad Deedat, J. K. Rowling, dan masih banyak lagi. Sejarah akan terlupakan begitu saja tanpa tulisan, hari ini akan dilupakan esok hari ketika semuanya tidak ditulis. Tulislah, kita akan menjadi abadi. Kita akan selalu hidup dalam bacaan-bacaan setiap insan. Lebih daripada itu, nama kita akan selalu lekat dalam sanubari banyak orang.
Budaya menulis inilah yang sekarang tengah digalakkan oleh banyak komunitas-komunitas dan organisasi-organisasi, meski disatu sisi kemauan menulis dari masyarakat juga turun. Jangan terlalu cepat berpikir bahwa menulis harus selevel dengan penulis-penulis terkenal, mulailah dari hal-hal kecil. Menulis buku harian, catatan pelajaran bahkan status media sosial (yang baik) pun dapat melatih individu untuk gemar menulis. Ketika mendapat tugas dari sekolah atau kampus, cobalah untuk menulis sendiri. Jangan membiasakan diri untuk copy—paste terhadap karya orang, dan cobalah menghasilkan tulisan sendiri.
-Soni Indrayana-

Minggu, 16 Agustus 2015
![]() |
madinggalasta.blogspot.com |
Sudah menjadi hal yang biasa bagi kita untuk
merayakan hari-hari besar yang jatuh satu kali dalam setahun, yakni hari raya
keagamaan dan hari besar nasional. Ketika sudah dekat dengan tanggal hari-hari
besar itu, maka sebagian besar masyarakat akan larut dalam euforia atau paling
tidak hasrat untuk ikut “berpartisipasi” dalam perayaannya. Partisipasi yang
paling lazim pada masa sekarang tentunya melalui tulisan-tulisan singkat di
media sosial serta acara-acara terkait di stasiun televisi.
Ketika mendekati bulan puasa misalnya, media
sosial dipenuhi dengan tulisan-tulisan yang bernada agama Islam dan stasiun televisi
berbondong-bondong menayangkan tayangan-tayangan keagamaan. Ini ditambah lagi
lagu-lagu rohani yang diputar di pusat-pusat perbelanjaan dan hiasan-hiasan
dekoratif di sekitar lingkungan. Semua ini tentu bagus, menunjukkan bahwa
masyarakat memiliki atensi yang cukup tinggi terhadap agama mereka.
Pada
hari besar-besar nasional pun atensi masyarakat juga sama. Contoh ketika
memasuki bulan Agustus, maka lihatlah lingkungan sekitar, semuanya berbalut
merah putih. Media sosial dan media massa sibuk membahas nasionalisme, dan
semua yang berkaitan dengan Indonesia dan kemerdekaan. Banyak pula
honoris-honoris causa yang bermunculan dengan pemahaman mengenai kemerdekaan.
Lagu-lagu nasional diputar dimana-mana, dan foto profil akun media sosial pun
berubah menjadi bendera merah putih.

Minggu, 09 Agustus 2015
Galau sudah menjadi hantu yang menakutkan bagi setiap
orang. Galau dapat menyebabkan badmood, hilangnya
konsentrasi dan fokus, membuat pekerjaan terbengkalai dan tidak maksimal dan
lain sebagainya. Saya sendiri adalah orang yang sering galau, entah karena saya
jomblo atau apapun alasannya. Saya memiliki 7 cara yang dapat mengobati galau,
sumbernya dari pengalaman pribadi saya dan saya berharap yang mencobanya juga
mendapatkan manfaat yang sama. Berikut saya bagikan 7 cara tersebut:

Minggu, 02 Agustus 2015
Selama Ramadhan, hari raya dan satu setengah bulan ke
depan saya memiliki waktu senggang yang luar biasa banyak. Saking banyaknya,
saya pun bingung harus berbuat apa dan malah banyak bercumbu dengan gadget yang telah setia mendampingi saya
lebih dari setahun tanpa pernah saling cemburu atau khianat mengkhianati karena
kami yang memelihara sifat saling memberi (saya membelikannya paket internet
dan dia memberikan saya kesenangan)..
Kebetulan saya punya akun-akun media sosial, dan saya
manfaatkan semuanya untuk paling tidak mendapatkan informasi-informasi yang
mungkin saja berguna, apalagi saya mengikuti akun-akun dakwah media sosial yang
banyak mengajak kepada amar ma’ruf nahi munkar walau jujur ada kalanya saya
malas membaca isinya.

