The sun is shining too bright, and the
wind of cool couldn’t give a coolness for me. I am walking under the sunshine and
sometimea feel so tired, but I can not stop. Too lazy to stop in this way. I
have to enjoy this time, ‘cause this is my last time here before I back to the
home, certainly the last time to play with them.
2
weeks ago........
“Here is too bore! I hate this place,
Dad!” I said that to My Dad. I don't like this place. It was like hell and it will
kill me.
At the first time,
the situation tortured me so poignant.
“Hey buddy, if
you feel bored, you can play some games with kids near you. Will you?” Dad said
to me.
“Ha? Are you
kidding me? I can’t play with dirty kids,” I answered
“Hahaha. You
never try and you will never know.”
“I have no all I
need here.”
“Up to you. I
don’t care now. You will get some lessons here, actually I brought you with me
to teach you a life. Please enjoy.” And Dad leave me to continue his work.
Posted in :
Cerpen,
Inspirasi

Pangeran Duke of York, atau yang
bernama Albert Frederick Arthur George adalah salah satu pangeran dari kerajaan
Inggris, anak ke-2 dari Raja George ke V. Lahir pada tanggal 14 Desember 1895,
Bertie (Panggilan keluarga untuk Duke of York) mengidap gagap bicara sejak usia
5 tahun. Ia selalu gagal ketika harus menyampaikan pidato di hadapan rakyatnya,
padahal sebagai anak dari seorang raja dan menjadi pewaris kedua setelah
kakaknya, Edward Vill, pidato di hadapan rakyat adalah suatu kewajiban yang
mesti dilaksanakan. Tekanan psikologis, dan rasa inferior terhadap Edward,
membuat Bertie semakin tidak percaya diri untuk berbicara di hadapan umum.
Berkali-kali ia membisu di depan mikrofon padahal seluruh hadirin telah
menanti-nanti apa yang akan ia sampaikan.
Posted in :
Artikel,
Inspirasi
 |
Foto dari koleksi pribadi |
Banyak yang jatuh cinta pada
Indonesia. Katanya, Indonesia itu negara yang indah. Alamnya membentang luas laksana
karpet dari yakut dan berlian. Katanya, tanah Indonesia itu subur, bahkan
tongkat dan batu bisa jadi tanaman kalau sudah berada di tanah Indonesia.
Katanya, orang-orang Indonesia itu ramah, dan sangat santun dalam kehidupan.
Katanya, makanan khas Indonesia itu luar biasa banyaknya dan sangat disukai
penduduk bumi. Katanya, keragaman suku dan budaya Indonesia adalah yang paling
banyak di dunia. Dan masih banyak katanya-katanya lagi.
Bagi semua orang itu adalah
keistimewaan yang patut dibanggakan, bisa membusungkan dada tatkala berhadapan
dengan bangsa lain yang datang kepada mereka. Tapi entah kenapa, saya sama sekali
tidak bangga.
Posted in :
Artikel,
Inspirasi
Sudah berapa tahunkah Indonesia
merdeka?
Pertanyaan
yang bisa kita jawab dengan sangat mudah. Namun akan menjadi sulit ketika yang
ditanya adalah “apa yang sudah kita sumbangkan atas kemerdekaan yang selama ini
kita nikmati?”
Kita kerap bertanya-tanya “Benarkah Indonesia
sudah merdeka?” Pertanyaan itupun sepertinya sangat bersinergi dengan keadaan
negeri Nyiur Melambai ini. Kita seakan menjadi asing, menjadi orang asing di
negeri kita sendiri. Kita juga sering bertanya “Sudahkah negeri ini mencapai
tujuan kemerdekaannya?”
Kita tahu bagaimana tujuan-tujuan kemerdekaan
yang dicita-citakan oleh tokoh-tokoh dahulu diimplementasikan oleh tokoh-tokoh
saat ini.
Posted in :
Artikel,
Inspirasi
“Lurus
dan rapatkan shaf!”
Seperti itulah kata-kata himbauan
yang biasa diucapkan seorang imam sholat tatkala hendak memulai sholat
berjamaah. Namun, apakah makmum telah mengikutinya atau hanya sekedar
menganggap hal tersebut sebagai formalitas belaka dalam sholat berjamaah?