Senin, 06 Juli 2015
Pada suatu masa di semesta mayapada, hadirlah sebuah kerajaan
yang dijuluki sebagai Kerajaan Bulan. Kerajaan
tersebut berikut seisinya mengultuskan bulan sebagai benda langit yang
memberikan kejayaan kepada mereka. Dan apapun yang mereka lakukan, selalu berdasar
kepada waktu nan ditunjukkan Sang Bulan.
Berabad-abad lamanya, Kerajaan Bulan dipimpin secara
bergilir oleh dua belas raja. Masing-masing dari setiap raja akan memimpin
selama 29 atau 30 hari lamanya, dan kemudian digantikan oleh raja dengan nomor
urut setelahnya. Ketika Raja ke-12 habis masa jabatan, maka tampuk kepemimpinan
pun kembali kepada Raja ke-1. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, para raja
Kerajaan Bulan dibantu oleh tujuh orang perdana menteri yang berganti setiap
hari dan turut bergilir secara hierarki.

Senin, 29 Juni 2015
Do’anya telah dikabulkan
beberapa tahun lalu. Sebuah do’a yang dahulu baginya sulit menjadi nyata tapi
selalu didengar oleh Tuhan Semesta Alam dan menjadi kenyataan. Namun kini hatinya
gundah, termenung dalam kesendirian bersama kegalauan hati yang membesar
sebesar mayapada, atau mungkin galaksi. Semua tidak lain dan tidak bukan adalah
karena do’anya sendiri.
Jauh sebelum hari ini
tiba, Abdul Muththalib, nama lelaki yang tengah dirundung kebingungan itu,
merasa iri hati kepada orang-orang yang dikaruniakan banyak anak laki-laki,
sedang ia hanya memiliki satu saja. Ia merasa hidupnya jauh dari kata sempurna.
Meski ia dikenal dengan kebijaksanaan, kemampuan, kedermawanan, wibawa,
kekayaan dan ketampanannya, Abdul Muththalib merasa semua itu hanyalah nonsens
belaka tanpa anak laki-laki yang banyak.
Menjadi manusia yang
dipilih untuk merestorasi mata air zamzam adalah karunia luar biasa untuknya,
dan terpikir olehnya, andaikata esok hari tubuhnya sudah tidak kuat lagi, maka
anak-anak laki-lakinya yang akan menggantikannya. Ia sudah pasrah hanya
memiliki seorang anak laki-laki, semua sudah ketentuan, namun kebesaran hati
membawanya kepada sebuah do’a.

Minggu, 31 Mei 2015
Abbie melangkah pelan
ke tepian sungai. Kain biru kotor ia lingkupkan ke badannya, seolah merasakan
dinginnya angin sore. Ia duduk dan kedua kakinya yang penuh noda ia masukkan ke
dalam sungai. Menatap kosong kepada aliran air dengan kedua mata yang
melelahkan tetes demi tetes air mata dan hati yang terus saja bertanya dan
meyakinkan tentang apa yang terjadi kepadanya. Mencoba tidak percaya tapi
semuanya begitu nyata.
-------------------------
Sebagaimana biasa,
siang selepas menunaikan kewajiban bersekolah adalah saat yang tepat bagi Abbie
untuk kembali bercengkrama bersama sosok yang selalu mengundang senyum dan
gelak tawanya, Mitch. Seorang lelaki tampan berperawakan layaknya suami teromantis
yang senantiasa menggandeng tangan Abbie dengan erat dan melindunginya
kemanapun dan di mana pun mereka bersama.
“Makan siang?”
pertanyaan yang biasa diucapkan salah satunya. Kali ini giliran Abbie.
Tak seperti biasa, kali
ini Mitch membalas pertanyaan itu dengan ekspresi datar dan sebuah anggukan.
Abbie awalnya merasa heran, namun ia tidak peduli dan segera menarik lengan
Mitch.
“Aku ganti pakaian dulu
ya,” Abbie membuka ranselnya dan mengambil sebuah sweater dan jelana jeans
panjang. Ia permisi masuk ke dalam salah satu WC umum untuk berganti kostum.

Posted in : Cerpen
Rabu, 29 April 2015
![]() |
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Indigo |
Berbahasa Indonesia? Tentu. Sudah wajar dan seharusnya bangsa Indonesia
bangga memiliki dan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, apalagi kalau
mengingat fakta bahwa tidak semua negara memiliki bahasa mereka sendiri. Kita
mendengar negara Amerika Serikat, tapi tidak pernah ada bahasa Amerika. Banyak
negara-negara hebat lainnya yang tidak
memiliki bahasa sendiri atau bahasa yang bernama sama dengan nama negara mereka.
Mestinya kita bangga dan bersyukur, kan?
Dari berbagai sumber yang beredar saat ini, dikatakan bahwa bahasa
Indonesia mulai banyak dipelajari di berbagai negara dunia. Banyak orang-orang
yang tertarik memelajari bahasa Indonesia karena berbagai macam alasan, salah
satunya adalah keunikan. Memang harus diakui, bahasa Indonesia sebenarnya
memiliki banyak keunikan seperti EYD dan tidak mengenal pemisahan kata ganti
orang ketiga laki-laki dan perempuan, hal ini menjadikan bahasa Indonesia
berbeda dari yang lain.

Posted in : Artikel
Senin, 13 April 2015
Aku memandang ke arah bentangan semesta di
hadapanku, lalu kututup kedua mata.......
Fantasiku
menggelayuti segenap pikiran, terbentang perasaan-perasaan sang angan-angan,
membumbung tinggi kemudiann mencapai batas.
Kurasa air yang
sejuk
Kurasa angin
yang lembut
Kurasa cahaya
yang hangat
Dalam kemilau
keindahan, aku hendak melihat.......
Fantasiku terus bersama
Dalam kenyataan fana tanpa menjelma
Pada wujud cantik tak bernama
Di kesunyian hati untuk bercengkrama
Jika khayal tak
setinggi real, bisakah ia untuk lebih faktual?
Saat fantasi di
sisi, maka siapa yang mampu mengisi?
“It blossoms like a rose, and fades
away like morning dew”

Posted in : Sajak
Kamis, 02 April 2015
“Kamu itu autis.”
“Ciee autis ya?”
“Kita autis.”

Autisme
adalah sebuah gangguan pada tahap perkembangan manusia yang akan berakibat
kepada terganggunya, atau bahkan ketidakmampuan untuk menjalin komunikasi,
hubungan sosial dan interaksi sosial secara normal. Memang, anak-anak autis
terlihat sibuk dengan dunianya sendiri, ia seperti tidak menyadari dunia di
sekitarnya, namun, pengertian autisme yang sesungguhnya tidaklah sesederhana
itu. Penegakan diagnosa terhadap anak autis sangat kompleks dan tidak dapat
dipastikan hanya dengan melihat melalui mata. Dan kata autisme seyogyanya digunakan oleh para ahli bukanlah sebagai ejekan
atau cemoohan kepada mereka yang mengidap autis, melainkan sebuah label yang
diberikan untuk membantu anak-anak tersebut melepaskan hambatan-hambatan yang ada.

Jumat, 20 Maret 2015
Aku
mengigal di bawah mandi cahayamu, sambil menatap dengan segala arti yang dapat
kusiratkan melalui mata ke arah kemolekanmu. Kedua kakiku mencengkram dahan
tempatku berpijak. Sedang hatiku, seraya berselimut keluh kesah, terus saja
menanti-nanti apa yang ‘kan kuterima darimu.
Latar
syahdu, meski sendu, mampu kunikmati dengan segenap mimpi dan fantasi.
Membiarkan udara malam purnama merasuki jiwa dan merasakan tiap-tiap titiknya
yang membakar sukma. Semakin lama, semakin elok kau terlihat. Semakin membumbung
tinggi gelora.
Keangkuhanku
adalah peneman aura anggunmu pada sang bumi tiap-tiap purnama berkilau. Mereka
berkata perihal keangkuhanku dalam kemilau cahayamu, mereka katakan aku sebagai
belenggu kebenderanganmu. Suaraku adalah seperti iblis bagi pendengaran mereka,
dan rupaku bagai seonggok tubuh buas yang membawa kemistisan. Nisbi memang,
tapi tahukah engkau betapa terkadang itu membuatku lebih memilih berada di
sini, memandang keelokanmu dengan penuh kemesraan dalam perenungan yang takzim.