Islam adalah agama yang sangat
sempurna, mengatur hal mulai dari yang kecil hingga besar, dari bawah sampai ke
atas, dan dari kanan sampai ke kiri. Tidak luput dalam aturan tersebut perihal
meluruskan shaf dalam sholat berjamaah yang sepertinya adalah hal sepele. Perlu
diketahui, Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya melurus dan merapatkan
shaf, bahkan Rasulullah mengancam akan timbul perselisihan dan perpecahan
apabila umatnya sholat berjamaah dalam shaf yang renggang.
Posted in :
Artikel,
Inspirasi
Di suatu daerah yang penuh dengan kehidupan alami, hiduplah seekor macan
jantan muda yang tinggal bersama ibunya. Mereka adalah pasangan ibu dan anak
yang penuh cinta kasih dalam mengarungi misteri kehidupan. Ibu Macan adalah
macan yang cantik dan sebagai pemburu ulung ia sangat ditakuti oleh hewan-hewan
lainnya. Sedangkan Si Macan Muda adalah anak yang gagah meski tubuhnya masih
kecil. Bulu-bulunya bersih dan selalu dalam perlindungan sang ibu. Setiap hari,
Si Macan Muda ini makan dari hasil buruan sang ibu.
Karena selalu bergantung dari hasil buruan ibunya, lama-kelamaan Si Macan
Muda menjadi malas, ketika ia sudah mulai remaja, yang berarti dirinya telah
siap untuk berburu, ia masih saja berharap kepada ibunya.
Posted in :
Cerpen,
Inspirasi
Pertiwi, pesonamu laksana nyiur melambai
pada Raja Kelana. . . . .
Di puncak langit, mentari bersinar menyerahkan cahaya nan berbinar dalam
keterikannya. Berlatar gedung-gedung yang menjulang, rerumputan membentang luas
di hadapan netra, diatasnya berdiri
kokoh pepohonan hijau penyejuk yang mencengkram tanah-tanah tempat bervertikal.
Manusia dengan hati penuh bahagia menikmati kondisi kesejukan dibawah keterikan
itu, anak-anak berlari dengan kaki-kaki kecil mereka lalu tertawa dan ceria
melekat dengan elok dalam kehidupan mereka. Hewan-hewan imut dan lucu tidak
ketinggalan untuk bersenang senang, senandung burung-burung menggema seakan
menyempurnakan kepermaian ini. Apalagi yang kurang? Ini jauh lebih indah
daripada lukisan-lukisan mengenai keadidayaan yang dikata orang.
Ini kita! Oh Tuhan, betapa sejuk
mataku melihat ini semua. Namun bolehkah aku ikut menikmatinya bersama mereka?
Posted in :
Cerpen,
Inspirasi
Papa sedang asyik membaca tabloid olahraga sepakbola kesukaanya diatas meja
makan. Ditemani segelas jus alpokat membuat perasaannya sangat tenang di siang
yang begitu terik. “ting tong”. Suara bel seakan memecah ketenangan siangnya,
ia mencoba memperhatikan lagi dengan pendengarannya bahwa yang ia dengar adalah
suara bel. “ting tong” ya ternyata apa yang ia dengar tidak salah, ia berdiri
melipat koranya dan bergegas menuju pintu rumah. Dibukanya pintu, terlihat
sesosok lelaki muda telah berdiri dengan senyum menawan di depan pintu.
Kulitnya putih, bola matanya hitam pekat begitu pula dengan rambutnya, pakaian
kaos hitam dibawahi dengan celana jeans
biru. “Assalamu’alaikum om” salam terucap dari bibirnya yang tipis.
“Wa’alaikumussalam. Ada apa nak?” Menjawab salam dan tanpa pikir panjang
langsung papa bertanya maksud kedatangannya dengan cara yang halus dan hanyut.
“Sarah ada om?” bertanya dengan malu-malu.
“Nama kamu siapa? perkenalkan
diri dulu dong.” Tatapan papa menusuk tajam
kearah si pemuda, ekspresi wajahnya berkesan menguji. “Oh iya, maaf om. nama
saya Andri, saya teman sekolahnya Sarah” dengan malu-malu bercampur percaya
diri, Andri memperkenalkan dirinya sambil menjabat tangan papa.
Posted in :
Cerpen,
Inspirasi