Sabtu, 21 Februari 2015
Aku
duduk bersantai di beranda istana memandangi indahnya alam yang membentang
luas. Kakiku kumain-mainkan di atas pagar beranda dan kurasakan mandi hangat
cahaya mentari sore. Di bawah, beberapa anak kecil asyik bermain-main di
luar pekarangan istana. Aku tersenyum bahagia melihatnya.
Tidak
berapa lama kemudian, dari arah tempat anak-anak itu bermain terdengar suara
tangisan, seorang anak menangis karena lututnya berdarah. Aku langsung
berdiri hendak melihat secara langsung dan barangkali bisa memberi pertolongan
jika ada yang bisa aku lakukan di sana. Aku melangkah menuju pintu beranda yang
terhubung dengan kamarku yang mewah.
Kakiku
hanya berjarak beberapa langkah dari pintu saat aku melihat lagi ke bawah. Anak
yang tadi menangis kini sedang dipapah oleh dua orang temannya. Ia dibawa duduk
di bawah pohon mangga yang ku tanam di halaman istana beberapa tahun silam.

Minggu, 01 Februari 2015
Sebait
kidung nan kudus mengungkap rasa yang mungkin saja fana,
mungkin
saja sesaat,
bisa
saja tak berarti,
bisa
pula hampa tanpa makna.
Ia
melintas seketika sewajarnya
Sayap-sayapnya
merentang cita pada sanubari
Mengigal
berahi di ujung sukma, seperti tawarkan sembilu bermata dua
Pada
sucinya ia, coba kubawa segala luka dan bisa
Luka
ketika melihat, luka ketika mendengar dan luka ketika bicara
Bisa
saat melihat, bisa saat mendengar, dan bisa saat bicara
Andai
saja nyiur di ujung sana melambaikannya padamu, apakah sahutanmu akan terasa?
Meski
angin juga berucap, tetapkah engkau pada keheningan?
Kalau
saja awan yang berarak melintasi langit memberikan hujannya, tetapkah sayapnya
kan terus cemerlang?
Dan
saat mentari berganti rembulan, bilakah ia tetap gemilang?
Apabila
sayap-sayapnya merangkum tubuhmu, akankah ia membawamu kepadaku?
Jika
semesta menginginkannya, mungkinkah engkau menjadi karuniaku?

Posted in : Sajak
Senin, 26 Januari 2015
Manusia,
adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dalam keadaan yang sangat istimewa.
Manusia begitu berbeda dari makhluk-makhluk yang lain, manusia diciptakan
dengan segenap potensi dan kemampuan yang terus berkembang, dan manusia adalah
makhluk yang selalu diagungkan Tuhan di hadapan para malaikat dan iblis.
Manusia, dengan segenap potensi yang dimilikinya, telah dijadikan Tuhan sebagai
makhluk nomor wahid, sebagai pemimpin di planet bernama Bumi ini.
Dengan
segala potensi besar yang dimiliki itu, maka sudah wajar apabila manusia selalu
mencari kesempurnaan diri melalui aktualisasinya. Setiap
manusia punya potensi untuk berkembang mencapai aktualisasi diri yang
diinginkannya, sehingga ia mampu dan benar-benar menjadi manusia yang berfungsi
seutuhnya. Dengan aktualisasi diri, manusia akan mengembangkan sifat-sifat dan potensi yang dimiliki untuk
mencapai tujuan hidup sekaligus proses untuk menjadi diri sendiri.

Posted in : Artikel
Diberdayakan oleh Blogger.